Jalan Keselamatan dari Riya’
Bismillah…
Ada penyakit hati yang diam-diam mengintai, lebih berbahaya dari luka yang terlihat. Namanya riya’. Ia seperti api kecil yang membakar kayu kering, merusak amal seberat gunung hingga tidak tersisa setitik pun pahala di sisi Allah ﷻ.
Obatnya?
Ikhlas…
Ikhlas itu seperti mata air jernih. Ia membersihkan hati dari kotoran pandangan manusia, meninggalkan hanya satu tujuan: berharap ridha Allah semata.
Dalil tentang Wajibnya Ikhlas
Allah sudah mengingatkan kita dalam firman-Nya:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak diperintah kecuali agar menyembah Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dan juga firman-Nya:
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ ۞ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
“Maka sembahlah Allah dengan ikhlas, ikhlas karena agama itu hanya milik Allah.”
(QS. Az-Zumar: 2–3)
Rasulullah ﷺ pun menegaskan:
إنَّ اللهَ لا يقبل من العمل إلا ما كان له خالصًا، وابتُغِي به وجهُه
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang ikhlas dan ditujukan untuk mencari wajah-Nya.” (HR. An-Nasā’ī, no. 3140; shahih)
Ayat dan hadis ini ibarat pagar yang tegas: tanpa ikhlas, sebaik apa pun amal, ia akan kosong.
Cara Menjaga Ikhlas
Ikhlas bukan perkara sekali jadi. Ia harus dijaga, dilatih, dirawat. Para ulama memberi kita beberapa jalan agar terhindar dari riya’:
1. Perbanyak doa.
Ikhlas bukan semata hasil usaha manusia, tapi hadiah dari Allah. Maka mintalah kepada-Nya agar hati ini bersih dari riya’. Bahkan Nabi ﷺ sendiri sering berdoa agar terhindar dari syirik, termasuk syirik kecil seperti riya’.
2. Jangan beramal demi pandangan manusia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُسَمِّعْ يُسَمِّعِ اللَّهُ بِهِ
“Siapa beramal dengan riya’, Allah akan menyingkapnya. Barangsiapa beramal untuk didengar orang, Allah akan memperdengarkan aibnya.”
(HR. Bukhari, no. 6499; Muslim, no. 2987)
Berhati-hatilah. Amal yang ditujukan untuk manusia justru akan membuat Allah membongkar aib kita di hadapan manusia.
3. Menumbuhkan rasa muraqabah (diawasi Allah).
Seorang mukmin yakin bahwa Allah selalu tahu isi hati.
قُلْ إِن تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ
“Katakanlah: Jika kalian menyembunyikan apa yang ada di dalam dada kalian atau menampakkannya, Allah tetap mengetahuinya.”
(QS. Āli ‘Imrān: 29)
Kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi akan meluruskan niat, menjaga hati tetap bersih.
Riya’ adalah syirik kecil. Ia merusak amal, mengikis pahala, bahkan bisa menyeret pelakunya pada azab. Jalan keselamatan darinya adalah dengan ikhlas, berdoa sungguh-sungguh, berhenti mencari pandangan manusia, dan selalu merasa diawasi oleh Allah.
Ikhlas itu ringan di bibir, tapi berat di hati. Namun jika hati sudah terisi dengan ikhlas, dunia ini akan terasa lebih lapang.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com