Bismillah…
Pernah nggak sih lihat orang yang awalnya cuma “iseng” taruhan kecil bareng teman, eh lama-lama jadi kebiasaan, sampai akhirnya hidupnya berantakan?
Yang awalnya cuma seru-seruan, ujungnya malah jadi sumber stres, hutang menumpuk, dan hubungan sama keluarga hancur.
Judi itu ibarat jebakan yang dikasih lampu neon, dari luar kelihatan seru, tapi di dalamnya penuh jebakan yang siap menghisap waktu, uang, bahkan harga diri kita.
Allah sudah jelas-jelas mengharamkan judi. Bukan tanpa alasan, tapi karena efeknya yang nggak main-main. Dalam QS Al-Maidah: 90-91, Allah menegaskan bahwa judi adalah perbuatan keji, termasuk strategi setan untuk menimbulkan permusuhan, kebencian, dan menjauhkan manusia dari mengingat Allah serta salat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأَنْصَابُ وَالأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dari perbuatan setan. Maka jauhilah itu agar kalian beruntung.” (QS. Al-Maidah: 90)
Dalam Tafsir As-Sa’di dijelaskan makna ayat ini:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ العَدَاوَةَ وَالبَغْضَاءَ فِي الخَمْرِ وَالمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَعَنِ الصَّلاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنتَهُونَ
“Sesungguhnya setan bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian melalui minuman keras dan judi, serta menghalangi kalian dari mengingat Allah dan salat. Maka tidakkah kalian mau berhenti?” (QS. Al-Maidah: 91)
Imam Al-Baghawi -rahimahullah- dalam tafsirnya menerangkan ayat di atas,
أما العداوة في الميسر ، قال قتادة : كان الرجل يقامر على الأهل والمال ثم يبقى حزينا مسلوب الأهل والمال مغتاظا على حرفائه
“Adapun permusuhan yang timbul dari maysir (judi), Qatadah berkata: Dahulu seseorang berjudi dengan mempertaruhkan keluarga dan hartanya, lalu akhirnya ia pulang dalam keadaan sedih, kehilangan keluarga dan harta, serta dipenuhi rasa marah kepada lawan-lawannya.”
Masalahnya, di dunia nyata, judi itu sering dibungkus dengan kata-kata manis: “hiburan”, “tantangan”, atau “kesempatan menang besar”. Padahal di baliknya, banyak rumah tangga runtuh, orang kehilangan pekerjaan, bahkan sampai rela menjual harga dirinya.
Kenapa judi begitu merusak?
-
Mengandalkan keberuntungan, bukan kerja keras – Membiasakan mental malas berusaha, hanya berharap “hokinya datang”.
-
Menguras harta & martabat – Dari yang punya cukup, jadi bangkrut. Dari yang terhormat, jadi kehilangan harga diri.
-
Menciptakan permusuhan – Niatnya “main bareng”, tapi ujungnya saling benci karena merasa dirugikan.
-
Menjauhkan dari ibadah – Terlalu fokus pada kartu atau angka, sampai lupa waktu salat.
-
Mendorong kejahatan – Yang kalah akan mencari cara apa pun untuk balik modal, entah itu mencuri, menggelapkan, atau merampas.
-
Merusak fisik & mental – Stres, kecemasan, insomnia, bahkan depresi dan keinginan bunuh diri.
Lingkungan judi pun sering jadi “paket lengkap” maksiat: alkohol, rokok, narkoba, tipu daya, dan teman-teman yang sama-sama menjerumuskan.
Yang menang belum tentu beneran untung, karena uangnya habis buat minum, rokok, dan sogokan.
Yang kalah? Keluar dengan muka pucat, pikiran kacau, dan janji pada diri sendiri, “Besok gue balikin kekalahan ini.”
Begitu terus siklusnya. Dan semua orang rugi, cepat atau lambat.
Jalan Keluar
-
Pahami hukumnya & alasannya – Bukan sekadar “nggak boleh”, tapi kenapa Allah melarang.
-
Cari pengganti hiburan yang sehat – Olahraga, bisnis kecil-kecilan, atau komunitas positif.
-
Buat batasan finansial – Jangan biarkan uang “nganggur” jadi pemicu untuk coba-coba taruhan.
-
Cari lingkungan yang mendukung – Teman yang mengajak ke arah baik, bukan jebakan.
-
Berani cari bantuan – Kalau sudah kecanduan, minta dukungan keluarga, konselor, atau ustaz.
Kesimpulan
Judi itu bukan cuma soal uang yang hilang, tapi hidup yang pelan-pelan terkikis. Allah melarang bukan karena mau membatasi kebahagiaan kita, tapi justru untuk melindungi dari kehancuran yang sering nggak kita sadari.
Kalau mau “untung besar” yang sebenarnya, kuncinya bukan di meja judi, tapi di usaha halal, kerja keras, doa, dan keberkahan yang Allah kasih. Karena pada akhirnya, yang kita cari bukan cuma kemenangan di dunia, tapi keselamatan di akhirat.
Oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com