Bacaan dzikir ini hampir sudah dihafalkan oleh setiap muslim. Sebuah bacaan dzikir yang tidak asing kita dengar dan kita ucapkan sehari-hari.
LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH
Artinya, tak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.
Ternyata mengandung khasiat pahala yang luar biasa. Untuk mengetahuinya, dalam hal ghaib yang berkenaan pahala seperti ini, tentu tak bisa hanya berdasar pada logika atau perasaan belaka apalagi mimpi. Namun harus merujuk pada dalil Qur’an dan Sunnah yang sahih.
Di dalam Al Quran, kalimat suci ini tersebut di dalam surat Al Kahfi ayat 39,
وَلَوۡلَآ إِذۡ دَخَلۡتَ جَنَّتَكَ قُلۡتَ مَا شَآءَ ٱللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ إِن تَرَنِ أَنَا۠ أَقَلَّ مِنكَ مَالٗا وَوَلَدٗا
“Mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan, “Māsyā Allāh, lā quwwata illā billāh” (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu.” (Surat Al-Kahfi: 39)
Dan juga tercantum di dala. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim, hadis dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari -radhiyallahu’anhu-, bahwa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-bersabda,
يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ
“Ya Abdullah bin Qais.”
.قُلْتُ : لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
Aku jawab, “Iya ya Rasulullah.”
Nabi melanjutkan,
، أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ مِنْ كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ ؟
“Mau tidak aku beritahu satu kalimat yang termasuk perbendaharaan surga?”
قُلْتُ : بَلَى ، يَا رَسُولَ اللَّهِ ، فَدَاكَ أَبِي وَأُمِّي
“Tentu saja saya mau yang Rasulullah!”
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Yaitu dzikir LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH.” (HR. Bukhari no. 4205 dan Muslim no. 2704)
Apa makna bacaan dzikir Laa haulaa walaa quwwata illa billah sebagai perbendaharaan surga?
Maknanya dijelaskan oleh Imam As-Shan’ani -rahimahullah-,
أي أن ثوابها مدخر في الجنة وهو ثواب نفيس كما أن الكنز أنفس أموال العباد، فالمراد مكنون ثوابها عند الله لكم، وذلك لأنها كلمة استسلام وتفويض إلى الله، واعتراف بالإذعان له، وأنه لا صانع غيره، ولا راد لأمره، وأن العبد لا يملك شيئا من الأمر.
“Maknanya adalah bahwa pahalanya akan disimpankan di surga nanti. Ini menunjukkan pahala berzikir dengan bacaan tersebut sangat mahal. Layaknya perbendaharaan harta dunia juga dipandang sebagai kekayaan yang paling mahal. Sehingga maknanya, pahala yang dihasilkan dari ucapan dzikir ini akan disimpan di sisi Allah untuk kalian. Pahalanya bisa sedemikan berharga karena kalimat ini mengandung makna menyerah dan kepatuhan kepada Allah. Bahwa tidak ada yang bisa berbuat kecuali Allah. Tak ada yang bisa menghalangi keputusanNya. Dan makhluk sama sekali tak memiliki kekuasaan apapun.” (Ni’matul ‘Allam Fi Ikhtishori Subulussalam, hal. 568).
Sekian…
Wallahul muwaffiq.
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com