Siroh maksudnya kisah hidup Nabi Muhammad -shallallahu’alaihi wa sallam-.
Belajar siroh adalah nutrisi bagi hati, kebahagian untuk jiwa. Bahkan siroh Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- adalah bagian dari agama Islam. Sehingga memperlajarinya sama dengan mempelajari agama Islam dan bernilai ibadah. Karena kehidupan Nabi yang mulia Muhammad -shallallahu’alaihi wa sallam- berisi perjuangan, kesabaran dalam mewujudkan peribadatan kepada Allah ta’ala, dan dakwah mengajak manusia kepada agama Allah ‘azza wajalla.
Dalam memperlajari siroh Nabi terkandung inspirasi yang sangat berharga, diantaranya berikut ini:
Pertama, Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- adalah teladan untuk seluruh manusia di dalam segala aspek kehidupan.
Sebagaimana Allah firmankan,
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (Surat Al-Ahzab: 21)
Belajar dari keteladahan beliau tak akan bisa di raih kecuali dengan mempelajari siroh beliau.
Kedua, Kisah kehidupan Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- adalah ukuran amalan ibadah yang diterima oleh Allah dan yang tidak. Yang sesuai dengan tuntunan beliau itulah amalan yang diterima, yang tidak sesuai maka tidak akan diterima oleh Allah.
Terkait hal ini Sufyan bin ‘Uyainah -rahimahullah- berkata,
إن رسول الله صلى الله عليه وسلم هو الميزان الأكبر؛ فعليه تعرض الأشياء ، على خُلقه وسيرته وهديه ، فما وافقها فهو الحق ، وما خالفها فهو الباطل
“Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- adalah standar paling utama, kehidupan beliau adalah referensi segala hal. Akhlaknya, kisah hidupnya dan petunjuk-petunjuknya. Maka yang sesuai dengan kehidupan beliau maka itulah kebenaran, yang menyelisihi kehidupan beliau, itulah kebatilan.” (Diriwayatkan oleh Al-Khotib Al-Baghdadi di dalam pendahuluan kitab “Al-Jami’ i Akhlaqir Rowi wa Adab As-Sami’).
Ketiga, mempelajari siroh dapat membantu memahami ayat-ayat Al-Qur’an.
Karena seluruh hidupnya Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- adalah pengaplikasian terhadap seluruh ayat All-Qur’an. Ibnunda Aisyah -radhiyallahu’anha- ketika ditanya tentang bagaimana akhlaknya Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam-, beliau menjawab,
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
“Akhlak beliau adalah Al-Quran.”
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qolam: 4)
Yang dimaksud akhlak pada ayat ini adalah: seluruh agama Islam ini, sebagai agama yang sempurna.
Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- telah mengamalkan seluruh perintah Al-Quran secara sempurna dan dapat meninggalkan seluruh larangan Al-Qur’an secara sempurna. Seluruh teori Al-Quran tentang moral dan etika atau akhlak dan adab beserta seluruh hukum agama, telah beliau wujudkan di dalam hidup beliau. Seluruh hidup beliau adalah aplikasi yang sempurna terhadap seluruh isi Al-Quran. Maka mempelajari dan memahami siroh beliau sangat membantu seorang muslim memahami makna yang sebenarnya dari pesan-pesan Al-Qur’an. Di saat Anda membaca kitab-kitab tafsir, pada bahasan asbab an-nuzul (sebab turun ayat), Anda akan menemukan keterkaitan turunnya ayat dengan siroh Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-. Ini menunjukkan mempelajari siroh Nabi adalah kebutuhan pokok bagi setiap muslim.
Keempat, belajar siroh Nabi adalah bukti ketulusan cinta kepada beliau -shallallahu’alaihi wa sallam-.
Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tak akan sempurna iman kalian sampai aku lebih kalian cintai daripada orangtuanya, anak-anaknya dan seluruh manusia.” (Muttafaqun ‘alaih).
Di dalam Shahih Bukhori, pada hadis Umar bin Khottob -radhiyallahu’anhu- beliau berkata,
قلت يَا رَسُولَ اللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي
“Aku sampaikan kepada Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- “Sungguh engkau adalah manusia yang paling aku cintai melebihi siapapun kecuali diriku.”
Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- lantas merespon,
لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ
“Tidak seperti itu ya Umar, demi Tuhan yang jiwaku berada pada genggamanNya… sampai aku menjadi orang yang kamu cintai melebihi dirimu sendiri.”
Umar menjawab,
فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي
“Sekarang demi Allah, Anda lebih aku cintai daripada diriku sendiri.”
الْآنَ يَا عُمَرُ
“Nah… sekarang ya Umar.”
Maksudnya “Sekarang kamu sudah tahu ya Umar, dan kamu telah mengabarkan kewajibanmu tentang melakukan sesuatu yang dapat menyempurnakan imanmu”. (Al-Mausu’ah Al-Haditsiyyah)
Untuk menuluskan cinta kepada Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-, amat dibutuhkan mempelajari siroh Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-. Agar tahu kisah kehidupan beliau yang indah dan penuh berkah. Agar cinta kepadanya semakin bertambah.
Sebagai contoh kisah kehidupan beliau yang amat indah, suatu hari beliau pernah didatangi oleh seorang yang sangat membenci beliau. Bahkan dia menyampaikan apa adanya, tak ada orang yang paling beliau benci di muka bumi melebihi bencinya kepada Muhammad -shallallahu’alaihi wa sallam-. Lalu orang itu melihat bagaimana akhlak Nabi dan petuah-petuahnya, seketika itu berubahlah perasaannya kepada Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-, dia menjadi amat mencintai Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-. Lalu dia berterus terang kepada Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam-,
يا مُحَمَّدُ وَاللَّهِ مَا كَانَ عَلَى وَجْهٌ الْأَرْضِ أَبْغَضَ إِلَيَّ مِنْ وَجْهِكَ فَقَدْ أَصْبَحَ وَجْهُكَ أَحَبَّ الْوُجُوهِ كُلِّهَا إِلَيَّ
“Ya Muhammad, dulu tak ada orang yang paling aku benci di seluruh dunia ini selain Anda. Namun sekarang sungguh Anda adalah orang yang paling aku cintai dari seluruh makhluk di dunia ini.” (HR. Ahmad)
Karena kehidupan beliau dipenuhi cinta, kasih sayang, akhlak adab yang baik dan kelembutan. Allah berfirman,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ
وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS. Ali Imron: 159)
Di saat rasa cinta kepada Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- telah tumbuh kuat di dalam sanubari, maka cinta itu akan menggiring kepada banyak kebaikan, cinta itu akan membuatnya semangat mengikuti sunnah atau ajarannya. Sebagaimana yang terjadi pada para sahabat Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam, semoga Allah meridhoi mereka semua.
Berlanjut insyaallah…..
Referensi:
- Al-Badr, Abdurrazaq. Min Fawaaid Dirosah As-Siroh An-Nabawiyyah. Diakses pada 16 Februari 2023 dari https://al-badr.net/muqolat/3071.
- As-Saqof, ‘Alawi bin Abdul Qadir. Al-Mausu’ah Al-Haditsiyyah. Diakses pada 16 Februari 2023 dari https://www.dorar.net/hadith/sharh/13097.
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com