Bismillah…
Allah ‘azza wajalla telah mengaruniakan kecerdesan, kebijaksanaan, keahlian untuk memutuskan perkara dengan benar. Ketika kambing seorang gembala merusak ladang milik orang lain, Nabi Dawud memberikan keputusan sesuai hukum, tetapi Nabi Sulaiman memberikan solusi lebih bijak, yang diterima sebagai keputusan terbaik. Allah berfirman:
وَداوودَ وَسُلَيمانَ إِذ يَحكُمانِ فِي الحَرثِ إِذ نَفَشَت فيهِ غَنَمُ القَومِ وَكُنّا لِحُكمِهِم شاهِدينَ*فَفَهَّمناها سُلَيمانَ وَكُلًّا آتَينا حُكمًا وَعِلمًا وَسَخَّرنا مَعَ داوودَ الجِبالَ يُسَبِّحنَ وَالطَّيرَ وَكُنّا فاعِلينَ
“Dan Dawud serta Sulaiman, ketika keduanya memberi keputusan tentang ladang karena kambing orang merusaknya. Kami menyaksikan keputusan mereka.” (QS. Al-Anbiya: 78-79).
Kisahnya berawal dari dua orang datang kepada Nabi Dawud untuk menyelesaikan sengketa: pemilik ladang dan pemilik kambing. Pemilik ladang mengeluh karena kambing telah merusak tanamannya. Nabi Dawud memutuskan agar pemilik ladang diberi kambing sebagai ganti rugi. Namun, Sulaiman yang masih berusia 11 tahun, memberikan solusi lain: pemilik ladang mengambil manfaat dari kambing hingga ladangnya pulih, kemudian kambing dikembalikan ke pemiliknya. Dawud menerima keputusan ini karena adil untuk kedua pihak.
Sulaiman Menjadi Raja
Nabi Sulaiman diangkat menjadi raja atas Bani Israil setelah wafatnya Nabi Dawud ‘alaihissalam. Saat itu beliau di usia 13 tahun. Allah memberinya kerajaan dan kenabian dengan bersamaan. Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berdoa kepada Allah agar diberi kekuasaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahnya. Allah mengabulkan doanya dengan menundukkan manusia, jin, burung, angin, dan bahkan setan untuk melayaninya. Nabi Sulaiman juga mewarisi ilmu dan kerajaan dari ayahnya, Dawud, dan Allah menambahkan anugerah yang luar biasa kepadanya.
Allah ta’ala berfirman,
وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ
“Lalu Sumaliman mewarisi Dawud.” (QS. An-Naml: 16)
Ayat ini menunjukkan bahwa warisan yang didapatkan oleh Nabi Sulaiman dari Nabi Dawud yang merupakan ayahnya, bukanlah warisan harta, akan tetapi mewarisi ilmu, kebijaksanaan, dan kerajaan. Yang dengannya ia bertugas memimpin Bani Israil dengan keadilan.
Kisah Nabi Sulaiman dengan Burung Hud-Hud dan Ratu Balqis
Nabi Sulaiman dianugerahi kemampuan memahami bahasa burung dan menundukkan makhluk seperti jin, burung, dan angin untuk melayani tugas kenabiannya. Suatu hari, ia tidak menemukan burung Hudhud yang bertugas melapor. Ketika Hudhud kembali, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya tentang sebab ketidakhadirannya saat dicari Nabi Sulaiman. Burung Hud Hud kemudian mengabarkan bahwa dalam perjalanannya ia menemukan penduduk Saba’ yang dipimpin oleh raja wanita bertama Balqis. Hud Hud menyampaikan bahwa kaum Saba dan Ratu Balqis yang menyembah matahari. Mendengar kabar demimian, Nabi Sulaiman segera mengirim surat untuk mengajak mereka menyembah hanya Allah. Beliau menitipkan surat itu kepada burung Hud Hud dan memantau bagaimana respon mereka.
Ketika Ratu Balqis menerima surat dari Nabi Sulaiman, ia mengumpulkan para penasehatnya untuk meminta pendapat mereka. Mereka mengatakan bahwa Nabi Sulaiman dengan kerajaanya memiliki kekuatan besar dan kuat, tetapi mereka menyerahkan keputusan kepada Balqis. Ratu memutuskan untuk mengirim hadiah kepada Nabi Sulaiman untuk menghindari konflik. Namun, Nabi Sulaiman menolak hadiah tersebut dan memperingatkan bahwa ia akan mengirim pasukan jika Balqis tidak tunduk. Akhirnya, Ratu Balqis memutuskan untuk menemui Nabi Sulaiman dan meyerah kepada beliau. Balqis, setelah melihat mukjizat Nabi Sulaiman seperti pemindahan tahtanya, tunduk dan beriman. Dalam kisah lain, Sulaiman mendengar semut memberi peringatan, lalu tersenyum, bersyukur atas karunia Allah.
