Bismillah…
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, dan para sahabat beliau.
Masalah “syahid” adalah perkara gaib yang hakikatnya hanya Allah yang tahu. Manusia hanya bisa menilai lahiriah. Karena itu, para ulama menegaskan: tidak boleh memastikan seseorang tertentu pasti syahid, kecuali yang ditegaskan oleh wahyu.
Dalil dari Hadis
Rasulullah ﷺ pernah menyebut seorang mujahid yang berperang sangat berani sebagai penghuni neraka. Sahabat terkejut, lalu mengikutinya. Ternyata, orang itu terluka parah lalu bunuh diri. Benarlah sabda Nabi ﷺ.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis ini kita belajar, amal seseorang di mata manusia tidak selalu sama dengan hakikat di sisi Allah.
Penjelasan Ulama
Imam al-Bukhari memberi judul bab: “Jangan mengatakan: si fulan pasti syahid.”
Ibnu Hajar al-‘Asqalani menjelaskan: maksudnya, jangan memastikan status syahid secara individu kecuali dengan wahyu.
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu juga pernah mengingatkan:
« إِيَّاكُمْ أَنْ تَقُولُوا فُلَانٌ شَهِيدٌ، فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ مَا فِي بَاطِنِهِمْ، وَلَكِنْ قُولُوا: مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ »
“Janganlah kalian mengatakan si fulan syahid, karena kalian tidak tahu apa yang ada dalam hatinya. Tetapi katakanlah: barangsiapa terbunuh di jalan Allah, maka ia syahid.”
Tentang Jasad Syuhada
Anggapan bahwa jasad syuhada selalu utuh dan harum bukanlah syarat kesyahidan. Itu adalah karamah (kemuliaan khusus) yang Allah berikan kepada sebagian syuhada, bukan ketentuan umum.
Sehingga, jika jasad seorang mujahid membusuk, hal itu tidak membatalkan status syahidnya.
Kesimpulan
-
Tidak boleh memastikan individu tertentu sebagai syahid kecuali yang disebutkan wahyu.
-
Namun, boleh menyebut secara umum: “InsyaAllah ia syahid” atau “Semoga Allah menjadikannya syahid.”
-
Korban Muslim di Palestina yang gugur membela agama dan umat Islam termasuk dalam golongan yang diharapkan syahid, dengan izin Allah.
-
Kondisi jasad setelah kematian bukanlah patokan kesyahidan.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Penulis: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd
Artikel: Remajaislam.com