Menikah adalah ibadah yang panjang dan istimewa. Bagaimana tak disebut sebagai ibadah yang istimewa, sementara Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-, menjelaskan bahwa menikah adalah penyempurna setengah agama.
من رزقه الله امرأة صالحة، فقد أعانه على شطر دينه، فليتق الله في الشطر الثاني
“Siapa yang Allah karuniakan istri yang sholihah, maka adanya istri yang sholihah menolong dia menyempurnakan setengah agamanya. Maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada setengah sisanya.” (HR. Thabrani dan Al-Hakim, dinilai Hasan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib no. 1916)
Apa maksud menikah menyempurnakan setengah agama Islam seseorang?
Para ulama menjelaskan bahwa yang umumnya merusak agama seseorang adalah
- Kemaluan
- Perutnya.
Kemaluan merusak agama melalui pintu perzinahan dengan segala muqoddimahnya. Sedangkan perut merusak agama melalui pintu keserakahan dengan segala intriknya. Bila seorang menikh berarti ia telah membentengi diri dari salah satunya, yaitu perzinahan dengan kemaluan. Itu berarti dengan menikah separuh agama seorang pemuda telah terjaga, dan sisanya, ia tinggal menjaga nafsu serakahnya.
Al Mula ‘Ali Al Qori rahimahullah dalam Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih berkata bahwa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “bertakwalah pada separuh yang lainnya”, maksudnya adalah bertakwalah pada sisa dari perkara agamanya. Di sini dijadikan menikah sebagai separuhnya, ini menunjukkan dorongan yang sangat untuk menikah.
Al Ghozali rahimahullah (sebagaimana dinukil dalam kitab Mirqotul Mafatih) berkata, “Umumnya yang merusak agama seseorang ada dua hal yaitu kemaluan dan perutnya. Menikah berarti telah menjaga diri dari salah satunya. Dengan nikah berarti seseorang membentengi diri dari godaan syaithon, membentengi diri dari syahwat (yang menggejolak) dan lebih menundukkan pandangan.”
Mengingat pernikahan adalah ibadah yang istimewa, tentu setan tak akan senang mendapati seorang mukmin menikah. Ia akan berusaha sekuat tenaga menghalangi seorang dari pernikahan, lalu mengganti hubungan suci itu dengan hubungan yang keji, yaitu perzinahan. Sehingga wajar bila setan seringkali membuat seorang muslim ragu saat ingin memutuskan untuk menikah. Setan menyadari pernikahan akan sangat membantu seorang memperbaiki agamanya. Oleh karenya, setan selalu bersemangat melakukan godaan yang bisa memutus tali pernikahan. Sebagaimana dijelaskan di dalam hadis Jabir radhiallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (orang yang ia goda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblispun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat engkau”. (HR. Muslim)
Salahsatu model keraguan yang dihembuskan oleh setan kepada yang ingin menikah, adalah khawatir nikahnya bakalan ngga langgeng, khawatir perahu rumah tangganya karam di tengah pelayaran. Akhirnya membuatnya memutuskan menunda nikah. Bahkan banyak lho yang sampai jadi perawan tua atau perjaka tua.
Padahal nikah aja belum lho kak, kok sudah berpikir sedemikian rupa to?!
Baiklah, keraguan yang sering dialami kaum jomblo ini akan kita coba tawarkan obatnya. Berikut ini ulasannya:
Pertama, sadarilah bahwa pikiran – pikiran negatif seperti itu adalah bentuk perilaku su-uzon (berprasangka buruk) kepada Allah!
