Tentang Niat di Balik Suapan
Bismillah…
Pernahkah kamu duduk di meja makan, menatap sepiring nasi hangat, lalu bertanya pada diri sendiri: “Kenapa aku makan?”
Kebanyakan dari kita akan menjawab sederhana: karena lapar. Karena sudah waktunya makan. Karena ingin mencoba menu baru. Dan semua itu tidak salah. Tapi ada satu jawaban yang sering kita lupa: karena ingin kuat beribadah kepada Allah.
Rasulullah pernah mengingatkan, setiap amal tergantung niatnya. Kita akan mendapatkan sesuai apa yang kita niatkan. Bahkan hal yang mubah yang biasa, yang setiap hari kita lakukan tanpa pikir panjang bisa berubah menjadi ibadah jika hatimu menautkannya pada Allah.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
الأعمالُ بالنِّيَّةِ، ولكُلِّ امرِئٍ ما نَوى
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah ﷺ juga bersabda kepada Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu:
ولستَ تُنفِقُ نَفقةً تَبتَغي بها وجهَ اللهِ إلَّا أُجِرتَ بها، حتَّى اللُّقمةَ تَجعَلُها في في امرأتِك
“Engkau tidak menafkahkan sesuatu untuk mencari wajah Allah, kecuali engkau akan diberi pahala karenanya, bahkan suapan yang engkau berikan ke mulut istrimu pun berpahala.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengubah cara kita memandang rutinitas. Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, semua hal mubah bisa menjadi ibadah jika diniatkan untuk mencari ridha Allah. Bahkan, kata beliau, Nabi ﷺ memberi contoh yang sangat duniawi: sepotong makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu, jika niatnya karena Allah, maka itu berpahala. (Al-Minhaj-Syarh Shahih Muslim, penjelasan hadis Sa’d bin Abi Waqqash)
Bayangkan, hanya dengan mengubah arah hatimu, suapan nasi itu bisa menjadi pahala. Bahkan, seperti kata Nabi, sepotong roti yang kau suapkan ke mulut pasanganmu, di saat bercanda atau penuh sayang, tetap Allah catat sebagai amal kebaikan… asal niatnya untuk mencari ridha-Nya.
Begitu juga ketika engkau makan bersama keluarga. Suapan itu bukan sekadar mengenyangkan. Ia bisa menjadi sedekah untuk anakmu, untuk istrimu, bahkan untuk dirimu sendiri. Semua tercatat, semua dihitung.
Lalu, bukankah hidup ini terlalu singkat untuk membiarkan setiap harimu lewat tanpa niat yang baik? Jangan biarkan makan, minum, atau istirahatmu hanya berlalu seperti hembusan angin. Jadikan setiap teguk, setiap gigitan, setiap tarikan napas sebagai jalan pulang kepada-Nya.
Karena mungkin saja, pahala terbesar dalam hidupmu… bukan dari sesuatu yang besar. Tapi dari satu suapan kecil yang kau niatkan untuk Allah.
Oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com