Kisah Menggetarkan, Allah Menukar Dosa Seorang Hamba Menjadi Pahala
Oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd
إنِّي لأَعْلَمُ آخِرَ أهْلِ الجَنَّةِ دُخُولًا الجَنَّةَ، وآخِرَ أهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْها
“Aku tahu siapa orang terakhir yang akan masuk surga dan terakhir keluar dari neraka,” demikian sabda Nabi ﷺ, membuka kisah yang bukan sekadar kabar gembira, tapi juga lembaran harapan bagi siapa pun yang merasa hidupnya penuh kekurangan, dosa, dan penyesalan.
Pada hari kiamat nanti, akan datang seorang lelaki. Ia disodorkan catatan amalnya. Tapi yang ditampakkan padanya hanyalah dosa-dosa kecilnya. Adapun dosa-dosa besarnya? Disembunyikan. Tidak dihapus, tapi ditahan sejenak dari penglihatan.
Lalu dikatakan kepadanya,
عَمِلْتَ يَومَ كَذا وكَذا كَذا وكَذا، وعَمِلْتَ يَومَ كَذا وكَذا كَذا وكَذا،
“Pada hari ini dan itu, engkau melakukan ini dan itu.” Ia hanya bisa mengangguk, tak sanggup mengingkari. Karena semua tercatat, rinci, dan tepat. Jiwanya gentar. Ia takut jika dosa-dosa besar juga akan dibuka.
Namun tiba-tiba, Allah berfirman:
فإنَّ لكَ مَكانَ كُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً،
“Sebagai ganti dari setiap dosamu, Aku tukarkan dengan satu kebaikan.”
Allahu Akbar..
Seketika, lelaki itu teringat dosa-dosanya yang lebih besar. Lalu ia pun berkata, berharap, dengan polos dan jujur,
رَبِّ، قدْ عَمِلْتُ أشْياءَ لا أراها هاهُنا.
“Wahai Rabb, ada beberapa dosa lain yang belum aku lihat di sini…”
Ia ingin agar semua dosanya ditukar. Bahkan dosa terbesarnya, yang dulu membuatnya menangis sendirian di malam hari, yang ia sembunyikan dari manusia seumur hidupnya, ia pun ingin dosa itu diganti dengan pahala.
لقَدْ رَأَيْتُ رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ ضَحِكَ حتَّى بَدَتْ نَواجِذُهُ.
“Maka Rasulullah ﷺ pun tertawa hingga tampak gigi geraham beliau.” Ujar Abu Dzar; Sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis ini.
Sungguh, tawa Nabi bukan tawa yang remeh. Tapi tawa penuh makna dan penuh kasih, mengisyaratkan betapa luasnya rahmat Allah. Betapa Dia mencintai hamba-Nya yang penuh cela namun masih menyimpan iman. Betapa Dia ingin menyelamatkan, bukan menghancurkan.
Pelajaran dari Hadis Ini
1. Allah Maha Penyayang Melebihi Murka-Nya
Hadis ini mengajarkan bahwa kasih sayang Allah yang amat luas. Dalam Shahih Muslim (no. 190), dari Abu Dzar al-Ghifari, Nabi ﷺ menunjukkan bagaimana seorang mukmin yang berdosa tetap memiliki harapan besar untuk masuk surga. Allah bisa menunda penampakan dosa besar bukan untuk menipu, tetapi untuk memberi ruang bagi rahmat-Nya menyentuh hati hamba itu. Rahmat yang mengubah dosa menjadi pahala karena taubat yang tulus dari hamba itu. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala,
إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلٗا صَٰلِحٗا فَأُوْلَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِهِمۡ حَسَنَٰتٖۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا
“Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surat Al-Furqan: 70)
Tafsir dari para ulama salaf juga memperkuat makna ini. Said bin Al-Musayyib dan Mak-hul rahimahumallah menyampaikan bahwa firman Allah dalam QS. Al-Furqan: 70 bermakna,
“يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ”
“Pada hari kiamat, Allah benar-benar mengganti catatan dosa mereka menjadi pahala, sebagai bentuk kemurahan dan ampunan-Nya.” (Tafsir Al-Baghawi)
2. Pahala Bisa Lahir dari Dosa yang Disesali
Ini bukan pembenaran untuk berbuat dosa. Tapi penegasan bahwa taubat dan penyesalan bisa mengubah sejarah hidup seseorang. Betapa banyak orang yang bertobat karena pernah jatuh terlalu dalam, dan dari sana, mereka bangkit lebih kuat. Dosa yang ditebus dengan air mata bisa lebih suci daripada amal yang dibungkus kesombongan.
Bahkan sebagian ulama menegaskan:
“إن الله – عز وجل – يمحو بالندم جميع السيئات ، ثم يثبت مكان كل سيئة حسنة”
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menghapus seluruh dosa karena penyesalan yang tulus, lalu mengganti setiap dosa itu dengan satu kebaikan.” (Tafsir Al-Baghawi)
3. Motivasi untuk Tidak Putus Asa
Jangan pernah merasa “sudah terlalu jauh” untuk kembali. Bahkan jika engkau merasa menjadi manusia terakhir yang akan masuk surga, jangan tinggalkan jalan pulang itu. Karena bisa jadi, justru engkau yang disambut paling istimewa oleh Allah di akhirat kelak.
Ikhtitam
Di dunia ini, kita sering menertawakan dosa orang lain, menghukum kesalahannya, dan melupakan masa lalu kita sendiri. Tapi Allah, dengan kemuliaan-Nya, justru membungkus aib kita, menunda hisab kita, dan jika kita mau, Dia akan menukar noda kita menjadi cahaya, asalkan kita mau meminta maaf dan bertaubat kepada-Nya.
Maka teruslah berdoa. Teruslah bertobat. Sambutlah cinta kasihnya Allah yang begitu luas dan menyentuh.
Referensi:
- Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, no. 190.
- Tafsir Al-Baghawi, dalam penjelasan ayat QS. Al-Furqan: 70.
- Al-Mundziri, At-Targhib wat Tarhib, bab tentang harapan ampunan.
- Al-Mausu’ah Al-Haditsiyyah, dorar.net.
Artikel: Remajaislam.com