Bismillah…
Ada malam-malam yang dinginnya menggigit, tapi tubuh kita berselimut hangat. Ada pula malam yang gelapnya tak terlihat, tapi hati kita tenang karena dekat dengan yang dicintai. Namun suatu hari kelak, akan ada malam di mana kita dibaringkan sendiri. Tidak ada pelukan, tidak ada sapaan. Yang mengiringi hanyalah amal dan iman.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda dalam hadis yang begitu menggugah, tentang apa yang terjadi setelah seseorang dikuburkan. Dua malaikat akan datang menghampiri. Wajah mereka tak biasa: hitam dan biru. Mereka bernama Munkar dan Nakir.
Dengan suara yang menggema dalam kesunyian, mereka bertanya:
مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ
“Apa pendapatmu tentang orang ini?”
Mereka menunjuk pada sosok Nabi Muhammad ﷺ.
Jika semasa hidup, lidah kita telah terbiasa menyebut beliau dengan cinta. Jika dada kita bersaksi dengan yakin bahwa beliau adalah hamba utusan Allah. Jika kita telah tulus dan bersungguh-sungguh meneladani beliau dan mengikuti petunjuk beliau, maka saat itu kita akan mampu menjawab:
“Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.”
Dan para malaikat itu akan berkata:
قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ هَذَا
“Kami tahu bahwa kamu dahulu memang mengucapkan hal itu.”
Lalu… lihatlah bagaimana rahmat Allah begitu lembut. Kuburan yang sempit akan diperluas 70 x 70 hasta. Cahaya akan masuk, bukan dari lampu, tapi dari langit. Dan malaikat berkata:
“Tidurlah.”
Lalu jiwa itu menjawab lembut:
أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي فَأُخْبِرُهُمْ
“Aku ingin pulang, ingin memberitahu keluargaku bahwa aku baik-baik saja.”
Tapi keduanya berkata:
نَمْ كَنَوْمَةِ الْعَرُوسِ الَّذِي لا يُوقِظُهُ إِلا أَحَبُّ أَهْلِهِ إِلَيْهِ .
“Tidurlah seperti tidurnya pengantin baru. Tak ada yang membangunkannya selain orang yang paling ia cintai…”
Sungguh, adakah kalimat yang lebih menenangkan dari itu?
Seakan malaikat itu berkata,
“Engkau telah lelah di dunia. Kini, istirahatlah sebentar. Hingga saatnya Aku membangunkanmu.”
Namun tidak semua orang mendapat perlakuan ini. Bagi yang selama hidupnya memalsukan keimanan, atau hidup hanya mengikuti arus tanpa mengerti arah, mereka hanya mampu berkata:
سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ فَقُلْتُ مِثْلَهُ لا أَدْرِي
“Aku hanya mendengar orang-orang berkata… dan aku pun ikut-ikut saja.”
Dan para malaikat menjawab dengan tegas:
قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ ذَلِكَ
“Kami tahu, kamu memang seperti itu.”
Lalu bumi diperintahkan:
الْتَئِمِي عَلَيْهِ ، فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ ، فَتَخْتَلِفُ فِيهَا أَضْلاعُهُ ، فَلا يَزَالُ فِيهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ
“Himpitlah dia.”
Dan tulang-tulangnya akan berserakan. Ia akan terus merasakan azab itu… sampai hari kebangkitan.
Kita semua akan tiba di malam itu. Entah kapan.
Maka sebelum jasad ini ditidurkan di tanah, tidurkanlah dulu hati kita dalam iman. Sebelum kita diminta menjawab pertanyaan, biasakanlah lisan ini menyebut nama Rasulullah dengan cinta yang sebenarnya. Karena pada akhirnya, bukan banyaknya ilmu yang akan menyelamatkan, tapi keteguhan hati dan cinta yang dibenarkan oleh amal.
Semoga kita termasuk mereka yang disambut dengan cahaya dan dibaringkan seperti pengantin malam.
Aamiin.
Referensi:
Hadis sahabat Abu Hurairah, riwayat Imam At-Tirmidzi, no. 1071. Al-Hafizh Abu Thahir menilai bahwa sanad hadits tersebut berstatus Hasan.
Oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com