Allah menyebut mengkhawatirkan masa depan adalah prasangkanya orang – orang jahiliyyah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an,
وَطَآئِفَةٞ قَدۡ أَهَمَّتۡهُمۡ أَنفُسُهُمۡ يَظُنُّونَ بِٱللَّهِ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ ظَنَّ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِۖ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ ٱلۡأَمۡرِ مِن شَيۡءٖۗ قُلۡ إِنَّ ٱلۡأَمۡرَ كُلَّهُۥ لِلَّهِۗ
Sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka berprasangka tidak baik/su-uzon kepada Allah, seperti sangkaannya kaum jahiliyah. Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?” Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya segala urusan itu di Tangan Allah.” (QS. Ali ‘Imran: 154)
Mencemaskan masa depan dengan memikirkan nasib-nasib buruk di masa depan, itu menyebabkan dia bersu-uzon (berprasangka buruk) kepada Allah.
Kenapa kok menyebabkan su-uzon kepada Allah?
Karena prasangka seperti itu sama aja menyangka bahwa Allah akan bersikap tidak baik kepadanya.
Itukan hakikat su-uzon bukan?!
Kalau kita su-uzon kepada seorang, prasangka apa yang hadir di benak kita?
“Oh jangan-jangan orang ini pembohong, orang ini penjahat, orang ini akan ini dan akan itu kepada sy”
Nah itulah su-uzon kepada manusia.
Sama tu bentuk su-uzon kepada Allah gambarannya seperti itu “jangan-jangan kalau saya nikah, nanti bakalan cerai nih.”
Sama aja kayak berprasangka seperti ini, “jangan-jangan Allah tidak memihak ke saya kalau nanti menikah, akhirnya bakalan cerai di tengah jalan.”
Maha suci Allah dari prasangka seperti itu.
Kalau su-uzon kepada manusia itu dosa, kira-kira su-uzon kepada Allah dosa ngga tuh? Ya jelas lebih parah sob dosanya.
Kedua, Tasayabbuh dengan kaum jahiliyah.
Selain bentuk su-udzon kepada Allah, kekhawatiran kepada masa depan; seperti takut karam kalau menikah, juga bentuk tasyabbuh dengan perilaku kaum Jahiliyyah. Sebagaimana Allah telah tegaskan pada ayat 154 surat Ali Imroh,,
ظَنَّ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِۖ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ ٱلۡأَمۡرِ مِن شَيۡءٖۗ
“Mereka berprasangka tidak baik/su-uzon kepada Allah, seperti sangkaannya kaum jahiliyah. Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?”
Ketiga, pertanda lemahnya iman.
Karena siapa yang seperti itu cara berpikirnya, pasti tawakkalnya, imannya kepada takdir Alllah, lemah. Kepercayaannya kepada kesempurnaan ilmu Allah dan kuasa Allah, juga lemah.
Ibnu Mas’ud -radhiyallahu’anhu- pernah mengatakan,
وإنَّ اللهَ بِقِسْطِهِ وَعَدْلِهِ جَعَلَ الرَّوْحَ والفَرَحَ في الرضا واليقينِ وجعل الهمَّ والحزنَ في السخَطِ
“Sesungguhnya Allah dengan keadilannya, menjadikan lapangnya hidup dan bahagia ada pada ridho dan yakin kepada takdir Allah. Dan Dia menjadikan cemas dan sedih itu ada pada ketidak senangan kepada takdir Allah.” (HR. Tabrani no. 10514 (10/266), Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’ (4/121) dan Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman (208) – dorar.net)
Keempat, Kekhawatiran seorang pada masa depannya, tentang apa yang terjadi padanya nanti, adalah tipuan dan ulah dari perbuatan setan.
Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat yang bersumber dari sahabat Ibnu Mas’ud -radhiyallahu’anhu-,
إن للشيطان لمة بابن آدم، وللملك لمة. فأما لمة الشيطان فإيعاد بالشر وتكذيب بالحق. وأما لمة الملك فإيعاد بالخير وتصديق بالحق
“Setan itu bisa mempengaruhi jiwa manusa, sebagaimana juga Malaikat mempengaruhi jiwa manusia. Pengaruhnya setan adalah perintah – perintahnya pada hal – hal yang buruk dan mendustakan kebenaran. Adapun pengaruhnya Malaikat adalah perintah – perintahnya untuk melakukan kebaikan dan membenarkan kebenaran.”
