Rawatib: Amalan Ringan, Ganjaran Berlimpah
Assalamu’alaikum, Ustadz. Saya mau tanya. Kalau shalat sunnah rawatib itu dikerjakannya langsung 4 rakaat sekaligus, atau dibagi dua-dua? Terutama yang sebelum Zuhur atau Ashar. Terima kasih!
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Terima kasih ya, pertanyaannya bagus banget. Tanda hati kamu lagi pengin lebih dekat sama Allah—dan itu keren!
Jadi begini, shalat sunnah rawatib itu sebenarnya kayak “pelengkap” buat shalat wajib kita. Kalau shalat wajib itu pondasinya, rawatib ini dinding dan atapnya. Sama-sama penting biar bangunan ibadah kita kuat dan indah.
Jumlah dan Polanya Gimana?
Rawatib yang paling utama (muakkadah) itu totalnya ada 12 rakaat. Ini urutannya:
- 2 rakaat sebelum Subuh
- 4 rakaat sebelum Zuhur (dikerjakan dua-dua ya, bukan langsung empat)
- 2 rakaat setelah Zuhur
- 2 rakaat setelah Maghrib
- 2 rakaat setelah Isya
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“من صلى اثنتي عشرة ركعة في يوم وليلة بُني له بهن بيت في الجنة.”
“Barangsiapa yang rutin mengerjakan 12 rakaat (sunnah rawatib) dalam sehari semalam, Allah akan bangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. Muslim)
Kebayang nggak sih? Rumah di surga. Bukan sewa, bukan kontrakan—tapi rumah pribadi dari Allah. Semua itu dari amalan yang bahkan nggak sampai satu jam dalam sehari.
Yang Empat Rakaat Itu Gimana Ngerjainnya?
Kalau ada empat rakaat sunnah (kayak sebelum Zuhur atau Ashar), kerjakannya dua-dua. Jadi 2 rakaat – salam, lalu lanjut lagi 2 rakaat – salam.
Kenapa? Karena Nabi sendiri ngerjainnya begitu. Dan sabda beliau:
“صلاة الليل والنهار مثنى مثنى.”
“Shalat di malam dan siang hari itu dua rakaat-dua rakaat.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Kalau Mau Nambah Setelah Zuhur Boleh?
Boleh banget. Bahkan ada janji yang luar biasa dari Nabi:
“من حافظ على أربع قبل الظهر وأربع بعدها حرمه الله على النار.”
“Siapa yang menjaga 4 rakaat sebelum Zuhur dan 4 rakaat sesudahnya, Allah akan jauhkan dia dari api neraka.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Jadi, kalau kamu lagi punya waktu dan energi, boleh nambah 2 rakaat lagi setelah Zuhur. Tapi ingat, yang termasuk rawatib itu cukup 2.
Shalat Sunnah Sebelum Ashar, Perlu Juga Nggak?
Perlu juga. Meski bukan bagian dari rawatib yang utama, tapi ini dianjurkan banget. Nabi bahkan mendoakan:
“رحم الله امرأ صلى قبل العصر أربعًا.”
“Semoga Allah merahmati orang yang shalat 4 rakaat sebelum Ashar.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Waktu Nunggu Iqamah Bisa Diisi Apa?
Kadang kita nunggu iqamah cuma diem atau ngobrol. Tapi tahu nggak? Waktu antara adzan dan iqamah itu emas banget. Rasulullah bersabda:
“بين كل أذانين صلاة، بين كل أذانين صلاة.”
“Di antara dua adzan (yaitu adzan dan iqamah) ada shalat.” (HR. Bukhari, Muslim)
Dan beliau juga bilang:
“لمن شاء” — “Bagi siapa yang mau.”
Artinya? Waktu nunggu itu bisa kamu isi dengan shalat 2 rakaat. Enteng, tapi berpahala besar.
Bonus: Jangan Lupa Dhuha dan Tahajud!
Kalau pagi kamu belum sibuk banget, sempatkan shalat Dhuha. Minimal 2 rakaat, maksimal nggak dibatasi. Dikerjakan sekitar jam 7 pagi sampai sebelum Zuhur.
Dan kalau kamu lagi punya semangat malam, jangan sia-siakan. Coba shalat malam, walau cuma 2 rakaat dan 1 witir. Rasulullah biasa shalat malam 11 rakaat:
“كان النبي ﷺ يصلي من الليل إحدى عشرة ركعة، يسلم من كل اثنتين، ويوتر بواحدة.”
“Rasulullah biasa shalat malam 11 rakaat, salam setiap dua rakaat, lalu witir satu rakaat.” (HR. Bukhari, Muslim)
Kalau kamu takut kebablasan tidur, boleh banget witirnya dikerjain di awal malam.
“من خاف ألا يقوم من آخر الليل، فليوتر أوله، ومن طمع أن يقوم آخره، فليوتر آخر الليل، فإن صلاة آخر الليل مشهودة، وذلك أفضل.”
“Siapa yang takut tidak bisa bangun di akhir malam, maka witirlah di awal. Tapi siapa yang berharap bisa bangun, witirlah di akhir malam, karena shalat akhir malam itu disaksikan (malaikat), dan itu yang lebih utama.”
(HR. Muslim)
Akhir Kata:
Ibadah itu bukan tentang berat atau nggaknya, tapi tentang niat dan hati. Shalat sunnah rawatib ini ringan, tapi manfaatnya luar biasa. Bisa jadi tameng kita dari dosa, pelindung dari siksa, dan jalan menuju rumah idaman di surga.
Nggak usah nunggu sempurna. Mulai aja pelan-pelan, dari yang kamu mampu. Karena Allah sayang banget sama hamba yang mau terus melangkah meski pelan.
Wallahu a’lam.
Penulis: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com