Perbanyak Dzikir di Hari Tasyrik Idul Adha
Hari tasyrik terdapat pada tanggal 11, 12, 13 Dzulhijah. Hari-hari dimana orang yang hendak bekurban masih diperbolehkan bekurban. Dan hari tidak boleh melakukan ibadah puasa. Sebagaimana disebutkan di dalam hadis dari Nubaisyah Al Hudzali, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141)
Dzikir adalah amalan yang dianjurkan di sepanjang waktu. Bahkan para ulama mamadangan dzikir adalah amal ibadah yang paling istimewa dari seluruh amal, sebagaimana dinyatakan oleh sahabat Mu’adz bin Jabal -radhiyallahu’anhu-
ما عمل آدمي عملاً أنجى له من عذاب الله من ذكر الله تعالى, قالوا يا أبا عبدالرحمن, ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا, إلا أن يضرب بسيفه حتى ينقطع
“Tak ada amalan yang paling bisa menyelamatkan dari azab Allah daripada berdzikir.”
Orang-orang berntanya, “Apakah juga lebih utama daripada jihad fi sabilillah ya Abu Abdurrahman?”
“Iya, bahkan lebih afdol daripada jihad fi sabilillah, kecuali orang orang yang berperang dengan pedangnya (senjatanya, pent), hingga dia terbunuh.” (dinukil dari tafsir Ibnu Kastir)
Dzikir disebut sebagai amalan ibadah yang paling afdol karena Allah menyebutnya di dalam firmannya,
وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
“Sungguh mengingat Allah itu adalah amalan yang paling agung.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Imam Ibnu Zaid dan Qatadah -rahimahumallah- menerangkan,
ولذكر الله أكبر من كل شيء أي أفضل من العبادات كلها بغير ذكر
“Dzikir mengingat Allah itu lebih agung dari segala sesuatu. Maksudnya dzikir adalah ibadah yang paling besar dari seluruh ibadah yang tidak disertai dzikir.” (Tafsir Al-Qurtubi).
Jika demikian agung kedudukan ibadah dzikir di sepanjang waktu, maka berdzikir di hari-hari tasyrik menjadi amalan yang sangat istimewa. Karena hari tasyrik adalah hari yang di sisi Allah. Sebagaimana diterangkan oleh Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam,
أعظم الأيام عند الله يوم النحر ثم يوم القر
“Hari yang paling mulia di sisi Allah adalah hari An-Nahr (10 Dzulhijah) dan hari Al-Qor (11 Dzulhijjah). (HR. Ahmad)
Secara khusus, hari tasyrik disebut Allah dan NabiNya -shallallahu’alaihi wa sallam sebagai hari-hari dzikir.
Allah ta’ala berfirman,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Berdzikirlah mengingat Allah di hari-hari di hari-hari ini (Ayyam Ma’dudat).” (QS. Al-Baqarah: 203)
Yang dimaksud hari-hari ini (Ayyam Ma’dudat) pada ayat di atas adalah hari tasyrik. Sebagaimana keterangan dari sahabat Abdullah bin Abbas -radhiyallahu’anhuma-,
وقال مقسم عن ابن عباس : الأيام المعدودات : أيام التشريق ، أربعة أيام : يوم النحر ، وثلاثة [ أيام ] بعده
Muqsim mengabarkan sebuah keterangan dari Abdullah bin Abbas, bahwa hari-hari ini (Ayyam Ma’dudat) pada ayat tersebut adalah hari tasyrik. Ada empat hari: Hari An-Nahr (hari raya Idul Adha) dan tiga hari setelahnya.” (Tafsir Ibnu Katsir).
Di dalam hadis, Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- juga menyebut dzikir sebagai identitas hari yang mulia ini,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وذكر الله
“Hari-hari tasyrik adalah hari makan minum dan hari-hari untuk berdzikir.” (HR. Muslim no. 1141)
Dzikir yang bagaimana yang disunnahkan di hari tasyrik?
Segala macam dzikir, mulai dzikir sejak bangun tidur sampai hendak tidur kembali. Oleh karenanya, bagi siapa saja yang terbiasa melewati pagi dan petang tanpa berdzikir, khusus di hari tasyrik ini jangan sampai lupa. Yang biasa sebelum tidur dan bangun tidur lupa berdzikir, ayo hari tasyrik ini jangan sampai lupa. Yang sebelum makan lupa baca basmalah dan setelah makan lupa baca hamdalah, ayo jangan sampai lupa lho. Dan dzikir-dzikir lainnya musti menjadi perhatian lebih di hari-hari ini.
Kemudian, ada sebuah dzikir yang menjadi syiar hari tasyrik, yaitu bertakbir (layaknya takbir id). Seorang ulama tafsir di masa tabi’in bernama ‘Ikrimah -rahimahullah- menjelaskan makna ayyam ma’dudat (sejumlah hari yang disinggung di dalam surat Al-Baqarah 203 di atas),
التكبير أيام التشريق بعد الصلوات المكتوبات : الله أكبر ، الله أكبر
“Maksudnya adalah bertakbir di hari-hari tasyrik setelah shalat fardhu (takbir muqoyyad): Allahuakbar… Allahuakbar…” (Tafsir Ibnu Katsir).
Selain takbir muqoyyad yang dilakukan setelah salam shalat wajib, takbir mutlak yang tidak terikat oleh waktu, juga disunnahkan di lakukan kapan saja, sampai berakhir hari tasyrik. Tulisan lebih lengkap tentang takbir mutlak dan muqoyyad ada di sini ya sobat.
Tegalwaton, Tengaran, Semarang, 11 Dzulhijjah 1444H
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com