Bismillah…
Nabi Luth adalah keponakan daripada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Awalnya Nabi Luth tinggal di negeri Syam, kemudian berpindah ke kota Sodom bersama paman beliau; Ibrahim, sebuah negeri yang berada di bibir laut mati di wilayah Yordania.. Layaknya para Nabi yang lain, di usia 40 tahun Nabi Luth diangkat oleh Allah menjadi Nabi
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلَا تَتَّقُونَ*
Beliau memiliki dua anak perempuan, yang keduanya beriman kepada Nabi Luth. Namun sungguh malang, istri beliau sebagai orang yang amat dekat, tidak mau beriman kepada Nabi Luth. Belum lagi kaumnya yang keras menolak dakwahnya Nabi Luth. Namun Luth tidak putus asa untuk terus berdakwah. Penolakan kaum Luth bukan hanya sebatas mendustakan dan merendahkan ajaran yang dibawa Nabi Luth, namun sampai tahap menantang kepada Allah supaya didatangkan azab, jika memang Luth itu Nabi.
ائتنا بعذاب الله إن كنتم من الصادقين
Pelajaran Akidah:
- Tingginya keyakinan kepada Allah bahwa Allah akan menolong hambaNya yang berada dalam kebenaran. Meskipun kaumnya menolak dakwah Nabi Luth, hal itu tidak menggoyahkan iman dan keyakinan Nabi Luth kepada Allah dan tugas kenabiannya.
- Percaya kepada Kekuasaan Allah. Ketika kaumnya menantang agar azab Allah diturunkan jika memang Nabi Luth adalah seorang nabi, Nabi Luth tetap tenang dan percaya bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kepercayaan ini menunjukkan betapa kuatnya tauhid Nabi Luth. Kita diajarkan untuk selalu percaya bahwa Allah memiliki kekuasaan mutlak dan segala sesuatu terjadi atas izin-Nya. Keyakinan ini akan membuat kita lebih tenang dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
Pelajaran Akhlaq:
- Dari kisah ini Nabi Luth mengajarkan tantang kesabaran dan ketabahan. Nabi Luth adalah contoh nyata bagaimana kesabaran dan ketabahan sangat penting dalam menghadapi cobaan. Bayangkan saja, beliau harus menghadapi istri yang tidak mau beriman dan kaumnya yang keras kepala menolak ajaran yang dibawanya. Namun, Nabi Luth tidak pernah putus asa. Setiap tantangan yang datang, beliau hadapi dengan hati yang teguh dan penuh kesabaran. Dari sini, kita bisa belajar bahwa kesabaran dan ketabahan adalah kunci dalam menghadapi segala bentuk ujian dalam hidup.
- Istiqomah dalam Berdakwah.Salah satu akhlaq mulia yang ditunjukkan oleh Nabi Luth adalah istiqomah atau konsistensi dalam berdakwah. Meskipun banyak yang menentangnya, beliau tetap gigih menyampaikan kebenaran. Beliau tidak menyerah hanya karena orang-orang di sekitarnya tidak menerima ajarannya. Ini mengajarkan kita bahwa dalam menyebarkan kebaikan, kita harus tetap konsisten dan tidak mudah menyerah, meskipun banyak rintangan di jalan kita.
- Sang ayah teladan untuk anak-anaknya. Meskipun istrinya tidak beriman, Nabi Luth berhasil mendidik kedua anak perempuannya untuk tetap teguh beriman kepada Allah dan mengikuti ajaran yang benar. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran seorang ayah atau orang tua dalam memberikan teladan yang baik kepada anak-anak mereka. Keteladanan yang baik dalam keluarga akan membentuk generasi yang kuat dalam iman dan akhlaq.
Allah pun mengabulkan tantangan masyarakat Sodom. Namun, sebelum azab itu turun, Allah ta’ala mengirimkan sejumlah Malaikat yang menjelma menjadi laki-laki yang tampan untuk bertamu kepada paman Nabi Luth; Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, untuk mengabarkan kabar gembira tentang akan lahirnya anak Nabi Ibrahim yang juga menjadi Nabi, yaitu Nabi Ishaq dan Ya’qub. Allah menceritakan kisah ini di dalam Al-Quran:
وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ * فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمِ لُوطٍ * وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ * قَالَتْ يَا وَيْلَتَى أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ * قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Dan sesungguhnya telah datang utusan-utusan Kami kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira.
Mereka mengucapkan: ‘Salam.’
Ibrahim menjawab: ‘Salam.’
Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, dia merasa asing terhadap mereka dan timbul rasa takut dalam hatinya.
Mereka berkata: ‘Jangan takut, sesungguhnya kami diutus kepada kaum Luth.’ Istrinya berdiri (dan mendengar), lalu dia tertawa. Maka Kami sampaikan kabar gembira kepadanya (dengan kelahiran) Ishaq, dan dari Ishaq (akan lahir) Ya’qub.
Istrinya berkata: ‘Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang aneh.’
