Bismillah…
Doa tersebut adalah salah satu doa yang rutin dibaca oleh Nabi ﷺ di pagi hari, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا”
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah, no. 925. Dishahihkan oleh Al-Albani)
Doa ini sangat singkat namun sarat makna. Di dalamnya terdapat tiga permintaan penting yang menjadi kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Berikut penjelasannya:
1. Ilmu yang Bermanfaat (عِلْمًا نَافِعًا)
Dalam doa ini, Nabi ﷺ memulai dengan permintaan ilmu yang bermanfaat. Ini menunjukkan bahwa ilmu adalah dasar dan awal dari segalanya. Amal dan pencarian rezeki tidak akan bernilai jika tidak berdasarkan ilmu.
Allah ﷻ berfirman:
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ
“Maka ketahuilah bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan mohonlah ampunan untuk dosamu.” (QS. Muhammad: 19)
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah memulai kitab Sahih-nya dengan bab “Ilmu sebelum berkata dan beramal.”
Artinya, amal tanpa ilmu tidak sah. Maka wajib bagi seorang muslim untuk menuntut ilmu yang benar, berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, yang membuahkan ketakwaan dan ketundukan hati.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang:
- Menambah rasa takut kepada Allah
- Menghasilkan amal salih
- Membuat seseorang rendah hati
- Semakin semangat menuntut ilmu dan menyebarkannya
Adapun ilmu yang tidak bermanfaat, maka kita diperintahkan untuk berlindung dari padanya:
سَلُوا اللَّهَ عِلْمًا نافِعاً، وَتَعوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ عِـــــلْمٍ لَا يَنْفَعُ
“Mintalah kepada Allah ilmu yang bermanfaat, dan berlindunglah kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat.” (HR. Ibnu Majah no. 3843, dishahihkan Al-Albani)
2. Rezeki yang Baik (رِزْقًا طَيِّبًا)
Permintaan selanjutnya adalah rezeki yang baik. Ini mengajarkan kita bahwa tidak semua rezeki itu baik, meskipun kelihatannya banyak.
Rezeki yang baik adalah:
- Halal sumbernya
- Bersih dari kezaliman
- Didapatkan dengan cara yang diridhai Allah.
Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا
“Wahai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang saleh.” (QS. Al-Mu’minun: 51)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 172)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan makanan yang halal berpengaruh pada kesalihan amal. Maka, jika seseorang ingin doanya dikabulkan dan amalnya diterima, dia harus menjaga agar rezekinya bersumber dari yang halal.
3. Amal yang Diterima (عَمَلًا مُتَقَبَّلًا)
Permintaan terakhir dalam doa ini adalah agar amal yang kita lakukan diterima oleh Allah ﷻ. Ini menunjukkan bahwa tidak semua amal otomatis diterima.
Allah hanya menerima amal yang memenuhi dua syarat:
1. Ikhlas karena Allah – bukan karena riya’, popularitas, atau dunia
2. Sesuai dengan sunnah Nabi ﷺ
Allah ﷻ berfirman:
ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)
Pernah ditanyakan kepada Abu ‘Ali, putra dari al-Fudhail bin ‘Iyadh, “Wahai Abu ‘Ali, apa maksud dari amalan yang terbaik?”
Beliau menjawab, “Yaitu yang paling ikhlas dan paling benar.”
Lalu ditanya lagi, “Apa maksudnya paling ikhlas dan paling benar itu?”
Beliau menjelaskan:
«إنَّ العمل إذا كان خالصًا ولم يكن صوابًا لم يُقبل، وإن كان صوابًا ولم يكن خالصًا فلم يُقبل، حتى يكون خالصًا صوابًا
“Jika suatu amal dilakukan dengan penuh keikhlasan tapi tidak sesuai tuntunan (sunnah), maka tidak akan diterima. Sebaliknya, jika sesuai tuntunan tapi tidak ikhlas, itu pun tidak diterima.
Amalan baru akan diterima jika memenuhi dua syarat: ikhlas dan benar.”
Kemudian ditanya lagi, “Wahai Abu ‘Ali, apa yang dimaksud dengan ikhlas dan benar itu?”
Beliau menjawab:
الخالص: أن يكون لله، والصواب: أن يكون على السنة
“Yang ikhlas, maksudnya hanya karena Allah.
Yang benar, maksudnya sesuai dengan sunnah Rasulullah ﷺ.”
Maka seseorang wajib meluruskan niat dan meneladani Nabi ﷺ dalam ibadahnya agar amal tersebut diterima di sisi Allah.
Kesimpulan: Doa yang Mencakup Semua Kebaikan
Doa ini mencakup ilmu sebagai dasar, rezeki halal sebagai bekal, dan amal yang diterima sebagai tujuan. Sangat dianjurkan bagi setiap muslim untuk menjaga doa ini di pagi hari, sebagaimana Nabi ﷺ menjadikannya sebagai wirid harian setelah salat Subuh.
Namun, doa saja tidak cukup. Harus dibarengi dengan usaha nyata, belajar ilmu agama, mencari nafkah yang halal, dan memperbaiki amal agar diterima.
Wallahu a’lam.
—
Referensi:
Tafsir Ibnu Katsir
Syarh Riyadhus Shalihin – Syaikh Utsaimin
Silsilah Ahadits Shahihah – Al-Albani
Oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com