Hari tasyrik adalah tiga hari setelah hari raya Idul Adha, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Sebagaimana dijelaskan di dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
كل منى منحر ، وكل أيام التشريق ذبح
“Seluruh wilayah Mina adalah tempat menyembelih hadyu dan semua hari tasyrik adalah waktu untuk menyembelih.” (Hadis ini dinilai Shahih oleh Syekh Albani, di dalam “As-Silsilah Ash-Shahihah”, no. 2476)
Ibnul Qayyim rahimahullah menukil perkataan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu di dalam kitab Zaadul Ma’ad,
أيام النحر : يوم النحر ، وثلاثة أيام بعده
“Ayyamun Nahr (waktu nenyembelih kurban) adalah, hari nahr (hari raya idul Adha) dan tiga hari setelahnya (hari tasyrik).” Kesimpulan ini juga dipegang oleh Imam Hasan Al-Basri, Atho’ bin Abi Robah, Al-Auza’i dan Imam Syafi’i. (Lihat : Zadul Ma’aad jilid 1, hal. 310 – 311)
Meskipun boleh, waktu yang paling afdol nenyembelih kurban tetap di hari pertama atau hari raya Idul adha. Terutama, mendekati selesai pelaksanaan sholat id.
Syekh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah menerangkan,
ويجوز ذبح الأضحية في الوقت ليلاً ونهارا ً، والذبح في النهار أولى ، ويوم العيد بعد الخطبتين أفضل ، وكل يوم أفضل مما يليه ؛ لما فيه من المبادرة إلى فعل الخير
“Siang dan malam boleh menyembelih kurban. Namun nenyembelih di siang hari lebih afdol. Kemudian menyembelih setelah dua khutbah shalat id, itu lebih afdol. Dan menyembelih kurban di hari pertama (hari raya), lebih afdol daripada hari-hari sesudahnya (hari tasyrik).” (Ahkam Al-Udhhiyah, dikutip dari islamqa.info)
Alasan mengapa menyembelih kurban di hari raya Idul Adha lebih afdol adalah:
Pertama, Allah memerintahkan untuk segera dalam melakukan amal sholih.
Allah ta’ala berfirman,
۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ
Bersegeralah kalian mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran: 133).
Kedua, marena Nabi ﷺ selalu berkuban di hari pertama/hari raya Idul Adha.
Dari Buraidah radhiyallahu’anhu, beliau berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ ، وَلا يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ ، فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ .
“Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tidaklah berangkat melaksanakan sholat idul Fitri melainkan makan terlebih dahulu. Dan beliau tidak makan sebelum sholat idul Adha sampai beliau pulang ke rumah. Lalu makan dari hewan kurban beliau. (HR. Ahmad no. 22475)
Suruh, Kab. Semarang, 12 Dzulhijjah 1444H
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com