Maksudnya Ibnu Mas’ud -radhiyallahu’anhu- menjelaskan, bahwa setan di saat ada kesempatan menggoda manusia, dia akan mengajaknya kepada hal – hal yang buruk; diantaranya Anda akan dibuat cemas olehnya dengan pikiran – pikiran buruk, nanti kamu akan sakit, kamu akan mati, anak – anakmu akan susah, nanti akan begini dan begitu. yang akhirnya menggiring ke dosa su-uzon kepada Allah. Padahal yang tahu tentang itu semua dan semua masa depan kita, hanya Allah. Setan tidak tahu itu. Puncaknya setan menggiring dia mendustakan kebenaran. Ujung – ujungnya mendustakan takdir, bahkan membuat orang su-udzon kepada Allah.
Tak ada maksud dari setan yang mengajak Anda berpikiran seperti itu, kecuali untuk merusak hari – hari Anda. Kekhawatiran Anda kepada masa depan tak akan memberi manfaa tpada saat ini. Tak juga akan membuat Anda tenang terhadap asa depan Anda.
Adapun perintahnya malaikat pada diri manusia, akan menggiringnya membenarkan kebenaran, melakukan kebaikan, sehingga membuatnya optimis menjalani hidup dan menatap masa depan. Lalu ia akan husnuzon kepada Allah ‘azza wa jalla.
Pribadi seperti inilah yang ada pada diri Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Sebagaimana diceritakan oleh sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-,
كانَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ يُعجبُهُ الفَألُ الحسَنُ، ويَكْرَهُ الطِّيرةَ
“Nabi shallallahu’alaihi wa sallam itu senang dengan ucapan – ucapan yang optimis dan membenci sikap yang mempercayai kesialan.” (HR. Ibnu Majah, no. 2864. Status hadis shahih)
Setelah mengucapkan ucapan di atas, Ibnu Mas’ud -radhiyallahu’anhu- melanjutkan,
فمن وجد ذلك، فليعلم أنه من الله فيحمد الله، ومن وجد الأخرى فليتعوذ بالله من الشيطان الرجيم
“Siapa yang mendapati pengaruh baiknya Malaikat pada dirinya, maka sadarilah, itu nikmat dari Allah, bersykurlah alhamdulillah. Namun siapa yang mendapatkan selain itu, maka berlindunglah kepada Allah dari godaan setan; makhuk terkutuk.”
Kemudian Ibnu Mas’ud membacakan ayat,
ٱلشَّيۡطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ وَيَأۡمُرُكُم بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغۡفِرَةٗ مِّنۡهُ وَفَضۡلٗاۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ
“Setan menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan dan menyuruh kalian melakukan perbuaan yang keji. Sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya untuk kalian. Allah Mahaluas rizkiNya, Maha Mengetahui semuanya.” (QS. Al-BAqoroh: 268)
Maka sebenarnya setanlah yang membuat orang-orang cemas dan bersedih. Dialah yang menakut – nakuti Anda dengan dengan kemiskinan, membuat Anda pesimis memandang masa depan,malas melakukan hal–hal yang baik dan ragu melangkah untuk menikah karena khawatir nanti bakalan gagal menjalani rumah tangga.
Sekian…
_______________
References:
- Tuasikal, Muhammad Abduh (2011). Sempurnakan Separuh Agama. Diakses pada 20 Desember 2022, dari https://remajaislam.com/169-sempurnakan-separuh-agama.html.
- Anshori, Ahmad (2022). Masa Depan yang Masih Teka-Teki. Diakses pada 20 Desember 2022, dari https://remajaislam.com/2026-masa-depan-yang-masih-teka-teki.html
@Kampoeng Santri, 327 Jumadal Ula 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com