Di saat Nabi Sulaiman mengetahui bahwa Ratu Balqis akan datang, ia meminta Singgasana Bilqis dipindahkan di hadapannya. Salahsatu bala tentarannya; Jin Ifrit menawarkan membawa tahta sebelum Nabi Sulaiman berdiri. Namun seorang alim dan ahli ibadah menawarkan lebih cepat, yaitu dalam sekejap mata. Nabi Sulaiman pun memuji Allah setelah singgasana Balqis dihasirkan di hadapannya dan memerintahkan sedikit perubahan pada singgasananya. Ketika Balqis tiba, ia terkejut melihat tahtanya dan kagum dengan keajaiban tersebut. Ia akhirnya tunduk kepada Allah, menyatakan keimanannya dengan berkata:
رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّـهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Ya Tuhanku, aku telah menzalimi diriku sendiri dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. An-Naml: 44)
Kisah Nabi Sulaiman dengan Semut
Allah mengisahkan dalam Al-Qur’an bahwa saat Nabi Sulaiman dan tentaranya melewati lembah semut, seekor semut memperingatkan kaumnya untuk masuk ke sarang agar tidak terinjak tanpa disadari oleh tentara Sulaiman. Nabi Sulaiman mendengar ucapan semut itu, lalu tersenyum dan bersyukur kepada Allah atas anugerah yang diberikan kepadanya, termasuk kemampuan memahami bahasa makhluk kecil seperti semut. Ia memohon kepada Allah agar selalu bersyukur dan melakukan amal saleh yang diridai.
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
“Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu dan dia berdoa: ‘Ya Tuhanku, ilhamilah aku untuk tetap bersyukur atas nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. An-Naml: 19)
Wafatnya Nabi Sulaiman
Ajal mendatani Nabi Sulaiman di saat beliau sedang bersandar pada tongkatnya. Allah menceritakannya di dalam Al-Quran:
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُ
“Maka ketika Kami telah menetapkan kematiannya, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka tentang kematiannya kecuali rayap yang memakan tongkatnya” (QS. Saba: 14).
Sulaiman tetap bersandar pada tongkatnya hingga tongkatnya habis dimakan rayap, lalu tubuh beliau terjatuh. Saat itu, jin yang mengaku mengetahui hal gaib menyadari ketidakbenaran klaim mereka, karena mereka tidak mengetahui kematiannya. Selama masa itu, jin sibuk membangun Baitul Maqdis.
Mu’jizat-Mu’jizat Nabi Sulaiman
Mu’jizat-mu’jizat Nabi Sulaiman -‘alaihissalam- memiliki ciri khas berupa keberlangsungannya sepanjang hidup beliau. Nabi Sulaiman senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah -Ta’ala- karuniakan berupa mukjizat-mukjizat tersebut. Berikut beberapa di antaranya:
1. Menundukkan angin
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
وَلِسُلَيمانَ الرّيحَ عاصِفَةً تَجري بِأَمرِهِ إِلَى الأَرضِ الَّتي بارَكنا فيها وَكُنّا بِكُلِّ شَيءٍ عالِمينَ
“Kami tundukkan bagi Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya, yang berhembus atas perintahnya ke negeri yang telah Kami berkahi. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Anbiya: 81)
Angin tersebut bergerak atas perintah Nabi Sulaiman dan diarahkan ke mana saja sesuai kehendaknya. Dengan perintah beliau, angin itu juga menggerakkan awan agar menurunkan hujan sesuai kebutuhan. Mukjizat ini berlangsung sepanjang hayatnya.
2. Menundukkan jin
Allah -Ta’ala- berfirman:
وَمِنَ الْجِنِّ مَن يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَمَن يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ
“Sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya dengan izin Tuhannya. Dan barangsiapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang menyala-nyala.” (QS. Saba’: 12)
Jin-jin bekerja di bawah arahan Nabi Sulaiman, menjalankan perintahnya untuk kepentingan kerajaan. Mereka membangun mihrab (tempat ibadah), gedung-gedung megah, kolam-kolam besar (disebut jifan), membuat bejana, serta tempat memasak besar yang kokoh. Sebagian jin juga diperintah menyelam di laut untuk mengumpulkan mutiara dan batu karang. Dengan kemampuan luar biasa yang dianugerahkan kepada jin, Nabi Sulaiman memanfaatkan mereka untuk memajukan kerajaannya.
3. Mengalirkan tembaga
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ
“Kami alirkan tembaga baginya.” (QS. Saba’: 12)
Tembaga tersebut dilelehkan dan dijadikan bahan untuk membuat senjata serta berbagai peralatan lainnya. Jin-jin membantu membentuk tembaga ini sesuai arahan Nabi Sulaiman, lalu membiarkannya mengeras dalam bentuk yang telah ditentukan.
4. Memahami bahasa makhluk lain
Nabi Sulaiman dikaruniai kemampuan memahami komunikasi makhluk yang tidak berbicara, seperti hewan, serangga, benda mati, dan tumbuhan. Disebutkan pula bahwa beliau memahami bahasa burung, yang juga ditundukkan untuknya. Beliau menerjemahkan percakapan burung kepada kaumnya sebagai pelajaran dan nasihat.
Wallahua’lam bis showab.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com