Ada sejumlah sifat menonjol dari Rasulullah -shallallahu’alaihi wa salla- yang tampak di dalam upaya beliau mendidik. Di saat sifat-sifat ini ada pada pendidik terbaik sepanjang masa, maka setiap guru hendaknya berusaha keras meneladani karakteristik beliau berikut:
(1) Penyayang.
Karena pendidikan adalah ruang yang paling kental mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Karena saat mendidik kita sedang berinteraksi dengan manusia-manusia yang luhur, manusia-manusia yang ingin berkembang, ingin menerima ilmu. Di samping itu, ilmu sendiri adalah rahmad Allah.
(2) Sabar.
Sabar bagi seorang pendidik adalah bekal yang pokok. Mendidik tanpa sabar itu seperti bersafar tanpa berbekal, kalau sudah seperti ini ya hanya ada dua kemungkinan; kalau tidak muter balik ya binasa oleh kelaparan. Artinya, mendidik tanpa sabar adalah kegagalan dalam pendidikan.
(3) Cerdik dan Cerdas (fathonah)
Cerdik dalam menggunakan cara mendidik yang tepat, dan cerdas dalam pengiasaan terhadap pengetahuan/keilmuan yang diajarkan.
(4) Tawadu’/rendah hati.
Ilmu adalah ruang merendah hati. Tak ada tempat untuk orang yang sombong dan arogan dalam dunia ilmu. Dengan kerendahan hati dalam mendidik, maka ilmu akan mudah mengalir dan masuk ke dalam jiwa pendidik.
(5) Tenang dan dewasa (al-hilm).
Tenang dan dewasa sangat diperlukan dalam mendidik. Karena guru selain sebagai pengar, dia juga sebagai teladan. Kata pepatah “guru itu ditiru lan digugu”. Dari sikap tenang dan dewasa akan muncuk sikap-sikap yang hikmah/bijaksanan untuk ditiru oleh murid. Selain itu, al-hilm akan menampakkan sikap mengajar dan mendidik yang bijaksanan.
(6) Pemaaf.
Pendidik akan berhadapan dengan manusia yang sedang belajar, sedang tumbuh, dan penuh kekurangan. Karena mereka menyadari banyak kekurangan itulah yang menyadarkan mereka untuk belajar. Oleh karenanya pendidik harus memiliki hati yang pemaaf.
(7) Kepribadian yang kuat.
Guru perlu memiliki kepribadian yang kuat karena peran mereka bukan hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai pembimbing, motivator, dan contoh bagi siswa.
(8) Mencintai aktivitas sebagai pendidik.
Mendidik adalah kedermawanan jiwa dan hati. Oleh karenanya cinta terhadap tugas mendidik harus menjadi sumber kekuatan. Sehingga ilmu akan tertransfer dengan penuh ketulusan dan keindahan.
Penjelasan lebih detail terkait poin-poin di atas bisa Anda klik pda tulisan yang berwarna biru. Insyaallah secara bertahap akan dikupas melalui artikel-artikel selanjutnya, selamat manikmati ekplorasi ilmu di website remajaislam.com.
Referensi:
As-Shuri, Yusuf Khotir Hasan. Asaalib Ar-Rasul fi Ad-Da’wah wat tarbiyah. Shunduq At-Kakaful.
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com