Bismillah…
Al-Qur’an adalah kitab yang tidak hanya mengandung petunjuk hidup, tetapi juga merupakan mukjizat yang menantang kemampuan umat manusia, baik di masa lalu maupun kini. Salah satu bukti keaslian Al-Qur’an adalah tantangan yang Allah turunkan melalui wahyu-Nya, yang tidak terbatas hanya pada tantangan kepada orang-orang Arab untuk mendatangkan sesuatu yang serupa dengannya. Tantangan itu mencakup sepuluh surat, satu surat, bahkan satu ayat saja. Semua tantangan ini mengandung petunjuk yang tak terbantahkan bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Beberapa argumen yang menunjukkan kebenaran dan keaslian Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Pernyataan Nabi ﷺ Tentang Asal-Usul Al-Qur’an
Pernyataan Nabi ﷺ yang menegaskan bahwa Al-Qur’an bukanlah miliknya, melainkan wahyu dari Allah, adalah bukti yang sangat kuat. Hal ini semakin dikuatkan dengan sifat-sifat beliau yang mulia seperti Al Amin; orang yang dapat dipercaya, julukan ini disematkan oleh penduduk Makkah kepada beliau sejak jauh hari sebelum beliau diangkat menjadi Nabi. Beliau juga dikenal sebagai pribadi yang ummi (buta huruf) dan tidak mendapatkan Al-Qur’an dari orang lain. Sebagai seorang Nabi yang tidak belajar dari manusia, beliau menjadi bukti hidup bahwa wahyu Al-Qur’an adalah berasal dari Allah, bukan hasil rekayasa manusia.
2. Kebutaan (Buta Huruf) Nabi ﷺ
Nabi ﷺ adalah seorang yang ummi, yang tidak menerima pelajaran dari orang-orang Arab, Yahudi, atau selain mereka. Beliau tidak membaca atau menulis, namun dapat menyampaikan wahyu yang luar biasa dalam bahasa yang sempurna dan penuh dengan makna mendalam. Kondisi ini menambah keajaiban bahwa Al-Qur’an yang beliau sampaikan adalah murni wahyu dari Allah.
3. Keindahan dan Balaghah (Retorika) Al-Qur’an
Al-Qur’an mengandung aspek balaghah yang luar biasa. Keindahan bahasa dan keunikan struktur kalimat dalam Al-Qur’an diakui oleh orang-orang Arab, Yahudi, dan Nasrani sepanjang zaman. Hingga masa kini, para ahli sastra dan balaghah pun mengakui bahwa Al-Qur’an tidak dapat dibandingkan dengan karya sastra atau bahasa lainnya. Keindahan ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan hasil karya manusia biasa, melainkan berasal dari Allah yang Maha Kuasa.
4. Keragaman Ayat-Al-Qur’an
Al-Qur’an berisi ayat-ayat yang mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti hal-hal ghaib, legislasi (hukum), akhlak, dan sejarah. Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur’an tidak hanya sebagai petunjuk spiritual, tetapi juga memberikan panduan dalam berbagai dimensi kehidupan manusia. Keberagaman ini semakin menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang lengkap dan sempurna, yang hanya bisa berasal dari Tuhan Yang Maha Mengetahui.
Untuk penjelasan lebih lanjut, Anda dapat merujuk pada karya “Al-Naba’ Al-‘Azim” oleh Sheikh Dr. Muhammad Daraz, dan “Barahin al-Nubuwwah” oleh Sheikh Dr. Sami Amiri, yang memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai keaslian Al-Qur’an.
Tantangan Al-Qur’an kepada Orang Arab
Al-Qur’an tidak hanya menantang orang-orang Arab di Mekkah, tetapi seluruh orang Arab, dengan tantangan yang sangat jelas dan terbuka. Orang-orang Arab, yang dikenal dengan kemampuan mereka dalam syair dan balaghah, jika saja mereka mampu mendatangkan karya yang serupa dengan Al-Qur’an, mereka pasti tidak akan ragu untuk mengangkat dan memujinya. Mereka memiliki pasar-pasar untuk syair, tempat di mana mereka menilai karya sastra dan mengukur kualitas seni dengan standar yang sangat tinggi.
Namun, meskipun mereka memiliki kemampuan tinggi dalam bahasa dan sastra, orang-orang Arab tetap tidak mampu menandingi Al-Qur’an. Bahkan para ahli sastra terbesar yang mempelajari bahasa dan balaghah, tidak dapat menandingi atau membandingkan keindahan Al-Qur’an. Sebaliknya, pengetahuan mereka tentang sastra hanya semakin membuat mereka tunduk kepada kesucian Al-Qur’an, mengakui keagungannya dan keunikannya.
