Setiap Muslim diperintahkan untuk terus meningkatkan amal saleh. Namun, yang juga tak kalah penting adalah menjaga dan merawat amal tersebut agar tidak rusak sia-sia. Salah satu bentuk kerugian besar adalah ketika seseorang telah bersungguh-sungguh dalam beramal, lalu ia merusaknya sendiri dengan kelalaian atau perbuatan maksiat setelahnya.
Allah Ta’ala telah memberikan peringatan keras dalam firman-Nya:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan kembali benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai.” (QS. An-Nahl: 92)
Menurut penjelasan para ahli tafsir, ayat ini merujuk pada kisah seorang wanita Quraisy bernama Raiṭah binti Sa‘d. Wanita ini dikenal sering menghabiskan waktunya memintal benang halus dari pagi hingga sore. Namun, ketika matahari mulai tenggelam, ia malah menarik ujung benang itu dan merusak seluruh hasil pintalannya sendiri. Sehingga, semua usahanya sia-sia, tak tersisa sedikit pun untuk dimanfaatkan.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata saat menafsirkan ayat ini:
“هذا مثل لمن نقض عهده بعد توكيده، لا فائدة له إلا الكفر والعمل السيئ، فهو كمن يغزل غزلاً قويًّا ثم ينقضه، فهو لا يحصل على شيء من تعبه، كذلك هذا لا ينتفع بعقده وعهده إذا غدر.”
“Ini adalah perumpamaan bagi orang yang membatalkan janjinya setelah menguatkannya. Tidak ada manfaat baginya kecuali kekufuran dan amal buruk, seperti orang yang memintal benang dengan kuat lalu mengurainya kembali, sehingga ia tidak mendapatkan apa-apa dari usahanya. Demikian pula halnya dengan orang yang melanggar janji dan ikrarnya.”
Demikian pula dengan amal ibadah kita. Jangan sampai setelah Ramadan berakhir, kita kembali pada kelalaian. Jangan sampai setelah sedekah, kita menyombongkan diri. Jangan sampai setelah taat, kita kembali bermaksiat.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah juga mengingatkan:
“من ثواب الحسنة الحسنة بعدها، ومن عقوبة السيئة السيئة بعدها.”
“Termasuk balasan dari sebuah kebaikan adalah kebaikan setelahnya, dan termasuk hukuman dari sebuah dosa adalah dosa setelahnya.”
Oleh karena itu, jagalah terus amal yang telah kita bangun. Perkuat dengan keistiqamahan. Tambah perlahan jika mampu. Jangan dirusak dengan kemaksiatan atau hati yang berpaling dari Allah.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang istiqamah dalam ketaatan, dan tidak termasuk orang yang membatalkan amalnya sendiri.
Wallahu a’lam.
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com