“Duh, kemarin kelupaan (atau kehalang) puasa enam hari Syawal. Bisa diganti bulan depan gak, sih? Masih dapet pahala penuh?”
Kalau kamu termasuk yang nanya kayak gini, relax. Kamu gak sendiri. Banyak orang ngalamin hal yang sama; entah karena sakit, haid, repot kerja, ngurus keluarga, atau emang… lupa
Padahal, keutamaannya luar biasa banget. Rasulullah ﷺ bersabda:
“مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ”
“Barangsiapa berpuasa Ramadan, lalu mengikutinya dengan enam hari dari Syawal, maka ia seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim no. 1164)
Pertanyaannya: kalau kita baru bisa puasa di luar Syawal, misalnya di Dzulqa’dah, apakah masih dapet bonus “puasa setahun”? Nah, para ulama punya tiga pandangan nih. Yuk kita bongkar satu-satu!
Kata Ulama: Masih Bisa, Tapi Lihat Dulu Kasusnya
Tim “Masih Dapet Keutamaan”
Menurut sebagian ulama dari mazhab Maliki dan sebagian Hanbali, puasa enam hari masih bisa dijalanin meski udah lewat Syawal. Gak harus strict di bulan itu kok.
Al-‘Adawi bilang:
وَإِنَّمَا قَالَ الشَّارِعُ: (مِنْ شَوَّالٍ) لِلتَّخْفِيفِ بِاعْتِبَارِ الصَّوْمِ
لا تخصيص حكمها بذلك الوقت
“Penyebutan oleh syariat bahwa Syawal itu buat memudahkan, bukan buat ngeperket waktu.” (Hasyiyah ‘ala Al-Khorsyi 2/243)
Ibnul ‘Arabi juga mendukung:
“فلو فَعَلَهَا مِنْ غَيْرِ شَوَّالٍ لَكَانَ الْحُكْمُ فِيهَا كَذَلِكَ”
“Kalau puasanya dilakuin di luar Syawal pun, insyaAllah keutamaannya masih bisa kebawa.” (Tahdzib Furuq Al-Qorrofi)
Tim “Boleh Qadha, Tapi Gak Sama”
Nah, kalau ulama Syafi’iyah, mereka agak hati-hati. Kata mereka, puasa di luar Syawal ya tetap dapet pahala… tapi gak se-level kayak kalau dikerjain pas Syawal.
Kata Ibnu Hajar al-Haitami:
“فَإِنْ صَامَهَا فِي غَيْرِ شَوَّالٍ لَمْ يَحْصُلْ هَذَا الْفَضْلُ”
“Kalau puasanya di luar Syawal, ya gak dapat keutamaan sebagaimana disebutkan dalam hadis.”
Tim “Sorry, Udah Telat”
Mazhab Hanbali (resmi banget) bilang: kalau udah lewat Syawal, ya udah. Gak bisa ngejar pahala “puasa setahun” itu. Soalnya, hadisnya jelas banget nyebut “Syawal”.
Dalam Kasyaf al-Qina’ tertulis:
“وَلَا تَحْصُلُ الْفَضِيلَةُ بِصِيَامِهَا فِي غَيْرِ شَوَّالٍ”
“Gak dapet keutamaan kalau dilakuin di luar bulan Syawal.”
Tapi Aku Gak Sempet Karena Haid/Sakit/Travel…
Kalau kamu beneran kehalang karena udzur syar’i (haid, sakit, safar, dan semacamnya), tenang… Islam itu agama yang ngerti banget kondisi kita.
Dengerin apa kata Syaikh Ibnu Baz:
صيام الأيام الستة من شوال عبادة مستحبة غير واجبة، فلك أجر ما صمت منها، ويرجى لك أجرها كاملة إذا كان المانع لك من إكمالها عذراً شرعياً
“Puasa enam hari di bulan Syawal itu ibadah sunnah, bukan kewajiban. Jadi, kamu tetep dapet pahala dari hari-hari yang udah kamu puasa. Dan kalau kamu gak bisa nyelesain semua karena ada uzur yang syar’i (kayak sakit, haid, atau safar), insyaAllah kamu tetep dapet pahala lengkapnya.”
Ini juga sesuai sama sabda Nabi ﷺ:
“إِذَا مَرِضَ العَبْدُ أَوْ سَافَرَ، كَتَبَ اللَّهُ لَهُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا”
“Kalau seorang hamba sakit atau safar, Allah tetap catat pahalanya seolah dia sedang sehat dan tinggal di rumah.” (HR. Bukhari)
So, Gimana Baiknya?
- Kalau masih sempet puasa Syawal, kerjain sekarang! Jangan nunda-nunda.
- Kalau udah lewat tapi gak ada udzur, puasa tetap boleh, tapi pahala “puasa setahun” bisa aja gak penuh.
- Kalau kehalang karena udzur, jangan sedih. Allah Maha Adil. InsyaAllah tetap dapet pahala sempurna.
“إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ”
“Allah gak akan sia-siakan pahala orang yang berbuat baik.”
(QS. At-Taubah: 120)
Kalau kamu pengen tetap semangat ibadah meski telat puasa Syawal, cobain deh lanjut puasa Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, atau puasa Daud. Pahalanya tetap luar biasa, dan hatimu tetap hidup.
Wallahua’lam bis showab.
Penulis: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com