Bismillah…
Surat Asy-Syu’ara adalah surat ke 26 secara urutan surat di dalam Al-Quran, dan surat ke 47 secara urutan turunnya surat Al-Quran, diturunkan setelah surat Al-Waqi’ah. Surat ini merupakan surat Makkiyah menurut mayoritas ulama, terdiri dari 227 ayat. Nama “Asy-Syu’ara’ الشعراء diambil dari kata “syu’ara’ yang disebutkan di dalam ayat ke 224 dari surat ini, yang berarti “para penyair”. Secara umum surat ini membahas tentang tauhid, nasehat untuk takut kepada azab akhirat, ajakan untuk membenarkan wahyu yang diturukankan kepada Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- dan nasehat untuk takut untuk berbuat mendustakan kebenaran yang disertai ancaman hukuman di dunia berupa kekalahan bagi orang-orang yang mendustakan kebenaran dan hukuman akhirat yang telah menunggu mereka.
Berikut beberapa tema utama dalam Surat Asy-Syu’ara’:
1) Mengungkapkan ketidakmampuan kaum musyrikin untuk menentang Al-Quran Al-Karim. Surat ini juga menanggapi tuduhan mereka terhadap Al-Qur’an, menjelaskan bahwa Al-Qur’an suci dari menjadi syair atau ucapan-ucapan setan.
2) Surat ini menanggapi penolakan kaum Quraisy terhadap Rasulullah ﷺ, ejekan mereka terhadap peringatan, pengingkaran mereka terhadap ayat-ayat Allah, serta keinginan mereka untuk segera menerima hukuman yang dijanjikan. Mereka juga mencela wahyu, Al-Qur’an, dan menuduhnya sebagai sihir atau syair yang diilhami oleh setan!
3) Menghibur hati Rasulullah ﷺ atas penolakan yang ia alami dari kaumnya terhadap tauhid yang diajarkan oleh Al-Qur’an.
4) Mengecam kaum musyrikin karena sikap mereka terhadap dakwah Rasulullah ﷺ, dan peringatan atas kemarahan Allah ‘azza wa jalla terhadap mereka. Surat ini memberikan contoh dari nasib umat-umat terdahulu yang mendustakan rasul-rasulnya dan menolak ayat-ayat Allah.
5) Menghibur hati kaum mukminin dan memperkuat mereka menghadapi kesulitan yang mereka hadapi dari kaum musyrikin, serta meneguhkan keyakinan mereka meskipun mereka disakiti oleh orang-orang yang zalim, sebagaimana yang pernah terjadi pada para mukmin sebelum mereka.
6) Surat ini memuat dialog antara Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Firaun, pemimpin tiran dan penentangnya, serta menggambarkan tindakan curang dan tipu muslihat penyihir yang membantahnya, serta keimanan dan penyesalan mereka pada akhirnya.
7) Menekankan isi pesan daripada ayat-ayat tentang tauhid dan kebenaran para rasul sudah cukup bagi siapa pun yang mencari kebenaran. Sebagian besar kaum musyrikin tidak akan beriman, dan Allah yang Maha Perkasa mampu menimpakan siksaan kepada mereka, sambil tetap berbelas kasihan kepada para asul-Nya, mendukung mereka melawan musuh-musuh mereka tanpa ragu.
8) Surat ini juga mengisahkan sejumlah kisah tentang kaum terdahulu. Utamanya tentang peringatan dan penolakan mereka, serta hukuman yang menimpa mereka disebabkan pengingkaran mereka terhadap para rasul. Setiap cerita tentang umat terdahulu diakhiri dengan firman Allah ta’ala,
إن في ذلك لآية وما كان أكثرهم مؤمنين * وإن ربك لهو العزيز الرحيم
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebenaran), dan kebanyakan mereka tidak beriman. Dan Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (Asy-Syu’ara’: 8-9).
9) Rasulullah ﷺ diperintahkan untuk memperingatkan kaumnya, dan kewajibannya hanyalah menyampaikan pesan.
10) Surat ini ditutup dengan ancaman bagi orang-orang yang zalim, menegaskan bahwa hukuman bagi mereka sangatlah mengerikan, dan bahwa ketidakadilan mereka meliputi perbuatan zalim terhadap diri mereka sendiri dengan mengingkari Allah dan tanda-tanda-Nya, serta juga perbuatan zalim terhadap orang lain, dengan melanggar hak-hak orang.
Referensi:
Islamweb (2001), Maqosid Suroti Asy-Syu’ara, retaived from https://www.islamweb.net/ar/article/195349/%D9%85%….
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com