Ada banyak rintangan untuk bisa sampai pada kesuksesan. Bahkan tak jarang rintangan yang paling berbahaya menghambat adalah toxic di dalam diri. Rintangan lebih berbahaya lagi karena banyak tidak disadari, karena orang biasanya lebih fokus kepada musuh eksternal daripada musuh yang bersemayam di salam dirinya sendiri. Untuk bisa sukses nggak cuma dicapai dengan perang melawan musuh di luar sana, tapi juga berperang melawan musuh terbesar: diri kita sendiri.
Apa itu musuh di dalam diri?
Itulah nafsu sering banget menggiring kita ke arah yang salah, ngebuat kita lupa sama tujuan utama hidup di dunia ini untuk ibadah kepada Allah ta’ala. Nafsu jahat itulah yang sering disebut senagai toxic diri.
Toxic dalam diri adalah perilaku, pola pikir, atau kebiasaan yang merusak kesejahteraan mental, emosional, dan fisik seseorang. Sifat-sifat toxic ini bisa muncul dari rasa takut, kemalasan, ketidakpercayaan diri, atau dorongan untuk selalu mencari kenyamanan instan. Kalau kamu pengen sukses, kamu mesti berjuang ngelawan hawa nafsumu sendiri, ngerem keinginan buat menyerah, dan terus maju.
Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- pernah bilang,
المجاهد من جاهد نفسه
“Mujahid sejati itu adalah, yang berjuang keras ngelawan hawa nafsunya.” (HR. Bukhari).
Jadi, buat kamu yang lagi kejar mimpi dan pengen sukses, ingat pesan ini: jihad terbesarmu adalah ngelawan diri sendiri, yaitu mengusir toxic-toxic yang bersemayam di dalam diri. Gimana kamu bisa sabar, kuat, dan nggak gampang nyerah itu yang bakal nentuin jalan kesuksesanmu.
Senjata untuk melawan toxic itu adalah tekad, keteguhan, dan kesabaran. Inilah senjata yang diperlukan untuk melawan hawa nafsu. Jangan pernah menyerah atau berhenti hingga berhasil mencapai kebahagiaan yang sejati. Jalan yang dilalui mungkin berat dan penuh tantangan, namun itu adalah bagian dari jihad ini. Apabila seseorang kalah di satu ronde perlawanan, ia harus bangkit kembali untuk melawan nafsunya untuk ronde kedua, ketiga dan seterusnya. Ia hendaknya selalu memperbarui niat serta persiapannya untuk memulai perjuangan baru.
Imam At-Thiby -rahimahullah- berkata,
المجاهد (أي المجاهد الحقيقي) ليس من يقاتل الكفار فقط، بل المجاهد من جاهد نفسه وهواه على طاعة الله تعالى، لأن نفس الرجل أعظم عداوة عليه من الكفار. لأن الكفار بعيدون عنه، ولا يثق الالتحاق والقتال بهم إلا أحيانا. أما نفسه فهي ملازمة له دائما، وتغلبه على الخير والطاعة. ولا يثق القتال مع العدو الذي يلزم الرجل أهم من القتال مع العدو الذي هو بعيد عنه.”
“Mujahid (pejuang sejati) bukanlah orang yang hanya bertempur melawan orang kafir, melainkan mujahid adalah orang yang berjuang melawan dirinya sendiri dan hawa nafsunya demi ketaatan kepada Allah Ta’ala. Karena nafsu seseorang adalah musuh yang lebih besar baginya dibandingkan dengan orang-orang kafir. Sebab orang-orang kafir jauh darinya, dan pertarungan serta pertempuran dengan mereka hanya terjadi sesekali. Sedangkan nafsunya selalu menemaninya sepanjang waktu dan sering mengalahkannya dalam hal kebaikan dan ketaatan. Pertarungan dengan musuh yang dekat dan selalu ada lebih penting dibandingkan dengan musuh yang jauh.”
Kemenangan dalam kehidupan sejati diraih ketika seseorang mampu mengendalikan diri dan tetap berada di jalan ketaatan kepada Allah. Berjihadlah melawan dirimu sendiri dalam meraih kemenangan.
Wallahul muwaffiq…
Referensi:
Al-‘Ajin, Ali bin Ibrahim (2021), Al-Arba’un At-Tatwiriyyah; 40 Haditsan fi Tatwir Az-Dzat wa Asbab An-Najah. Naqatech.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com