Bismillah…
Di tengah kesibukan zaman sekarang, banyak anak muda yang masih membaca Al-Qur’an. Namun seringkali bacaan itu berhenti hanya pada lisan, tanpa benar-benar menyentuh hati dan menggerakkan amal. Padahal, Allah mengingatkan dengan tegas bahwa meninggalkan tadabbur dan pengamalan Al-Qur’an adalah tanda berpaling dari kebenaran.
Allah Ta’ala berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’an, ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
Ayat ini menunjukkan bahwa hati yang enggan merenungi Al-Qur’an ibarat terkunci rapat. Ia sulit menerima kebaikan, mudah terjerumus dalam dosa, dan jauh dari cahaya hidayah.
Hidup yang Sempit Tanpa Al-Qur’an
Allah juga memperingatkan bahwa berpaling dari Al-Qur’an akan berakibat pada kesempitan hidup di dunia, dan kebinasaan di akhirat. Firman-Nya:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124).
Betapa banyak orang yang tampak sibuk, sukses, dan punya segalanya, tetapi hatinya sempit dan gelisah. Itulah janji Allah bagi mereka yang jauh dari Al-Qur’an: lahiriah tampak lapang, namun batin terasa sempit.
Pentingnya Menghidupkan Tadabbur
Membaca Al-Qur’an tanpa tadabbur ibarat seseorang yang menggenggam peta perjalanan namun tidak pernah membukanya. Ia tahu bahwa di tangannya ada petunjuk arah, tetapi tetap berjalan tanpa tujuan yang jelas. Padahal, ketika seorang hamba melakukan tadabbur, setiap ayat yang ia baca berubah menjadi cahaya penuntun; mengarahkan langkah, menguatkan hati, serta menyingkap rahasia kehidupan. Tadabbur bukan sekadar memperluas pengetahuan tentang hukum-hukum atau kisah-kisah yang ada di dalam Al-Qur’an, melainkan juga menghidupkan hati yang lalai, meneguhkan iman yang rapuh, menenangkan jiwa dan mendorong amal kebajikan yang nyata dalam kehidupan.
Allah Ta‘ālā berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
(Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah agar mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran) (QS. Ṣād: 29).
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, melainkan juga agar direnungi dan dijadikan bahan pelajaran. Ibnul Qayyim rahimahullah bahkan berkata:
لا شيء أنفعُ للقلب من قراءة القرآن بالتدبُّر والتفكُّر؛ فإنه جامعٌ لجميع منازل السائرين، وأحوال العاملين، ومقامات العارفين، وهو الذي يورثُ المحبةَ والشوقَ والخوفَ والرجاءَ والإنابةَ والتوكُّل والرضا والتفويض والشكرَ والصبرَ وسائر الأحوال التي بها حياةُ القلب وكمالُه، وكذلك يزجرُ عن جميع الصفات والأفعال المذمومة التي بها فسادُ القلب وهلاكُه.
“Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati daripada membaca Al-Qur’an dengan penuh tadabbur dan perenungan. Sebab, Al-Qur’an menghimpun seluruh jalan yang harus ditempuh para penempuh jalan Allah, keadaan para pengamal amal saleh, serta tingkatan para arifin (orang-orang yang mengenal Allah, pent).
Al-Qur’anlah yang menumbuhkan cinta, kerinduan, rasa takut, harapan, kembali kepada Allah, tawakal, ridha, pasrah, syukur, sabar, dan seluruh keadaan lain yang menjadi sumber kehidupan dan kesempurnaan hati. Demikian pula, Al-Qur’an yang mencegah dari segala sifat dan perbuatan tercela yang merusak dan membinasakan hati.“ (Miftah Dar As-Sa‘adah, 1/151-maktabah shamela).
Oleh karena itu, seorang mukmin sejati tidak boleh puas hanya dengan tilawah yang terbatas pada lantunan lisan. Tilawah harus diiringi dengan penghayatan makna, perenungan yang mendalam, dan penerapan nyata dalam setiap langkah kehidupan. Saat itulah Al-Qur’an tidak lagi hanya menjadi bacaan, tetapi berubah menjadi pedoman hidup yang mengarahkan setiap keputusan, menuntun dalam ujian, serta menghibur di tengah kesedihan. Inilah jalan agar Al-Qur’an benar-benar berfungsi sebagai hudā; petunjuk yang menyelamatkan, bukan hanya di dunia yang fana, tetapi juga di akhirat yang kekal.
Penutup
Meninggalkan tadabbur dan amal dengan Al-Qur’an adalah bahaya besar yang bisa menyeret pada kesempitan hidup dan kesesatan. Sebaliknya, mendekat pada Al-Qur’an dengan memahami dan mengamalkannya akan membuka pintu kelapangan hati, arah hidup yang jelas, serta keberkahan di dunia dan keselamatan di akhirat.
Maka, jangan biarkan Al-Qur’an hanya sekadar bacaan di bibir. Jadikan ia cahaya dalam hati, pedoman dalam hidup, dan penuntun setiap langkah.
Wallahu a’lam.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com