Bismillah…
Ada dua pendapat ulama tentang jumlah khutbah shalat Ied:
Mayoritas ulama dari empat mazhab fikih terbesar (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali) berpandangan bahwa jumlah khutbat shalat Ied adalah khutbah seperti khutbah shalat jumat.
Mereka berdalil dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1279), dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى، فَخَطَبَ قَائِمًا، ثُمَّ قَعَدَ قَعْدَةً، ثُمَّ قَامَ
“Rasulullah ﷺ keluar pada hari Idul Fitri atau Idul Adha, lalu beliau berkhutbah dalam keadaan berdiri, kemudian duduk sebentar, lalu berdiri kembali.”
Hadis ini disebutkan oleh Al-Albani dalam Dha’if Ibnu Majah, dan beliau menilainya sebagai hadis munkar (tertolak).
Hadis yang sama bersumber dari sahabat Ibnu Mas’ud, namun statusnya sama sebagai hadis yang dhoif.
Mengingat lemahnya hadis yang dijadikan landasan pendapat ini, para ulama yang meyakinya lebih memilih Qiyas dengan khutbah Jumat sebagai dalil. Hal ini sebagamanai dijelaskan Asy-Syaukani rahimahullah saat mengomentaril tentang hadis yang dijadikan dalil:
والحديث الثاني يرجحه القياس على الجمعة. وعبيد الله بن عبد الله تابعي كما عرفت، فلا يكون قوله: “من السنة” دليلا على أنها سنة النبي صلى الله عليه وآله وسلم كما تقرر في الأصول. وقد ورد في الجلوس بين خطبتي العيد حديث مرفوع رواه ابن ماجه، وفي إسناده إسماعيل بن مسلم، وهو ضعيف
“Hadis kedua lebih dikuatkan dengan qiyas terhadap khutbah Jumat. Dan ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah adalah seorang tabi’in, seperti yang telah diketahui, sehingga ucapannya ‘termasuk sunnah’ tidak bisa dijadikan dalil bahwa itu adalah sunnah Nabi ﷺ, sebagaimana telah ditetapkan dalam ilmu ushul.
Terdapat pula hadis marfu’ tentang duduk di antara dua khutbah Idul Fitri dan Idul Adha, yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Namun dalam sanadnya terdapat Isma‘il bin Muslim, yang statusnya lemah.” (Nailul Authar 3/323)
Penjelasan yang sama terdapat dalam ‘Aun al-Ma‘bud (4/4):
قال النووي في الخلاصة: وما روي عن ابن مسعود أنه قال: السنة أن يخطب في العيد خطبتين يفصل بينهما بجلوس، ضعيفٌ غير متصل، ولم يثبت في تكرير الخطبة شيء، والمعتمد فيه القياس على الجمعة
“An-Nawawi berkata dalam Al-Khulāṣah: ‘Riwayat dari Ibnu Mas‘ud yang mengatakan bahwa sunnahnya adalah berkhutbah dua kali dalam salat Id dengan duduk di antara keduanya adalah riwayat yang lemah dan tidak bersambung. Tidak ada hadis yang sahih tentang pengulangan khutbah dalam salat Id. Yang dijadikan pegangan dalam masalah ini adalah qiyas terhadap khutbah Jumat.”
Selain Qiyas dengan khutbah Jumat, ada dalil lain dari sebuah hadis shahih riwayat Bukhari dan Muslim yang menceritakan tentang Nabi menyampaikan khutbah Ied kepada jamaah secara umum, kemudian setelah itu beliau turun dari mimbar mendekat ke jamaah perempuan, lalu beliau menyampaikan nasihat khusus untuk kaumb Hawa. Hadis ini meskipun secara harfiah menunjukkan adanya dua khutbah namun menariknya kepada kesimpulan yang demikian adalah kemungkinan yang sangat jauh. Sehingga tidak bisa dijadikan dalil pendapat ini (Syarh al-Mumti‘, 5/191).
Mengingat lemahnya dalil hadis yang dijadikan pijakan pendapat fikih tentang shalat Ied memiliki dua khutbah, sebagian ulama lebih memilih kesimpulan yang lain yaitu, jumlah khutbah Ied cukup dengan satu khutbah.
Sebagaimana penjelasan di dalam Fatwa Lajnah Daimah:
وذهب بعض أهل العلم إلى أنه ليس لصلاة العيد إلا خطبة واحدة ؛ لأن الأحاديث الصحيحة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس فيها إلا خطبة واحدة، والله أعلم ” انتهى نقلا عن “فتاوى إسلامية” (1/425).
Sebagian ulama berpendapat bahwa salat Id hanya memiliki satu khutbah, karena hadis-hadis sahih dari Rasulullah ﷺ hanya menyebutkan satu khutbah
(Dikutip dari Fatawa Islamiyah 1/425)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah menerangkan senada:
المشهور عند الفقهاء رحمهم الله أن خطبة العيد اثنتان، لحديث ضعيف ورد في هذا، لكن في الحديث المتفق على صحته أن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم لم يخطب إلا خطبة واحدة، وأرجو أن الأمر في هذا واسع
“Pendapat yang masyhur di kalangan para ulama fikih rahimahumullah adalah bahwa khutbah Id terdiri dari dua khutbah, berdasarkan hadis yang lemah dalam hal ini. Namun, dalam hadis yang disepakati keshahihannya disebutkan bahwa Nabi ﷺ hanya berkhutbah satu kali. Saya berharap masalah ini bersifat fleksibel.”
(Majmu‘ Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin, 16/246).
Beliau juga berkata (16/248):
السنة أن تكون للعيد خطبة واحدة، وإن جعلها خطبتين فلا حرج ؛ لأنه قد روي ذلك عن النبي صلى الله عليه وسلم، ولكن لا ينبغي أن يهمل عظة النساء الخاصة بهن. لأن النبي عليه الصلاة والسلام وعظهن.
فإن كان يتكلم من مكبر تسمعه النساء فليخصص آخر الخطبة بموعظة خاصة للنساء، وإن كان لا يخطب بمكبر وكان النساء لا يسمعن فإنه يذهب إليهن، ومعه رجل أو رجلان يتكلم معهن بما تيسر
“Sunnahnya, khutbah Id hanya satu. Namun, jika dijadikan dua khutbah, tidak mengapa, karena hal itu pernah diriwayatkan dari Nabi ﷺ.
Namun, sebaiknya tidak mengabaikan nasihat khusus untuk kaum wanita, karena Nabi ﷺ juga memberikan nasihat kepada mereka.
Jika khutbah disampaikan dengan pengeras suara yang dapat didengar oleh kaum wanita, maka hendaknya bagian akhir khutbah dikhususkan untuk nasihat kepada mereka. Namun, jika khutbah tidak menggunakan pengeras suara dan wanita tidak dapat mendengar, maka hendaknya khatib mendatangi mereka bersama satu atau dua orang laki-laki untuk memberikan nasihat yang mudah disampaikan.”
Kesimpulan:
Masalah ini bersifat fleksibel dan kembali kepada ijtihad masing-masing khatib. Ia dapat memilih mana yang menurutnya lebih mendekati sunnah atau lebih sesuai dengan khutbah Ied yang umum dilakukan di masyarakat tempat ia berkhutbah.
Wallahu a’lam bis showab.
Penulis: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com