Mereka (para utusan) berkata: ‘Apakah kamu merasa heran terhadap ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan berkah-Nya dicurahkan atas kamu, wahai Ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (QS. Hud: 69-73)
Pelajaran Akidah:
- Kepercayaan terhadap Malaikat sebagai Utusan Allah. Allah mengirim malaikat dalam bentuk manusia untuk menyampaikan kabar gembira kepada Nabi Ibrahim. Ini menunjukkan bahwa malaikat adalah utusan Allah yang membawa pesan-pesan-Nya. Kepercayaan terhadap malaikat sebagai utusan Allah merupakan bagian dari rukun iman yang harus diyakini oleh setiap Muslim.
- Keajaiban Kelahiran Nabi Ishaq dan Ya’qub. Kabar gembira tentang kelahiran Nabi Ishaq dan Ya’qub kepada Nabi Ibrahim dan istrinya yang sudah tua merupakan mukjizat dari Allah. Ini mengajarkan kita bahwa Allah bisa memberikan karunia-Nya kepada siapa saja, kapan saja, meskipun secara logika manusia itu tampak mustahil.
Pelajaran Akhlaq:
- Diantara akhlaq yang terpuji adalah memuliakan tamu. Nabi Ibrahim menyambut tamu-tamunya dengan penuh keramahan dan segera menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Ini menunjukkan pentingnya akhlaq dalam menyambut tamu dengan baik dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada mereka.
- Nabi Ibrahim dan istrinya menunjukkan kerendahan hati dan syukur ketika mereka menerima kabar gembira dari malaikat. Mereka tidak sombong atau merasa tinggi hati, melainkan justru takjub terhadap rahmat Allah. Ini mengajarkan kepada kita tentang buah manis dari kesabaran, dan juga selalu bersikap rendah hati, ikhlas dalam menerima segala ketetapan Allah dan menisbatkan seluruh nikmat sebagai karunia Allah ‘azza wa jalla.
Setelah menyampaikan kabar gembira, dan Nabi Ibrahim tahu bahwa yang datang adalah Malaikat, Nabi Ibrahimpun mencurhatkan tentang keadaan kaum Nabi Luth yang sudah keterlaluan rusaknya.
فَلَمَّا ذَهَبَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ الرَّوْعُ وَجَاءَتْهُ الْبُشْرَى يُجَادِلُنَا فِي قَوْمِ لُوطٍ * إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ * يَا إِبْرَاهِيمُ أَعْرِضْ عَنْ هَذَا إِنَّهُ قَدْ جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ وَإِنَّهُمْ آتِيهِمْ عَذَابٌ غَيْرُ مَرْدُودٍ
“Maka ketika rasa takut hilang dari Ibrahim dan kabar gembira telah datang kepadanya, dia berdebat dengan Kami tentang kaum Luth.
Sesungguhnya Ibrahim benar-benar seorang yang penyantun, sangat mengharapkan, dan selalu kembali (kepada Allah).
‘Wahai Ibrahim, berpalinglah dari ini. Sesungguhnya perintah Tuhanmu telah datang, dan sesungguhnya mereka akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak.” (QS. Hud: 74-76)
Pelajaran Akidah:
- Nabi Ibrahim mengetahui bahwa tamu yang datang adalah Malaikat setelah mereka menyampaikan kabar gembira. Hal ini menunjukkan keimanan Nabi Ibrahim kepada keberadaan dan tugas-tugas Malaikat yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu dan menjalankan perintah-Nya.
Pelajaran Akhlaq:
- Kesabaran dan Kepedulian Nabi Ibrahim. Dalam ayat tersebut, Nabi Ibrahim digambarkan sebagai orang yang penyantun, penyabar, dan selalu kembali kepada Allah. Hal ini tercermin dari sifat beliau yang peduli terhadap nasib kaum Nabi Luth meskipun mereka telah berbuat kerusakan yang sangat besar. Sikap beliau menjadi teladan tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim memiliki kepedulian terhadap orang lain, bahkan terhadap mereka yang melakukan dosa besar.
- Kepatuhan dan Ketundukan pada Perintah Allah. Ketika Allah telah menetapkan keputusan, Nabi Ibrahim segera mematuhi perintah untuk tidak lagi memikirkan kaum Nabi Luth. Ini menunjukkan bahwa seorang Muslim harus selalu patuh dan tunduk pada perintah Allah tanpa keraguan, terutama ketika keputusan tersebut telah ditetapkan oleh-Nya.
- Sikap Empati dan Kasih Sayang. Nabi Ibrahim menunjukkan rasa empati dan kasih sayang kepada kaum Nabi Luth, meskipun mereka adalah orang-orang yang sangat durhaka. Ini mengajarkan bahwa empati dan kasih sayang adalah bagian dari akhlak seorang Muslim, bahkan ketika menghadapi orang-orang yang berbuat keburukan.
