Pernahkah kamu melihat seorang ayah yang tadinya begitu hangat dan bertanggung jawab, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang murung, suka menghindar, dan mulai menjual barang-barang rumah? Mungkin awalnya hanya iseng, mencoba keberuntungan. Tapi tahu-tahu, seluruh hidupnya perlahan runtuh… karena judi.
Judi bukan hanya perkara menang dan kalah. Ia jauh lebih dalam dari sekadar adu untung. Ia adalah jalan sunyi menuju kehancuran yang pasti. Betapa banyak perut yang lapar karena uang belanja dialihkan ke meja taruhan. Betapa banyak anak-anak yang sekolahnya terhenti karena biaya pendidikan raib untuk mengisi saldo chip. Berapa banyak istri yang ditinggal dengan tagihan, dan suami yang menghilang karena dikejar hutang?
Bahkan, berapa banyak rumah tangga yang hancur hanya karena ‘sekadar coba-coba’?
Banyak kegelapan yang terkandung di dalam judi. Itulah mengapa Allah tegas mengharamkan,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡخَمۡرُ وَٱلۡمَيۡسِرُ وَٱلۡأَنصَابُ وَٱلۡأَزۡلَٰمُ رِجۡسٞ مِّنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَٱجۡتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar (arak), berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. [Surat Al-Ma’idah: 90]
Dalam kutipan yang begitu menusuk dari buku Qadhāyā al-Lahwi wa at-Tarfiyyah, diceritakan betapa judi tidak hanya merampas harta, tapi juga merusak akhlak dan menumbangkan martabat. Judi bukan dosa yang tunggal. Ia datang membawa paket dosa yang lengkap:
- Khamar, karena kekalahan butuh pelarian.
- Rokok, teman setia di meja taruhan.
- Teman buruk, yang awalnya seru lalu jadi racun.
- Kebencian dan tipu daya, karena setiap meja judi adalah ladang pengkhianatan.
- Penggelapan dan pencurian, karena saat saldo habis, iman pun ikut tergadaikan.
Judi tak pernah menang. Bahkan yang menang pun, menang untuk kalah lebih besar.
Lihatlah sekitar kita. Berapa banyak rumah tangga hancur disebabkan judi? Berapa banyak aparat yang akhirnya dicopot karena korupsi uang rakyat demi judi online?
Sebut saja si Fulan, pegawai negeri yang dipecat karena menggelapkan dana proyek demi bermain judi bola. Atau seorang pemuda yang menjual motor warisan orang tuanya demi “balik modal”.
Mereka semua tidak bermula dari niat jahat. Mereka bermula dari rasa ingin coba-coba yang tak dibentengi iman.
Lalu bagaimana keluar dari jeratan ini?
- Sadari bahwa judi bukan hiburan. Ia adalah candu yang dilapisi ilusi.
- Dekati Allah, karena hanya dengan cahaya iman, kita bisa menolak gelapnya godaan dunia.
- Carilah lingkungan yang sehat, jauh dari obrolan receh taruhan dan euforia semu.
- Lawan kebiasaan iseng dengan produktivitas. Ganti waktu kosong dengan hal-hal berfaedah: baca buku, olahraga, berdagang, belajar.
- Jika sudah kecanduan, minta bantuan. Jangan malu untuk konsultasi dengan ahli atau ustaz terpercaya.
Judi bukan hanya soal uang yang hilang. Ia adalah soal harga diri yang dirampas, keluarga yang runtuh, dan agama yang tergadai. Ia memulai dari meja kecil, dan berakhir di reruntuhan kehidupan.
Nas-alullah as salaamah wal ‘aafiyah.
Kami memohon keselamatan dan afiat kepada Allah.
Semoga kita, keluarga kita, dan anak keturunan kita selalu dijauhkan dari gelapnya dunia perjudian. Aamiin.
Oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com