Seorang pemuda mengalami penyakit was-was menghubungi kami melalui pesan WhatsApp:
“Iyaaaa ustadz, kadang2 saya jg kek mo nangis knp ya saya di uji seperti ini?
Dan di saat shalat pun ga ada rasa nikmat nya beda sekali dl sblm terkena was2 saya shalat selalu merasakan nikmat, saat was2 ini saya kadang2 suka tb2 sendiri ga percaya Allah, tb bukan karena ke inginan sy, tp saya harus paksa in kalau Allah itu benar2 ada dan saya harus menyebah nya. dan ternyata ini semua adalah ujian dari Allah.”
Saya yakin pemuda ini tidak sendirian, banyak anak muda yang juga mengalami cobaan yang sama. Agar dapat bermafaat secara luas, kami paparkan jawabannya di sini:
Bismillah…
Perasaan gelisah, mendengar bisikan-bisikan buruk seperti itu, adalah suatu kebahagiaan dan nikmat. Insyaallah itu sebagai tanda kejujuran iman. Karena hati yang bercahaya dengan iman, tidak akan merasa tenang dengan segala hal yang berbau dosa.
Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
البر مااطمأن إليه النفس واطمأن إليه القلب. والإثم ماحاك في النفس و تردد في الصدر وإن أفتاك الناس وأفتوك.
“Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad, At-Thabrani dan dan Al Baihaqi)
Kejadian yang sama, juga pernah dialami oleh sebagian sahabat yang mulia. Mereka pernah curhat kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam tentang bisikan-bisikan jahat yang begitu berat jika diucapkan.
إنّا نجد في أنفسنا ما يتعاظم أحدنا أن يتكلم به
“Kami mendapati dalam diri kami bisikan-bisikan yang terasa berat untuk kami ucapkan.”
فقال : أو قد وجدتموه؟
“Apakah kalian benar telah mendapati perasaan berat saat mendengar bisikan itu?”tanya Nabi memastikan.
“Iya…” Jawab mereka kompak.
Nabi kemudian bersabda,
ذاك صريح الإيمان
“Itulah tanda iman yang nyata.”
(HR.Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan hadis di atas,
أما معاني الأحاديث وفقهها: فقوله ﷺ: ذلك صريح الإيمان ومحض الإيمان معناه استعظامكم الكلام به هو صريح الإيمان، فإن استعظام هذا وشدة الخوف منه ومن النطق به فضلا عن اعتقاده إنما يكون لمن استكمل الإيمان استكمالا محققا وانتفت عنه الريبة والشكوك.
“Sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam, “Itulah tanda iman yang nyata dan kemurnian iman” maknanya adalah, perasaan berat yang dirasakan untuk mengucapkan kalimat bisikan itu, itulah tanda nyata adanya iman. Karena beratnya hati dan perasaan takut dari akibat kalimat kufur itu, dan takut mengucapkannya apalagi meyakininya, ini tidak akan terjadi kecuali pada seorang yang berupaya menyempurnakan imannya. Mewujudkan kesempurnaan yang dapat mengusir segala keraguan.” (Al Minhaj, 2/154).
Bisikan setan seperti itu, dampaknya kepada orang beriman, hanya sebagai bisikan. Karena dengan iman yang Allah karuniakan padanya, ia dapat melawan dan menolak bisikan-bisikan jahat itu. Ada kisah menarik dari sepupu Nabi shallallahu’alaihi wasallam; Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma. Beliau mengisahkan, “Sungguh aku merasakan dalam jiwaku yang seandainya aku menjadi burung merpati lebih aku sukai daripada aku mengucapkannya.”
Nabi shallallahu alaihi wa sallam kemudian bersabda,
الحمد لله الذي رد أمره إلى الوسوسة
“Segala puji bagi Allah yang hanya dapat menggoda orang mukmin berupa bisikan.” (HR. Abu Dawud).
Itu diantara cara Tuhan kita yang mulia, menguji iman kita. Untuk membedakan, mana yang benar setia imannya, mana yang sekedar omongan.
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ
وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji? Sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut, 2 – 3).
Maka, bisikan kufur yang terdengar dalam hati kita, tidak menyebabkan kekafiran, selama kita menolaknya. Perasaan gelisah dan upaya kita menanyakan perihal bisikan jahat tersebut, adalah sebagai bentuk penolakan. Sebagaimana yang telah diupayakan oleh sebagian sahabat Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang mengalami pengalaman yang sama, mereka merasakan kesempitan dada kemudian curhat kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Bahkan reaksi hati kita untuk gelisah, tidak tenang, kemudian bertanya solusi, adalah tanda kejujuran iman.
Wallahulmuwaffiq..
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com