Sebagian orang merasa ragu untuk berdakwah atau mengajak orang lain kepada kebaikan karena ia sendiri masih memiliki dosa. Ada yang berkata, “Saya belum pantas, iman saya masih lemah, bagaimana saya menasihati orang lain?”
Padahal, meninggalkan dakwah karena dosa pribadi justru merupakan tipu daya setan. Sebab, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar tetap berlaku, meski seseorang tidak sempurna.
Perintah Allah untuk Berdakwah
Allah ﷻ berfirman:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat baik, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Sebagian orang salah memahami ayat ini. Mereka mengira, ayat ini mencela orang yang berdakwah padahal ia sendiri masih punya dosa, sehingga lebih baik ia diam. Padahal tafsiran yang benar sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah:
لَيْسَ الْمُرَادُ ذَمَّهُمْ عَلَى أَمْرِهِمْ بِالْبِرِّ مَعَ تَرْكِهِمْ لَهُ، بَلْ عَلَى تَرْكِهِمْ لَهُ، فَإِنَّ الْأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ مَعْرُوفٌ، وَهُوَ وَاجِبٌ عَلَى الْعَالِمِ، وَلَكِنَّ الْوَاجِبَ وَالْأَوْلَى بِالْعَالِمِ أَنْ لَا يَتَخَلَّفَ عَنْهُ
“Bukanlah maksud ayat ini mencela mereka karena menyuruh kebaikan sementara meninggalkannya, tetapi yang dicela adalah meninggalkan kebaikan itu sendiri. Amar ma’ruf adalah kewajiban, dan tetap wajib bagi seorang alim untuk menyuruh kebaikan meski ia sendiri lalai, meski yang utama adalah ia juga mengamalkan apa yang diperintahkan.”
Dua Kewajiban yang Tidak Gugur
Dari penjelasan ulama, kita bisa memahami bahwa ada dua kewajiban berbeda:
-
Kewajiban mengerjakan kebaikan
-
Kewajiban mengajak orang lain kepada kebaikan
Jika seseorang meninggalkan salah satunya, ia tetap wajib mengerjakan yang lain. Artinya, meski masih punya dosa, ia tetap wajib berdakwah. Begitu pula sebaliknya, meski ia sudah berdakwah, bukan berarti ia boleh meninggalkan kewajiban pribadi.
Bahaya Berhenti Berdakwah karena Dosa
Setan sering membisikkan, “Jangan menasihati orang lain dulu sebelum kamu sempurna!” Padahal tidak ada manusia yang sempurna kecuali para nabi. Kalau syarat berdakwah harus bebas dari dosa, niscaya tidak ada lagi orang yang berdakwah di muka bumi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak berdosa, niscaya Allah akan membinasakan kalian, lalu mendatangkan kaum yang berdosa lalu mereka beristighfar kepada Allah, maka Allah pun mengampuni mereka.”
(HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa manusia pasti punya dosa. Namun yang Allah lihat adalah siapa yang mau bertaubat, memperbaiki diri, dan tetap menjalankan kewajiban dakwah.
Dakwah Bisa Jadi Sebab Ampunan
Justru, dengan berdakwah, seorang hamba bisa mendapatkan ampunan Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Allah akan selalu menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya.”
(HR. Muslim)
Ketika kita mengajak orang lain kepada kebaikan, hakikatnya kita sedang membantu mereka untuk taat kepada Allah. Maka, insyaAllah Allah pun akan menolong kita dalam ketaatan dan ampunan-Nya.
Penutup
Dosa pribadi bukan alasan untuk meninggalkan dakwah. Justru dengan dakwah, seorang hamba bisa lebih mudah bertaubat, karena ia diingatkan oleh nasihat yang ia sampaikan sendiri.
Amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban bersama. Jangan tunggu sempurna untuk berdakwah, sebab kesempurnaan tidak akan pernah kita capai. Mulailah dari apa yang kita tahu, amalkan semampunya, dan terus perbaiki diri.
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ • لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ
“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau hanyalah orang yang memberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.”
(QS. Al-Ghasyiyah: 21–22)
Semoga Allah menjadikan kita hamba yang istiqamah dalam dakwah dan istighfar, sehingga dosa-dosa kita terhapus dengan kebaikan yang kita sebarkan.
Wallahul muwaffiq….
Ditulis oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com