Bismillah…
Berkah dalam bahasa arab disebut barokah بركة, yang memiliki arti الزيادة والنماء bertambah dan bertumbuh.
Keberkahan rizki maknanya adalah…
الرخاء والسعة في الأرزاق المعنوية والمادية المشروعة، وهي كل شيء يدخل البهجة والفرحة على النفس وينشرح له الصدر ويُسعَدُ به الفؤاد
“Kemakmuran dan kelapangan rezeki, baik yang bersifat maknawi (non-materi) maupun materi yang halal menurut syariat. Termasuk segala sesuatu yang membawa kebahagiaan dan kegembiraan bagi jiwa, melapangkan hati, dan menyenangkan hati.” (At-Turkawi, 1437H. alukah.net)
Orang-orang biasanya menganggap berkah dalam rezeki itu cuma soal bertambahnya uang, keuntungan, dan penghasilan. Namun angapan ini kurang lengkap karena membatasi rizki hanya hal-hal yang bersifat materi dan melupakan sisi non materi, seperti spiritual, perasaan, dan emosional. Mereka juga nggak memandang rezeki yang nggak kelihatan, seperti dijauhkan dari bahaya, masalah, gangguan, dan stres.
Padahal itu juga rizki lho, nikmat materi atau yang tampak dan non materi atau yang tak tampak, adalah rizki dari Allah ‘azza wa jalla, tuhan Sang Pemberi rizki, yang wajib disyukuri. Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kuat.” (QS. Az-Dzariyat: 58)
Membatasi rizki Allah hanya pada nikmat-nikmat yang bersifat materi, itu sama saja tidak mensyukuri nikmat Allah. Padahal nikmat Allah yang bentuknya non materi, seperti nikmat iman, islam, hidayah, rasa aman, ketenangan, kebahagiaan dst, itu lebih penting dari sekedar materi. Jika mensyukuri nikmat yang lebih penting saja tidak bisa, apalagi nikmat yang lebih rendah dari itu. Tidak memandang nikmat-nikmat seperti ini sebagai rizki sama saja kufur nikmat, yang mengundang berkurangnya keberkahan rizki. Karena Allah ta’ala berfirman,
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7)
Jadi rizki yang berkah itu sebenarnya rizki yang seperti apa ya?
Mari kita temukan maknanya di hadis ini:
Dari Urwah bin Zubair dan Sa’id bin Al-Musayyib -radhiyallahu’anhu-, bahwa Hakim bin Hizam -radhiyallahu’anhu- bercerita,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي
ثُمَّ قَالَ لِي يَا حَكِيمُ: إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى
“Aku meminta sesuatu kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam lalu Beliau memberikannya, kemudian aku meminta lagi dan Beliaupun kembali memberikannya lalu Beliau berkata kepadaku: “Ya Hakim, harta itu hijau (menarik dipandang) lagi manis (dirasakan), maka siapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan (ambisius, tamak) maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.”
Lalu Hakim menjawab,
يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا أَرْزَأُ أَحَدًا بَعْدَكَ شَيْئًا حَتَّى أُفَارِقَ الدُّنْيَا
“Ya Rasulullah, demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar, aku tidak akan mengurangi hak seorangpun (dengan meminta) setelah engkau hingga aku meninggalkan dunia ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Coba kita renungkan sebuah kalimat indah di dalam hadis ini, “seperti seorang yang makan namun tidak kenyang”. Artinya sumber harta ada, penghasilan ada, uang ada, tapi tidak pernah kenyang, tidak pernah puas, tidak pernah merasa cukup. Itulah makna dari rizki yang tidak berkah. Adapun rizki yang berkah adalah, yang sebaliknya, yang membuat hati merasa cukup, merasa puas dan selalu bersyukur. Dengan syukur itu, hadirnya harta semakin mendekatkan kepada Allah, bukan semakin menjauh kan. Itulah rizki yang berkah.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com