Hidup adalah Ujian: Syukur Saat Nikmat, Sabar Saat Sempit
Bismillah…
Ada masa ketika hati kita lapang, serasa mudah tersenyum. Ada pula hari ketika dada sempit, napas pendek, dan air mata menunggu alasan kecil untuk jatuh. Di situlah kita diingatkan: dunia ini bukan tempat menetap, melainkan dār al-ibtibālā’, negeri ujian. Allah berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Setiap jiwa pasti merasakan mati. Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (QS Al-Anbiyā’: 35)
Saudaraku yang dirahmati Allah, memahami kalimat ini membuat kita lebih pelan melangkah, lebih tertib menyusun hati. Sebab lulus tidaknya kita bukan diukur dari derasnya nikmat atau pahitnya sempit, tetapi dari bagaimana kita bersikap saat keduanya datang bergiliran.
Dua Mode Hamba: Syukur & Sabar
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ… إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
“Menakjubkan perkara seorang mukmin; semua urusannya baik. Jika mendapat kebahagiaan ia bersyukur, itu baik baginya; jika ditimpa kesusahan ia bersabar, itu juga baik baginya.” (HR. Muslim)
Syukur bukan hanya ucapan “alhamdulillāh”, tetapi menisbatkan nikmat kepada Allah dan menunaikannya sebagai amanah. Nikmat waktu, kesehatan, anak-anak yang hangat memeluk; semuanya kita arahkan pada ketaatan.
Sabar bukan diam tak berdaya. Sabar itu menahan lisan dari protes pada takdir, menahan anggota badan tetap di atas ketaatan, dan tekun berikhtiar. Sabar bukan melemahkan langkah; justru menegakkan punggung di tengah badai.
Syukur menjaga agar nikmat tidak melalaikan; sabar menjaga agar sempit tidak mematahkan. Inilah dua mode yang menuntun kita melewati ujian hidup dengan hati yang lebih dewasa.
Skenario Nyata: Dapat Promosi vs Kehilangan
1) Saat promosi datang
Seorang ayah pulang dengan mata berbinar. “Abi naik jabatan,” katanya lirih, memeluk anak yang menyambut di depan pintu. Malam itu keluarga berkumpul. Kita ajarkan: nikmat ini dari Allah.
- Lisan: lafaz syukur, doa barakah.
- Hati: jauhkan ‘ujub; ini amanah, bukan semata prestasi.
- Amal: kuatkan shalat berjemaah, jaga integritas kerja, sisihkan sedekah—bukan untuk menghapus dosa kemarin, tapi untuk melatih jiwa agar tidak terpikat dunia.
- Gaya hidup: tetap sederhana. Rezeki naik bukan alasan untuk memamerkan atau flexing; ia kesempatan memperluas manfaat.
2) Saat kehilangan menimpa
Ada hari ketika kabar PHK datang, atau kerugian tak terduga menyesakkan. Kita ajarkan anak mengucap: Alhamdulillah ‘ala kulli haal (Arti: Segala puji bagi Allah di setiap keadaan).
- Hati: terima keputusan Allah, yakin ada hikmah yang sedang disiapkan.
- Amal: susun rencana—perbaiki CV, belajar keterampilan baru, cari peluang halal. Sambil memperbanyak istighfar, menjaga adab kepada pasangan dan anak.
- Pantangan: jangan melarikan diri ke yang haram; jangan juga menutup diri dari nasihat yang baik.
Sempit yang ditanggung dengan sabar sering kali menjadi pintu naiknya derajat; kelak kita memandang ke belakang dengan penuh syukur: “Jika bukan karena hari sulit itu, aku tak akan sedekat ini dengan Allah.”
Latihan 7 hari: Jurnal Syukur–Sabar
Latihan kecil, tetapi efeknya menata hati:
Hari 1 – Menghitung nikmat
Tulis 10 nikmat spesifik hari ini. Ajarkan anak untuk menyebutkan tiga nikmatnya sebelum tidur. Tutup dengan sujud syukur.
Hari 2 – Nikmat sebagai amanah
Pilih tiga nikmat dan tulis cara memakainya untuk taat (gaji → sedekah rutin; kesehatan → shalat tepat waktu; waktu luang → tilawah).
Hari 3 – Menjaga lisan
Ganti keluhan yang refleks dengan hasbunallāh wa ni‘mal wakīl. Catat berhasil berapa kali.
Hari 4 – Ikhtiar di tengah sempit
Pilih satu masalah, tulis tiga langkah konkret dan lakukan satu hari ini juga.
Hari 5 – Syukur sosial
Berbagi manfaat: ilmu singkat di grup, mengantar tetangga yang sakit, menyisihkan waktu mendengarkan keluh sahabat.
Hari 6 – Muhāsabah dosa
Tulis tiga kekeliruan pekan ini. Ambil satu untuk taubat tindakan: tutup pintu sebabnya (hapus aplikasi pemicu lalai, ubah rute pulang agar tidak mampir ke tempat maksiat).
Hari 7 – Pola mingguan
Satukan semua jadi ritme: sedekah, tilawah, olahraga ringan, waktu keluarga tanpa gawai, dan satu target ilmu.
Hambatan Umum & Cara Mengatasinya
- Lupa nikmat karena terpikat perbandingan
Kita sering membandingkan hidup sendiri dengan rekaman terbaik hidup orang lain di media sosial. Batasi gawai. Mulai hari dengan tiga nikmat yang disebutkan keras-keras bersama keluarga. - Salah paham tentang sabar
Sabar bukan alasan menunda kewajiban. Ia bersanding dengan kerja sungguh-sungguh. Buat rencana tiga langkah kecil; eksekusi satu hari ini. - Gengsi menambah beban
Gengsi melahirkan hutang yang tidak perlu. Jaga kesederhanaan. Nikmat itu menenangkan ketika tidak dibebani rupa-rupa pencitraan. - ‘Ujub saat nikmat datang
Ingatkan diri: tanpa izin Allah, kita tak kuasa. Perbanyak sedekah diam-diam: tidak menanti ucapan terima kasih, hanya berharap Allah ridha. - Putus asa saat sempit
Dekatkan diri ke majelis ilmu. Minta pasangan/sahabat saleh menegur jika kita mulai larut. Ketuk pintu Allah di sepertiga malam: di sanalah harapan tumbuh.
Kalimat kecil untuk menuntun hati:
- Saat lapang: “Ini karunia Rabbku, untuk menguji apakah aku bersyukur.”
- Saat sempit: “Apa yang Allah pilihkan lebih baik daripada yang aku bayangkan.”
Doa Ringkas Pengusir Kesedihan dan Kesempitan Hidup
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari gundah dan sedih, dari lemah dan malas, dari pengecut dan bakhil, serta dari lilitan utang dan tekanan manusia.”
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا
“Ya Rabb kami, limpahkan kepada kami kesabaran dan teguhkan langkah kami.” (QS Al-Baqarah: 250)
Semoga Allah menumbuhkan pada diri kita sabar dan syukur yang meneduhkan, menjadikan rumah kita tempat belajar iman paling hangat, dan menguatkan langkah saat ujian hidup datang silih berganti. Āmīn.
Wallahu a‘lam.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com