Takwa secara bahasa berasal dari kata Al Wiqoyah (الوقاية), artinya pagar atau pelindung dari sesuatu yang akan membahayakan. Sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah ta’ala,
وَوَقَاهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
“Kami menjaga mereka dari azab neraka.” (QS. Ad-Dukhon: 56)
Berdasarkan makna ini bisa dipahami bahwa saat Anda mengatakan kepada teman Anda “bertakwalah kepada Allah” maka maknanya adalah, bangunlah atau upayakanlah sebuah pelindung antara kamu dan azab Allah. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi shalallahu alaihi wa sallam,
اتَّقوا النار ولو بشق تمرة
“Bertakwalah dari neraka (buatlah pelindung dari siksa neraka) walah dengan bersedekah dengan sebagian buah kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian secara istilah, banyak sekali definisi yang diutarakan oleh para ulama, namun bisa disimpulkan bahwa takwa itu terdiri dari tiga unsur, yaitu:
1. Niat/motiv.
2. Taat.
3. Ilmu.
Taat dalam perintah dengan melakukannya, dan taat dalam larangan dengan meninggalkannya. Kemudian ketaatan ini didasari dengan ilmu serta niat yang ikhlas.
Definisi yang tergolong paling lengkap adalah yang diungkapkan oleh seorang tabi’in yang bernama Thalk bin Habib -rahimahullah-, beliau berkata,
إذا وقعت الفتن، فأطفئوها بالتقوى
“Bila terjadi fitnah (huru hara yang merusak agama) maka padamkanlah dengan takwa.”
قالوا: وما التقوى؟
Orang-orang kemudian bertanya kepada beliau, “Apa yang dimaksud takwa itu?”
Beliau menjawab,
هي أن تعمل بطاعة الله على نورٍ من الله رجاءَ رحمة الله، والتقوى ترك معاصي الله على نورٍ من الله مخافةَ عذاب الله؛
“Takwa adalah, Anda beramal untuk taat kepada Allah berdasarkan cahaya Allah dan mengharapkan rahmat Allah.
Dan selanjutnya takwa adalah Anda meninggalkan maksiat, berdasarkan cahaya Allah dan karena takut pada azabnya Allah.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Mishonnafnya nomor 30993)
***
Ditulis oleh: Ahmad Anshori (@ahmadanshori.aan)
Artikel: Remajaislam.com