Al-Qur’an menantang mereka dalam berbagai bentuk, sebagai berikut:
1. Tantangan untuk Mendatangkan yang Serupa Dengannya
- “قُلْ فَأْتُوا بِمِثْلِهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ”
(Al-Isra: 88)
“Katakanlah: ‘Jika kalian (memang) orang-orang yang dapat, datangkanlah seperti Al-Qur’an ini, jika kalian memang orang-orang yang benar.'”
2. Tantangan untuk Mendatangkan Sepuluh Surat Serupa Dengannya
- “قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُورٍ مِّن مِّثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّن دُونِ اللَّـهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ”
(Hud: 13)
“Katakanlah: ‘Jika kalian (memang) dapat, datangkanlah sepuluh surat yang serupa dengannya, yang dibuat-buat, dan serulah siapa yang kalian inginkan selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar.'”
3. Tantangan untuk Mendatangkan Satu Surat Serupa Dengannya
- “وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِن دُونِ اللَّـهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ”
(Al-Baqarah: 23)
“Dan jika kalian dalam keraguan tentang apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, maka buatlah satu surat yang serupa dengan Al-Qur’an itu, dan serulah pembantu-pembantu kalian selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar.”
4. Tantangan untuk Mendatangkan Satu Surat dari yang Serupa Dengannya
Tantangan untuk mendatangkan satu surat serupa dengan Al-Qur’an sudah tercakup dalam Al-Baqarah: 23 dan Hud: 13.
Al-Qur’an membolehkan mereka untuk meminta bantuan dari siapa pun yang mereka inginkan dalam usaha ini. Namun, meskipun demikian, mereka tetap tidak mampu memenuhi tantangan tersebut. Akhirnya, mereka menyadari ketidakmampuan mereka, dan meskipun demikian, mereka memilih jalan kehancuran dengan menggunakan kekerasan, menggantikan kata-kata dengan pedang, dan berperang. Generasi demi generasi berlalu, dan tidak ada seorang pun yang mampu menghadap tantangan ini, sampai Allah mewarisi bumi dan segala isinya.
Tidak Benar Menyatakan bahwa Orang Arab Mengalihkan Perhatian dari Menentang Al-Qur’an
Tidak benar untuk mengatakan bahwa orang-orang Arab telah mengalihkan perhatian mereka dari menentang Al-Qur’an karena beberapa alasan:
1. Kuatnya Dorongan untuk Menentang
Sebab-sebab yang mendorong mereka untuk menentang Al-Qur’an tetap ada dan sangat kuat, terutama dengan menggugah semangat kebanggaan mereka. Seruan untuk menentang Al-Qur’an telah berulang kali disuarakan, dan mereka bahkan lebih mudah menentangnya daripada apa yang telah mereka lakukan sebelumnya.
2. Kurangnya Usaha untuk Menentang
Orang-orang Arab tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menentang Al-Qur’an. Hanya sedikit dari mereka yang berusaha, dan mereka adalah yang paling bodoh di antara mereka. Oleh karena itu, mereka sebenarnya tidak membutuhkan pengetahuan ini untuk mencari bukti melalui eksperimen atau percobaan.
Al-Qur’an itu sendiri adalah sumber kekaguman mereka. Bahkan, mereka mungkin jatuh sujud mendengar bacaan Al-Qur’an, seperti yang telah diriwayatkan dalam hadis yang sahih, dalam Surat An-Najm:
“رَوَى البُخَارِي فِي صَحِيحِهِ (4862) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّـهُ عَنْهُمَا، قَالَ: سَجَدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّجْمِ وَسَجَدَ مَعَهُ المُسْلِمُونَ وَالمُشْرِكُونَ وَالجِنُّ وَالإِنْسُ”
“Nabi ﷺ sujud ketika membaca surat An-Najm, dan orang-orang Muslim, musyrik, jin, dan manusia juga sujud bersamanya.” (Hadis Shahih Bukhari)
Dengan penjelasan yang mendalam dan bukti-bukti yang lengkap, tantangan Al-Qur’an kepada umat manusia, terutama kepada orang-orang Arab, tetap menjadi bukti nyata bahwa Al-Qur’an benar-benar berasal dari Allah. Tantangan tersebut tetap tidak terpecahkan hingga hari ini, menguatkan keyakinan kita terhadap kesucian dan keaslian wahyu Ilahi ini.
Wallahul muwaffiq; hanya Allah yan dapat memberi taufik dan petunjuk kepada kebenaran.
Oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd
Artikel: Remajaislam.com