Ya’qub tumbuh di dalam keluarga para Nabi yang dipenuhi hikmah dan bimbingan Allah. Bapak beliau adalah Nabi Ishaq ‘alaihissalam, dan kakek belliau adalah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Nabi Ya’qub adalah Nabi yang berasal dari Bani Israil, beliau memiliki 12 anak, yang diantaranya adalah Nabi Yusuf ‘alaihis salam, anak yang paling beliau sayang. Hingga Nabi Ya’qub tidak mampu menyembunyikan rasa sayangnya yang lebih kepada putranya Yusuf, sehingga saudara-saudaranya menyimpan niat jahat terhadap Yusuf.
Mereka merencanakan sesuatu yang buruk baginya hingga mereka melemparkannya ke dalam sumur yang dalam, agar jauh dari keluarganya dan kampung halamannya.
Allah mengutus Nabi Ya’qub kepada kaumnya agar mentauhidkan Allah, dan dikenal sebagai sosok ayah yang amat perhatian dengan agama anak-anaknya agar berpegang kepada agama Allah hingga ajal. Allah menceritakan hal ini di dalam Al-Quran,
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ibrahim telah mewasiatkan (agama ini) kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Mereka berkata), ‘Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim’.”
أم كنتم شهداء إذ حضر يعقوب الموت إذ قال لبنيه ما تعبدون من بعدي قالوا نعبد إلهك وإله آبائك إبراهيم وإسماعيل وإسحاق إلها واحدا ونحن له مسلمون
“Ataukah kalian menyaksikan ketika Ya’qub menghadapi kematian, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang akan kalian sembah setelah aku wafat?’ Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa, dan kami berserah diri kepada-Nya (sebagai Muslim)’.”
(Surah Al-Baqarah ayat 132-133)
Pelajaran Tauhid
- Tauhid adalah inti daripada dakwah seluruh Nabi.
- Nabi Ya’qub, seperti halnya Nabi Ibrahim, menekankan pentingnya mentauhidkan Allah, yaitu menyembah dan mengesakan Allah saja. Ini menunjukkan bahwa keyakinan terhadap tauhid harus menjadi dasar utama dalam hidup seorang Muslim, dan menjadi pesan utama yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pelajaran Akhlaq
Sebagai ayah, Nabi Ya’qub menunjukkan tanggung jawab moral yang tinggi terhadap anak-anaknya dengan menanamkan nilai-nilai agama. Beliau memastikan bahwa anak-anaknya tetap berpegang pada agama Islam hingga akhir hayat mereka. Ini mengajarkan pentingnya peran orang tua dalam membimbing anak-anak mereka untuk tetap berada di jalan yang benar, dan memastikan bahwa mereka meninggalkan dunia dalam keadaan beriman.
___
Diantara ujian terberat yang dialami Nabi Ya’qub adalah perpisahan dengan anak kesayangan beliau; Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Yusuf harus terpisah dengan ayahnya karena hasad yang ada pada saudara-saudaranya. Namun setelah sekian lama berpisah, Allah pertemukan kembali Nabi Ya’qub dengan putra kesayangannya Yusuf ‘alaihissalam yang sudah dewasa dan menjadi menteri di Mesir.
Pelajaran Tauhid
1. Keyakinan yang kuat terhadap janji Allah, bahwa Allah pasti menepati janjiNya, yaitu meskipun terpisah lama dengan putra kesayangannya; Yusuf ‘alaihis salam, Nabi Ya’qub yakin betul bahwa akan dipertemukan kembali. Dan harapan itu benar-benar terwujud di saat Yusf telah tumbuh dewasa dan menjadi menteri di Negeri Mesir.
2. Kepercayaan kepada Takdir Allah.
Ujian berat yang dialami oleh Nabi Ya’qub menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah bagian dari takdir Allah. Nabi Ya’qub menerima perpisahan dengan anak kesayangannya sebagai ujian yang harus dihadapinya dengan sabar dan tawakal. Hal ini mengajarkan kita untuk senantiasa meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, baik itu kebahagiaan maupun kesedihan, semuanya merupakan ketentuan dari Allah yang memiliki hikmah tersembunyi.
3. Kepasrahan dan Doa kepada Allah.
Dalam menghadapi cobaan, Nabi Ya’qub terus berdoa dan berharap kepada Allah agar dipertemukan kembali dengan Yusuf. Ini menunjukkan pentingnya kita sebagai hamba untuk senantiasa bergantung kepada Allah dalam setiap urusan, serta tidak pernah berputus asa dari rahmat-Nya.
Pelajaran Akhlaq
1. Kesabaran dalam Menghadapi Ujian.
Nabi Ya’qub memperlihatkan keteguhan iman dan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi ujian kehilangan putranya. Kesabaran ini bukan hanya tentang menahan diri dari keluh kesah, tetapi juga tentang keteguhan hati dan kepercayaan bahwa Allah akan memberikan yang terbaik.
2. Menghindari Perasaan Hasad (Iri Hati).
Kisah saudara-saudara Yusuf yang hasad kepada adik mereka memberikan pelajaran penting tentang bahaya iri hati. Hasad dapat mendorong seseorang melakukan perbuatan yang merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga hati dari penyakit hasad dan berusaha untuk selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki.
3. Memuliakan Keluarga.
Meskipun saudara-saudara Yusuf pernah berbuat salah kepada Yusuf dan ayahnya, ketika mereka bertemu kembali, Yusuf tetap memuliakan dan memaafkan mereka. Ini mengajarkan kita pentingnya sikap memaafkan, terutama kepada anggota keluarga, serta menjadikan keluarga sebagai prioritas utama dalam kehidupan.
4. Ketulusan dan Keikhlasan dalam Berbuat Baik.
Yusuf menunjukkan akhlak yang mulia dengan membantu saudara-saudaranya yang datang ke Mesir meskipun mereka pernah berbuat salah kepadanya. Ia tidak mendendam, melainkan ikhlas membantu dan memberikan yang terbaik untuk keluarga. Ini menjadi teladan tentang pentingnya berbuat baik tanpa mengharapkan balasan, serta berusaha mengatasi rasa sakit hati dengan keikhlasan.
Mu’jizat Nabi Ya’qub
Al-Quran tidak secara spesifik menyebutkan mukjizat yang jelas dari Nabi Yakub seperti yang disebutkan untuk Nabi Musa dan Isa alaihimas salam. Namun, kita bisa menyimpulkan mukjizat dari kisah dan sejarah hidupnya yang diceritakan dalam Al-Quran, yaitu kemampuan menafsirkan mimpi dengan akurat, sebagaimana penafsiran beliau terhadap mimpi Yusuf bahwa Yusuf bercerita tentang mimpinya kepada ayah beliau ini:
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku”.
قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَىٰ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang disembah oleh mereka. Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana nenek moyang mereka menyembah dahulu. Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan tidak dikurangi sedikitpun. (QS. Yusuf: 108-109).
Ditulis oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com