Bismillah…
Banyak anak muda hari ini merasa hidupnya penuh tekanan: tugas kuliah menumpuk, target kerja tak kunjung selesai, urusan pergaulan kadang bikin lelah. Hati pun mudah gelisah dan kehilangan ketenangan. Padahal Allah sudah memberikan obat hati yang paling mujarab: Al-Qur’an.
Al-Qur’an bukan sekadar bacaan, tapi ia adalah firman Allah yang bisa melembutkan hati, menumbuhkan iman, dan menghadirkan rasa tenang. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Rabb mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfal: 2).
Obat Hati yang Paling Bermanfaat
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,
لا شيء أنفعُ للقلب من قراءة القرآن بالتدبُّر والتفكُّر؛ فإنه جامعٌ لجميع منازل السائرين، وأحوال العاملين، ومقامات العارفين، وهو الذي يورثُ المحبةَ والشوقَ والخوفَ والرجاءَ والإنابةَ والتوكُّل والرضا والتفويض والشكرَ والصبرَ وسائر الأحوال التي بها حياةُ القلب وكمالُه، وكذلك يزجرُ عن جميع الصفات والأفعال المذمومة التي بها فسادُ القلب وهلاكُه.
“Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati daripada membaca Al-Qur’an dengan penuh tadabbur dan perenungan. Sebab, Al-Qur’an menghimpun seluruh jalan yang harus ditempuh para penempuh jalan Allah, keadaan para pengamal amal saleh, serta tingkatan para arifin (orang-orang yang mengenal Allah, pent).
Al-Qur’anlah yang menumbuhkan cinta, kerinduan, rasa takut, harapan, kembali kepada Allah, tawakal, ridha, pasrah, syukur, sabar, dan seluruh keadaan lain yang menjadi sumber kehidupan dan kesempurnaan hati. Demikian pula, Al-Qur’an yang mencegah dari segala sifat dan perbuatan tercela yang merusak dan membinasakan hati.“ (Miftah Dar As-Sa‘adah, 1/151-maktabah shamela).
Dari sini jelas, Al-Qur’an bukan hanya menambah ilmu, tapi juga menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, harapan akan rahmat-Nya, takut dari azab-Nya, hingga sifat sabar, syukur, tawakal, dan ridha. Semua ini adalah bahan bakar iman yang membuat hati tetap hidup.
Ibnul Qoyyim -rahimahullah- melanjutkan,
فلو عَلِمَ الناسُ ما في قراءة القرآن بالتدبُّر لاشتغلوا بها عن كلِّ ما سواها، فإذا قرأه بتفكُّرٍ حتى مرَّ بآيةٍ هو محتاجٌ إليها في شفاء قلبه كرَّرها ولو مئة مرَّة، ولو ليلة؛ فقراءةُ آيةٍ بتفكُّرٍ وتفهُّمٍ خيرٌ من قراءة ختمةٍ بغير تدبُّرٍ وتفهُّم، وأنفعُ للقلب، وأدعى إلى حصول الإيمان وذَوْقِ حلاوة القرآن.
“Seandainya seorang mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an dengan tadabbur, niscaya mereka akan lebih menyibukkan diri dengannya daripada segala kesibukan yang lain. Ketika seseorang membacanya dengan penuh perenungan, lalu melewati satu ayat yang sangat ia butuhkan untuk menyembuhkan hatinya, maka ia akan mengulanginya meski sampai seratus kali, bahkan semalam suntuk. Sungguh, membaca satu ayat dengan tadabbur dan pemahaman lebih baik daripada menamatkan seluruh Al-Qur’an tanpa tadabbur dan pemahaman. Ia lebih bermanfaat bagi hati, lebih menguatkan iman, dan lebih mengantarkan pada manisnya rasa iman serta kelezatan Al-Qur’an (Miftah Dar As-Sa‘adah, 1/151-maktabah shamela).
Bukan Sekadar Hafalan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengingatkan,
إِنَّمَا الْمَطْلُوبُ مِنَ الْقُرْآنِ فَهْمُ مَعَانِيهِ وَالْعَمَلُ بِهِ، فَإِذَا لَمْ يَكُنْ الْمَقْصُودُ هَذَا لَمْ يَكُنْ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَالدِّينِ
“Yang dituntut dari Al-Qur’an adalah memahami maknanya dan mengamalkannya. Jika seorang penghafal Al-Qur’an tidak memiliki tujuan ini, maka ia bukan termasuk ahli ilmu dan agama.” (Majmu‘ Fatawa, 5/262).
Artinya, tujuan utama membaca Al-Qur’an bukan hanya banyaknya hafalan, tapi bagaimana ayat-ayat itu mengubah perilaku, menuntun keputusan, dan memengaruhi cara kita bersikap setiap hari.
Jalan Kesempurnaan Iman
Ketika seorang muslim senantiasa dekat dengan Al-Qur’an membacanya dengan penuh kekhusyukan, merenungkan makna ayat-ayatnya, lalu berusaha mengamalkannya dalam keseharian maka cahaya imannya akan terus bertambah. Iman tidak hanya berhenti pada keyakinan dalam hati, melainkan berbuah ketenangan batin, kejernihan pikiran, serta arah hidup yang lebih jelas dan teratur. Al-Qur’an bagaikan pelita yang menyingkap jalan di tengah gelapnya dunia, menuntun langkah agar tidak terjerumus dalam kebingungan dan kesesatan. Semakin dekat seorang hamba dengan Kitabullah, semakin terasa kelembutan hatinya, semakin kuat pula kepercayaannya kepada janji Allah, hingga ia pun merasakan manisnya iman. Inilah jalan agung yang menuntun menuju kesempurnaan iman; iman yang tidak mudah goyah oleh badai kehidupan, sebab ia berakar kokoh pada firman Allah yang menjadi sumber petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman.
Ikhtitam
Al-Qur’an adalah penyejuk hati, obat dari kegelisahan, sekaligus jalan untuk menyempurnakan iman. Karena itu, jangan biarkan ia hanya sekadar bacaan di lisan atau hafalan di kepala. Dekatilah dengan tadabbur, pahami maknanya, lalu wujudkan dalam amal nyata.
Dengan begitu, kita bukan hanya menjadi orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi juga hidup bersama Al-Qur’an. Dan dari sanalah akan lahir hati yang tenteram, iman yang kuat, serta hidup yang penuh arah menuju ridha Allah Ta’ala.
Wallahu a‘lam.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com