Bismillah…
Sifat Penyayang harus ada dalam jiwa seorang pendidik. Karena hati yang kasar dan keras tidak memiliki ruang dalam pendidikan. Karena pendidikan adalah ruang yang paling kental mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Karena saat mendidik kita sedang berinteraksi dengan manusia-manusia yang luhur, manusia-manusia yang ingin berkembang, ingin menerima ilmu. Di samping itu, ilmu sendiri adalah rahmad Allah. Sebagaimana secara kontekstual,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Siapa yang Allah kehendaki mendapatkan kebaikan, maka Allah akan memberikan pemahaman dalam urusan agama kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian dalil lain yang menunjukkan bahwa ilmu adalah rahmad Allah, ditunjukkan di dalam doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam saat beliau membangun Ka’bah,
وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Ajarkan kepada kami tentang cara ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 128)
Memohon kepada Allah untuk diajari cara ibadah haji adalah meminta ilmu. Kemudian Nabi Ibrahim menjadikan sifat Ar-Rahim Allah sebagai tawasul doa. Di saat sifat Allah Ar-Rahim oleh Nabi Ibrahim dijadikan sebagai wasilah dalam doa, itu menunjukkan bahwa sifat yang mulia ini relevan dengan permintaan yang dipanjatkan. Doa ini menunjukka bahwa llmu adalah rahmat Allah. Sehingga tanda seorang diberi rahmat Allah adalah ia akan diberi ilmu tentang agamanya yang membuatnya bertakwa dan dekat dengan Allah.
Baca penjelasan selengkapnya di sini: Kalau Tahu Nanti Malah Dosa?
لعل الله يخرج من أصلابهم من يعبد الله تعالى
“Semoga Allah mengeluarkan orang-orang yang menyembahNya dari anak keturunan mereka.”
اللهم اغفر لهم فإنهم لا يعلمون
“Ya Allah ampuni kesalahan mereka karena mereka tidak tahu.”
Dari kisah ini kita belajar bahwa, murid adalah manusia yang wajar salah. Lalu disitulah fungsi guru dibutuhkan untuk membimbing dan mendidik. Jangan pernah membayangkan bahwa murid yang akan diajar adalah manusia yang sudah sempurna, tak boleh salah. Kalau murid adalah manusia yang tidak salah, tidak sedang dalam ketidaksempurnaan, untuk apa ada guru yang mendidik?! Bukankah merupakan proses pemanusiaan manusia menuju lahirnya insan yang bernilai secara kemanusiaan?!
Karakter penyayang Nabi pernah diungkapkan oleh sahabat dekat beliau, Anas bin Malik -radhiyallahu’anhu-
ما رأيت أحدا أرحم بالعيال من رسول الله
“Aku tak pernah melihat sosok yang paling sayang kepada keluarga melebihi Rasulullah.”
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com