Salam Cuma di-Read? Yuk, Pahami Dulu Hukumnya!
Pernah ngucapin salam di grup, tapi cuma dibaca?
Kebayang nggak sih, udah ngetik “Assalamu’alaikum” di grup atau DM, tapi nggak ada satu pun yang bales?
Rasanya kayak ngobrol sama tembok. Tapi ini bukan soal baper. Ada yang lebih penting dari sekadar “di-read doang” yaitu hukum jawab salam dalam Islam, dalam konteks interaksi di dunia digital.
Jawab Salam di Chat; Wajib Nggak, Sih?
Zaman sekarang, kita sering ngucap salam lewat teks: di WhatsApp, IG DM, komentar YouTube, bahkan status broadcast. Tapi, banyak yang belum tahu: apakah menjawab salam di chat itu wajib?
Terus, kalau salamnya ditujukan ke grup, apa cukup satu orang aja yang bales?
Dalam Islam, hukum jawab salam itu serius. Nggak jawab salam bisa jadi dosa, karena jawab salam itu hukumnya wajib.
Nabi ﷺ bersabda:
أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
“Sebarkanlah salam di antara kalian.” —HR. Muslim, no. 54
Dan yang namanya perintah dari Nabi, itu bukan cuma buat suasana offline aja. Ulama zaman dulu bahkan udah bahas soal salam lewat surat dan utusan, yang relevan banget dengan konteks chatting zaman now.
Gimana Hukum Menjawab Salam di Grup atau Chat Pribadi?
Jawabannya dibedakan tergantung konteks:
Pertama, Salam di Grup (Banyak Orang) = Fardhu Kifayah
Artinya, cukup satu orang yang jawab, maka yang lain nggak berdosa. Tapi kalau nggak ada satu pun yang bales, semua kena dosanya.
Imam al-Buhuti -rahimahullah- bilang dalam Kasyf al-Qinā’:
(ورده فرض عين على)
المسلَّم عليه (المنفرد)… وفرض (كفاية على الجماعة) المسلَّم عليهم، فيسقط برد واحد منهم (فورا)
“Menjawab salam secara pribadi hukumnya fardhu ‘ain, sedangkan kalau salam ditujukan kepada kelompok, maka hukumnya fardhu kifayah. Cukup satu orang yang menjawab, asal dilakukan segera.” (Kasyf al-Qinā’, 2/152)
Kedua, Salam di Chat Pribadi = Wajib Jawab (Fardhu ‘Ain)
Kalau kamu dikirimi salam secara personal, wajib jawab. Nggak bisa alesan sibuk atau lupa. Jawab bisa lisan (diucapkan) atau lebih baik diketik langsung, biar yang ngucap salam tahu kalau kamu membalasnya.
Imam an-Nawawi -rahimahullah- juga menyatakan dalam al-Adzkar:
إذا نادى إنسان إنسانا من خلف ستر أو حائط، فقال: السلام عليك… فبلغه الكتاب أو الرسول، وجب عليه أن يرد السلام
“Jika seseorang menyampaikan salam, baik lewat tabir atau surat atau utusan, maka ketika salam itu sampai, wajib atas penerima untuk membalasnya.”
(al-Adzkar, hal. 247)
Keempat, Lewat Media (TV, Radio, Buku) = Fardhu Kifayah
Syaikh Ibn Baz -rahimahullah- pernah ditanya soal orang yang mengucapkan salam lewat tulisan di buku, artikel, atau di TV. Beliau jawab:
رد السلام في مثل هذا من فروض الكفاية… والأفضل أن يرد كل مسلم سمعه
“Menjawab salam seperti ini termasuk fardhu kifayah. Tapi lebih baik kalau setiap Muslim yang mendengarnya menjawab.” (Majmu’ Fatawa Ibn Baz, 9/396)
Kelima, Gimana Kalau Kita Cuma Baca, Tapi Nggak Jawab?
Imam Ibn Hajar al-Haitami -rahimahullah- menjelaskan:
فلزمه الرد فورا… وإن كان بالكتابة لزمه الرد بها، أو باللفظ
“Wajib menjawab salam secara langsung, kalau salamnya lewat tulisan, maka balas bisa dengan tulisan atau ucapan.” (al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra, 4/246, dikutip secara ringkas)
Kesimpulan:
Jangan Dianggurin, Jawab Salam Itu Ibadah!
Ngucapin dan jawab salam itu bukan basa-basi, tapi ibadah yang bernilai pahala. Bahkan ketika disampaikan lewat teks, hukumnya tetap berlaku. Kalau di grup, cukup satu orang yang jawab — tapi lebih banyak yang jawab, lebih baik. Kalau personal, wajib balas, sebaiknya langsung ditulis biar nggak bikin orang kepikiran.
Kalau kamu dapet salam, minimal balas kayak gini:
“Wa’alaikumussalam warahmatullah.”
atau
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.”
Ditulis oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com