Bismillah…
Setiap Muslim diperintahkan untuk berjihad, dan jihad yang paling utama bukanlah mengangkat pedang, melainkan melawan diri sendiri. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut: 69)
Rasulullah ﷺ juga menegaskan:
المجاهد من جاهد نفسه في طاعة الله
“Seorang mujahid adalah orang yang berjihad melawan dirinya sendiri dalam rangka taat kepada Allah.” (HR. Tirmidzi, dinyatakan hasan shahih oleh Ibn Hibban).
Inilah jihad yang paling berat: perjuangan seumur hidup untuk menundukkan hawa nafsu, mengendalikan dorongan dunia, dan istiqamah dalam ketaatan.
Pandangan Ibnul Qayyim, Dua Jiwa yang Bermusuhan
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa jihad terbesar adalah jihad melawan empat musuh: nafsu, hawa, setan, dan dunia. Barangsiapa bersungguh-sungguh melawan keempatnya demi Allah, maka Allah akan menunjukkannya kepada jalan ridha-Nya yang mengantarkan ke surga.
Beliau menambahkan, Allah menanamkan dalam diri manusia dua jenis jiwa:
1. Nafsu ammarah (jiwa yang condong pada keburukan).
2. Nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang dengan ketaatan).
Pertarungan keduanya berlangsung terus-menerus. Apa yang ringan bagi jiwa ammarah terasa berat bagi jiwa muthmainnah, dan sebaliknya. Tidak ada yang lebih berat bagi jiwa ammarah selain ikhlas beramal karena Allah, dan tidak ada yang lebih berat bagi jiwa muthmainnah selain tunduk pada hawa nafsu.
Hukum Allah telah tetap: “Sesungguhnya kesudahan yang baik hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa.” Maka siapa pun yang istiqamah melawan dirinya dengan sabar, niscaya kemenangan ada di pihaknya, di dunia maupun akhirat.
Seperti hikmah yang diungkapkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam sebuah keteranganya,
«والحروب مستمرة لا تضع أوزارها إلا أن يستوفى أجلها من الدنيا… والنصر مع الصبر، ومن صبر وصابر ورابط واتقى الله فله العاقبة»
“Peperangan tak akan pernah berhenti, ia terus menyala hingga waktunya berakhir di dunia ini. Dan ketahuilah, kemenangan selalu bersama kesabaran. Siapa yang mampu bersabar, terus bertahan, teguh di garis depan, dan bertakwa kepada Allah maka dialah yang akan meraih kemenangan pada akhirnya.” (Al-Jawab Al-Kafi-Ibnul Qoyyim).
Jalan untuk Menjinakkan Nafsu
Perjuangan ini nyata, tidak sekadar teori. Ada jalan-jalan praktis untuk memperbaiki jiwa:
- Menjaga shalat fardhu dengan khusyuk.
- Memperbanyak ibadah sunnah.
- Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur, bukan hanya lantunan.
- Melazimi dzikir pagi-sore.
- Hadir dalam majelis ilmu, meski satu kalimat bisa mengubah hidup.
- Bermuhasabah setiap kali nafsu mengajak pada syahwat atau dosa.
- Bergaul dengan orang-orang shalih yang menguatkan iman.
- Dan terus berdoa, agar Allah melindungi dari kejahatan diri sendiri.
Refleksi
Di situlah letak jihad terbesar: menaklukkan diri sendiri. Sebab musuh yang ada di luar mungkin bisa kita hindari. Tapi musuh di dalam dada nafsu, ego, dan syahwat ia selalu ikut kemanapun kita pergi.
Dan sungguh benar sabda Nabi ﷺ: “Seorang mujahid adalah orang yang berjihad melawan dirinya dalam ketaatan kepada Allah.”
Ditulis oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com