Hakikat Tawakkal kepada Allah
Bismillah…
Tawakkal adalah ibadah hati yang sangat agung. Para ulama menegaskan, tawakkal bukan sekadar menyerahkan urusan kepada Allah tanpa usaha, tetapi merupakan penggabungan antara usaha maksimal dengan penyandaran hati total kepada Allah.
Sebagaimana keterangan dari Imam Ibnu Qudamah rahimahullah:
اعلَمْ أنَّ التَّوكُّلَ مَأخوذٌ مِنَ الوَكالةِ، يُقالُ: وكَلَ فُلانٌ أمرَه إلى فُلانٍ، أي: فوَّضَ أمرَه إليه، واعتَمَدَ فيه عليه.
فالتَّوكُّلُ عِبارةٌ عنِ اعتِمادِ القَلبِ على الموكَّلِ، ولا يَتَوكَّلُ الإنسانُ على غَيرِه إلَّا إذا اعتَقدَ فيه أشياءَ: الشَّفَقةُ، والقوَّةُ، والهدايةُ.
“Ketahuilah bahwa tawakal berasal dari kata wakālah (perwakilan). Dikatakan: “Si Fulan mewakilkan urusannya kepada si Fulan,” artinya ia menyerahkan urusannya kepadanya dan bergantung kepadanya dalam hal itu. Maka tawakal adalah bersandarnya hati kepada pihak yang dijadikan sandaran. Seseorang tidak akan bertawakal kepada yang lain kecuali jika ia meyakini adanya tiga hal pada dirinya: kasih sayang, kekuatan, dan petunjuk.” (Mukhtashor Minhaj Al-Qosidin, hal. 332)
Hati bergantung kepada Tuhan yang berada di atas langit, sementara ikhtiar yang kuat berada di bumi. Allah Ta’ala berfirman:
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Hanya kepada Allah-lah hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang beriman.” (QS. Al-Māidah: 23)
Ayat ini menunjukkan bahwa tawakkal adalah bukti keimanan yang hakiki.
Ditambah lagi jika ibadah tawakkal bergabung dengan takwa, maka Tawakka hajat hidupnya baik urusan dunia maupun akhirat akan terwujud dengan mudah penuh kelapangan. Betapa banyak hamba yang menyerahkan urusannya kepada Allah, lalu Allah pun mencukupinya dari segala yang merisaukannya. Allah Ta‘ala berfirman:
ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكل على الله فهو حسبه
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya.” (QS. Ath-Thalaq: 2–3).
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa tawakkal ada dua macam: tawakkal dalam urusan dunia dan tawakkal dalam urusan akhirat (Al-Fawaid, 1/125-126).
1. Tawakkal dalam Urusan Dunia
Yaitu bersandar kepada Allah untuk mendapatkan kebutuhan duniawi dan menghindarkan diri dari musibah. Allah memerintahkan kita agar mencari rezeki, tetapi tetap menyandarkan hati hanya kepada-Nya:
فَابْتَغُوا عِندَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Maka carilah rezeki di sisi Allah, sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al-‘Ankabūt: 17)
Nabi ﷺ juga bersabda tentang burung sebagai contoh makhluk yang bertawakkal dalam urusan dunia:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar, lalu pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2344; hasan sahih)
Hadis ini menunjukkan bahwa tawakkal dalam urusan dunia harus disertai usaha, bukan diam pasif.
2. Tawakkal dalam Urusan Agama
Inilah tawakkal yang paling agung, lebih afdol daripada tawakkal dalam urusan duniawi. Yaitu bersandar kepada Allah untuk meraih maslahat-maslahat di akhirat, seperti hidayah, menegakkan iman, menunaikan jihad, dan mendakwahkan agama-Nya dll. Allah Ta’ala berfirman:
رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Ya Rabb kami, hanya kepada-Mu kami bertawakkal, hanya kepada-Mu kami bertaubat, dan hanya kepada-Mulah tempat kembali.” (QS. Al-Mumtahanah: 4)
Doa ini adalah doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalām bersama orang-orang beriman yang menjadikan tawakkal sebagai sandaran utama dalam urusan agama.
Demikian pula, Allah menegaskan perintah tawakkal kepada Nabi ﷺ dalam perjuangan dakwah:
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
“Jika mereka berpaling, maka katakanlah: ‘Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Rabb ‘Arsy yang agung.’” (QS. At-Taubah: 129)
Bahkan Allah menjadikan tawakkal sebagai syarat kemenangan dalam jihad:
إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُنزَلِينَ، بَلَى إِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُم مِّن فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ، وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِ ۗ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“(Ingatlah) ketika engkau (wahai Nabi) berkata kepada orang-orang beriman: ‘Apakah tidak cukup bagi kalian bahwa Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan?’ Bahkan jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya Allah akan menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang mempunyai tanda. Dan Allah tidak menjadikannya kecuali sebagai kabar gembira bagi kalian, agar hati kalian tenteram karenanya. Kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Āli ‘Imrān: 124–126)
Ayat ini menunjukkan bahwa kemenangan dalam urusan agama bukan karena jumlah dan kekuatan, tetapi karena tawakkal yang disertai sabar dan takwa.
Perbedaan Tingkatan Tawakkal
Siapa tawakkalnya hanya sebatas urusan dunia, Allah tetap mencukupinya, sebagaimana janji-Nya:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barang siapa bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya.” (QS. At-Talāq: 3)
Namun, orang yang tawakkalnya untuk urusan agama, Allah akan mencukupinya di dunia dan meninggikannya di akhirat. Karena itulah Rasulullah ﷺ mengajarkan tawakkal yang agung dalam doa beliau:
اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْ تُضِلَّنِي، أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لَا يَمُوتُ، وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوتُونَ
“Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakkal, kepada-Mu aku kembali, dan dengan-Mu aku berdebat. Ya Allah, aku berlindung kepada kemuliaan-Mu, tiada ilah kecuali Engkau, dari kesesatan. Engkau Mahahidup yang tidak mati, sementara jin dan manusia semuanya akan mati.” (HR. Muslim, no. 2717)
Kesimpulan
- Tawakkal dalam urusan dunia tetap bernilai ibadah, namun terbatas pada kebutuhan sesaat.
- Tawakkal dalam urusan agama adalah tawakkal yang paling agung, sebagaimana para nabi dan rasul, karena dengannya seorang hamba mendapat kecukupan dunia dan kemuliaan akhirat.
- Maka, seorang mukmin hendaknya menata hatinya agar tawakkalnya selalu diarahkan pertama-tama kepada urusan agama: meraih hidayah, mengikhlaskan tauhid, mengikuti Rasul, serta berjihad melawan kebatilan.
Wallahu a‘lam.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com