Bismillah….
Jadi, ada yang namanya Salisul Baul, nih. Buat kamu yang mungkin belum familiar, ini adalah istilah dalam fikih Islam yang terjadi pada pada seseorang yang mengalami kesulitan mengendalikan kandung kemihnya, sehingga urine bocor tanpa disadari. Kondisi ini dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang tua, dan wanita lebih beresiko mengalami salisul baul daripada pria. Istilah medis untuk Salisul Baul adalah “inkontinensia urine”. Kondisi ini dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang tua. Dimasyarakat sering diistilahkan “ngompol” atau “beser”.
Sobat Remajaislam yang dimuliakan Allah.
Di dalam Islam, seorang yang mengalami salisul baul mendapatkan keringanan/rukhsoh dalam hal bersuci, dikarenakan penyakit yang dideritanya akan merepotkan dia bila harus menjalani berwudhu dan membersihkan najis, sebagaimana kondisi yang ideal. Islam selalu memberikan kemudahan di setiap situasi sulit yang dialami penganutnya,
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“Dia tidak menjadikan sesuatu yang sulit bagimu dalam agama ini.” (QS. Al-Hajj: 78)
Keringan bagi penderita salisul baul, disamakan oleh para ulama dengan keringan yang berlaku pada wanita istihadoh (keluarnya darah penyakit/selain darah haid secara terus menerus). Hadis yang utama menjadi dalil dalam perkara istihadoh adalah hadis dari Fatimah bintu Jahsy -radhiyallahu’anha-, beliau pernah bertanya kepada Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam-,
يا رسول الله، إني امرأة أستحاض فلا أطهر أفأدع الصلاة؟
“Ya Rasulullah, aku adalah wanita yang mengalami istihadhah sehingga aku tidak pernah suci. Apakah aku harus meninggalkan shalat?”
لا، إنما ذلك عرق وليس بحيض، فإذا أقبلت حيضتك فدعي الصلاة وإذا أدبرت فاغسلي عنك الدم ثم صلي، ثم توضئي لكل صلاة حتى يجيء ذلك الوقت
“Tidak, itu hanyalah darah urat (luka) dan bukan darah haid. Jika haidmu datang, maka tinggalkanlah shalat, dan jika haidmu telah berlalu, bersihkan darah tersebut dan kemudian shalatlah. Kemudian saat kamu istihadoh berwudhulah untuk setiap shalat hingga datang waktu shalat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadis ini, wanita istihadoh mendapatkan keringan dalam hal bersuci sebagai berikut; yang mana hal ini juga berlaku pada penderita salisul baul:
Pertama, berwudhu setiap masuk waktu salat fardu.
Artinya, satu wudhu untuk satu shalat fardu, dan boleh digunakan untuk berbagai shalat sunah dan wajib lainnya yang berada di dalam rentang waktu shalat fardu tersebut. Wudu orang yang seperti ini akan batal jika:
- Telah berakhir waktu shalat yang ia berwudhu untuknya.
- Terjadinya pembatal wudhu lainnya selain keluarnya darah atau air kencing, seperti kentut.
Kedua, membersihkan kemaluan setiap hendak shalat fardu.
Ketiga, memakain pembalut.
Namun, ada catatan penting tentang kriteria salisul baul dihukumi boleh mendaoatkan rukhshoh tersebut, Catatan ini termaktub di dalam Fatawa Islam berikut ini:
إن سلس البول هو استمرار نزوله نزولاً يستغرق جميع الوقت، بحيث لا يجد صاحبه وقتاً يمكنه أن يتطهر ويصلي فيه، فإذا كان من يخرج منه البول لا يجد وقتاً يتسع لفعل الطهارة والصلاة في أثناء وقت الصلاة، فالواجب عليه أن يتحفظ بوضع شيء على الفرج يمنع من انتشار النجاسة في الثياب، ويتوضأ لكل صلاة بعد دخول الوقت، وأما إذا كان يجد وقتاً يتسع لفعل الطهارة والصلاة فالواجب عليه أن يتطهر ويصلي في الوقت الذي لا يخرج فيه منه شيء.
“Salisul baul adalah kondisi keluarnya urine secara terus-menerus sehingga memakan seluruh waktu, sehingga penderitanya tidak menemukan waktu yang cukup untuk bersuci dan shalat. Jika seseorang mengalami keluarnya urine dan tidak menemukan waktu yang cukup untuk melakukan bersuci dan shalat di dalam waktu shalat, maka ia wajib menjaga kebersihan dengan meletakkan sesuatu pada kemaluannya untuk mencegah penyebaran najis ke pakaian, dan ia harus berwudhu untuk setiap shalat setelah masuk waktu shalat. Namun, jika ia menemukan waktu yang cukup untuk melakukan bersuci dan shalat, maka ia wajib bersuci dan shalat pada waktu di mana tidak ada sesuatu yang keluar darinya.” (Fatawa Islam, no. 119395, islamweb.net)
Artinya, salisul baul yang berhak secara islam mendapatkan keringanan bersuci sebagaimana yang telah dipaparkan di atas adalah, yang terjadi terus-menerus, hingga tidak memiliki waktu jeda yang cukup untuk bersuci dan shalat. Jika ada waktu yang cukup untuk bersuci dan shalat, maka ia wajib memanfaatkan kesempatan itu untuk shalat dengan bersuci yang normal.
Wallahua’lam bis shawab.
Referensi:
Al-Qohtoni, Sa’id bin Ali bin Wahb (1416H). Thuhur Al-Muslim fi Dhouil Kitab was Sunnah. Silsilah Ushul Al-Islam 2(1).
Islamweb.net. الضابط الذي يعرف به المرء أنه مصاب بسلس البول. Diakses dari https://www.islamweb.net/ar/fatwa/119395/%D8%A7%D9%84..
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com
