Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر.
“Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji zarrah.”
Lalu seseorang bertanya:
قال رجل: إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة،
“Sesungguhnya seseorang suka jika pakaian dan sandalnya terlihat bagus, apakah itu termasuk kesombongan?”
Beliau menjawab:
إن الله جميل يحب الجمال، الكبر بطر الحق وغمط الناس
“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.”
(HR. Muslim, no. 91)
Penjelasan
Ketika seseorang berhasil mencapai kesuksesan, ia melihat alam semesta ini penuh keindahan, dan ia memanfaatkan rasa keindahannya dalam setiap aspek kehidupan. Maka, ia terlihat indah dalam akhlaknya, indah dalam interaksinya, indah dalam ucapannya, indah dalam penampilan dan pakaiannya, serta indah dalam sifat-sifat dan perbuatannya.
Allah Ta’ala mencintai keindahan, baik keindahan lahiriah maupun batiniah:
1. Keindahan lahiriah: meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tinggal, serta keteraturan.
2. Keindahan batiniah: meliputi kesempurnaan akhlak dan perilaku terpuji.
Berhias adalah bentuk ibadah, karena Allah Ta’ala mencintai keindahan. Ibnu Hubairah -rahimahullah- berkata:
فهو يدل على أن تحسين الرجل ثوبه وتنظيفه يكون عبادة لله عز وجل، من أنه في تنظيف الثوب تطييب لرجه وشكر لله عز وجل لحاله وتظاهره
“Ini menunjukkan bahwa memperbagus pakaian seseorang dan membersihkannya termasuk ibadah kepada Allah Yang Maha Mulia. Sebab, membersihkan pakaian dapat menyenangkan orang yang melihatnya, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan serta penampilan yang baik.” (Al Ifshoh ‘an Ma’ani As-Shihah. 2/101)
Dengan memperindah pakaian, seseorang mendekatkan dirinya kepada Rabb-nya dan mensyukuri nikmat-Nya. Hal ini dilakukan dengan memperlihatkan kondisi dan penampilannya yang rapi serta memanfaatkan harta yang diberikan untuk berbagi kepada orang lain. Dalam memperluas penggunaan pakaian dan apa yang dikenakan, seorang muslim menampakkan nikmat Tuhannya dengan lisan yang penuh syukur dan kondisi yang terpuji, sekaligus mengenalkan dirinya kepada sesama dengan penampilan yang layak bagi seorang mukmin.
Maka, jadilah insan yang penuh keindahan…
Wallahul muwaffiq…
Referensi:
Al-‘Ajin, Ali bin Ibrahim (2021), Al-Arba’un At-Tatwiriyyah; 40 Haditsan fi Ibrahim Az-Dzat wa Asbab An-Najah. Naqatech.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: RemajaIslam.com