Bismillah…
Pada dasarnya muntahan manusia hukumnya najis, sebagaimana telah kami jelaskan pada artikel berikut:
Mutahan Hukumnya Najis Lho!
Bagaimana dengan muntahan anak kecil atau yang biasa disebut gumoh?
Muntahan anak kecil ada dua jenis:
- Jika makana yang keluar sebagai muntahan telah berubah sifatnya, seperti ASI sudah berubah bau dan warnanya; biasanya kekuningan, maka najis.
- Adapun jika belum berubah sifatnya, maka suci.
Sebagaimana keterangan dari Syaikh Muhammad Mukhtar As-Syinqiti berikut:
الذي يخرج من الطفل لا يخلو من حالتين:
الحالة الأولى: أن يكون متغيراً وقد وصل إلى جوفه ، فهذا يعتبر في حكم القيء وهو نجس ، كأن تسقيه لبناً فيخرج اللبن وفيه صفرة قد تغيرت مادته وتغيرت رائحته ، فهذا يحكم بتنجسه.
الحالة الثانية : أن يكون الذي خرج لم يتغير وصفه ، كأن يكون حديث عهد برضاعة ، فلما جاءت تحمله قلس عليها ، وهو القلس ، فالذي يدفعه الصبي أو الصبية عند الشبع والري من اللبن ونحوه يعتبر طاهراً ” انتهى من ” شرح زاد المستقنع ” (22/18، بترقيم الشاملة آليا).
“Muntahan yang keluar dari seorang anak tidak terlepas dari dua kondisi:
Kondisi pertama: muntahan ASI atau makanan telah mengalami perubahan dan telah sampai pada perutnya, maka muntahan yang seperti ini dianggap najis. Misalnya, Anda memberi anak susu dan keluar bersamaan dengan cairan kuning yang menandakan adanya perubahan dalam komposisi dan aroma susu tersebut, maka hal ini dianggap najis.
Kondisi kedua: muntahan Asi atau makanan yang keluar tidak mengalami perubahan, seperti susu ibu yang baru dikonsumsi. Ketika bayi meludahkannya setelah merasa kenyang, yang dikenal sebagai “qalas (gumoh),”. Muntahan susu yang dikeluarkan anak karena kekenyangan seperti itu hukumnya suci (Sumber: Syarah Zad al-Mustaqni’, Volume 22/18 – Maktabah Shamila).
Bagaimana cara mensucikannya?
Caranya seperti membersihkan ompol atau air kencing anak kecil. Yaitu untuk bayi laki-laki yang hanya makan ASI, cukup dipercikan air. Adapun bayi perempuan baik hanya makan ASI atau sudah mengkonsumsi makanan yang lain, maka pakaian atau badan yang terkenan muntahannya harus dibasuh.
Syaikh Abdulaziz bin Baz -rahimahullah- menerangkan,
ينبغي أن يغسل بالنضح، إذا كان الطفل الرضيع لا يأكل الطعام فهو مثل بوله، ينضح بالماء ويصلي فيه، لا يصلي فيه قبل النضح بالماء. نعم.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com