Kemudian di saat terik matahari berada tepat di atas ubun-ubun para laki-laki tampan jelmaan
Malaikat itupun datang bertamu kepada Nabi Luth. Saat tahu ada laki-laki tampan datang bertamu ke ruamhnya, Nabi Luth amat khawatir tamu beliau mendapatkan perlakuan yang tak senonoh dari kaumnya. Ironinya, meskipun kedatangan mereka telah berusaha dirahasiakan oleh Nabi Luth, namun istribeliau mengungkap rahasia ini, ia kabarkan kepada masyarakat bahwa ada sejumlah laki-laki tampan bertamu ke rumah. Akhirnya masyarakat Sodom tahu dan mereka tertarik kepada para laki-laki tampan itu untuk melakukan perbuatan tercela; yang binatang saja tidak melakukannya. Nabi Luth mengatakan,
أتأتون الفاحشة ما سبقكم بها من أحد من العالمين
“Apakah kalian lancang melakukan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari seluruh alam?” (QS. Al-A’raf: 80)
Para Malaikat itu datang untuk menyampaikan memperingatkan Nabi Luth dan keluarganya tentang kehancuran kota Sodom.
Pelajaran Akidah:
- Percaya kepada Malaikat. Kisah ini mengingatkan umat Islam tentang salah satu rukun iman, yaitu percaya kepada malaikat. Malaikat yang datang kepada Nabi Luth bukan hanya membawa berita, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka menjalankan tugas-tugas Allah dalam menjaga dan menyampaikan peringatan
- Peringatan akan Azab Allah. Kisah ini menekankan pentingnya menjauhi perbuatan maksiat dan kekejian, karena Allah telah menetapkan hukuman yang berat bagi kaum yang melampaui batas. Azab yang diberikan kepada kaum Sodom menjadi peringatan bagi umat manusia akan akibat dari perbuatan durhaka kepada Allah.
Pelajaran Akhlaq:
- Menjaga Amanah dan Rahasia. Nabi Luth berusaha untuk menjaga tamunya dari perbuatan tercela masyarakat Sodom, ini menunjukkan pentingnya menjaga amanah dan kerahasiaan dalam hidup. Istrinya yang membocorkan rahasia ini menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap amanah dapat menyebabkan kerugian besar.
- Menghindari Perbuatan Keji. Masyarakat Sodom yang tertarik untuk melakukan perbuatan keji terhadap tamu Nabi Luth menunjukkan kerusakan moral yang sangat parah. Ini menjadi pelajaran bagi umat Islam untuk senantiasa menjaga akhlak dan menjauhi perbuatan keji, seperti zina dan homoseksualitas, yang sangat dilarang dalam Islam.
- Menjaga Kehormatan Tamu. Nabi Luth sangat khawatir akan keselamatan tamunya, ini menunjukkan pentingnya menjaga kehormatan dan keselamatan tamu yang datang berkunjung. Tuan rumah harus melindungi tamu dari hal-hal yang tidak baik, sebagai bentuk penghormatan dan kebaikan akhlak.
Azab Allah untuk kaum Sodompun tak bisa dielakkan. Seperti yang telah Allah janjikan, azab itu betul-betul datang menghancurkan mereka sehancur-hancurnya. Nabi Luth dan keluarganya selamat kecuali istrinya yang tetap kafir itu. Allah mengirimkan azab dari langit dan dari bumi, berupa suara amat keras yang menggelegar, tanah yang mereka tinggali bergoncang kuat hingga menjadikan negeri mereka terbalik, dan hujan batu dari tanah yang keras yang menghancurkan mereka.
Allah ta’ala berfirman,
فأخذتهم الصيحة مشرقين * فجعلنا عاليها سافلها وأمطرنا عليهم حجارة من سجيل
“Dan mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bagian atas negeri itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.”
(Al-Hijr, Ayat 73-74)
فلما جاء أمرنا جعلنا عاليها سافلها وأمطرنا عليها حجارة من سجيل منضود
“Ketika datang azab Kami, Kami jadikan bagian atasnya ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras yang bertubi-tubi.” (Hud, Ayat 82)
Pelajaran Akidah:
- Keesaan Allah (Tauhid Rububiyyah).
Azab yang menimpa kaum Sodom menunjukkan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu. Dialah yang mengatur dan mengendalikan alam semesta. Dalam kejadian ini, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan membinasakan kaum yang durhaka.
Pelajaran Akhlaq:
- Menjauhi Kemaksiatan dan Perbuatan Keji.Kaum Sodom dihancurkan karena mereka melakukan perbuatan keji yang tidak pernah dilakukan oleh umat sebelumnya. Ini menjadi peringatan untuk menjauhi segala bentuk kemaksiatan yang dapat mendatangkan murka Allah.
Kisah Nabi Luth ditutup di dalam Al-Quran dengan perintah Allah untuk mengambil pelajaran dari pembangkangan kaum Sodom dan akibat dari kedurhakaan yang mereka lakukan. Allah berfirman,
ولقد تركنا منها آية بينة لقوم يعقلون
“Sungguh, Kami tinggalkan dari negeri itu suatu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berpikir.” (QS. Al-Ankabut: 35)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Ahmad Anshori
Remajaislam.com