Bismillah…
Bayangkan sebuah warisan. Warisan itu berupa cahaya, bukan harta. Dan cahaya itu berpindah tangan dari satu generasi ke generasi berikutnya; bukan lewat cerita yang kabur, bukan lewat catatan yang bisa diubah siapa saja, tapi lewat mata rantai manusia yang hidup, dikenal, diteliti, diuji kebenarannya satu per satu.
Itulah isnād, rantai perawi hadis.
Dan itulah salah satu kemuliaan terbesar yang Allah karuniakan hanya kepada umat ini.
Umat yang Dijaga dengan Ilmu dan Integritas
Tidak ada umat lain di muka bumi iinil; Yahudi, Nasrani, Hindu, Buddha, bahkan kaum filsuf Yunani dan cendekia Cina; yang memiliki sistem transmisi ilmu dan ajaran seketat dan seteliti Islam dalam bidang hadis. Tidak ada satu pun.
Kenapa bisa begitu?
Karena Islam tidak hanya menjaga isi ajarannya, tapi juga
jalur siapa yang menyampaikannya.
Syaikh Muhammad bin Haatim bin al-Muzhaffar rahimahullah berkata dengan bangga dan rasa syukur:
إن الله أكرم هذه الأمة وشرفها وفضلها بالإسناد ، وليس لأحد من الأمم كلها ، قديمهم وحديثهم إسناد ، وإنما هي صحف في أيديهم ، وقد خلطوا بكتبهم أخبارهم ، وليس عندهم تمييز بين ما نزل من التوراة والإنجيل مما جاءهم به أنبياؤهم ، وتمييز بين ما ألحقوه بكتبهم من الأخبار التي أخذوا عن غير الثقات
“Sesungguhnya Allah memuliakan umat ini dengan sanad. Tidak satu pun umat, baik yang lama maupun yang baru, memiliki sanad. Yang mereka miliki hanya lembaran-lembaran di tangan mereka. Mereka telah mencampurkan wahyu yang diturunkan kepada nabi mereka dengan cerita-cerita yang mereka ambil dari orang-orang yang tidak terpercaya…”
(Syarf Ash-hab al-Hadits, hal. 40)
Betapa tidak. Kitab suci mereka telah bercampur dengan kalam manusia. Injil dan Taurat yang hari ini kita kenal tak lagi murni. Para pemeluknya sendiri tidak tahu apakah ucapan dalam kitab mereka benar-benar berasal dari Tuhan atau hanya hasil tangan manusia yang bermain-main.
Sedangkan kita, umat Islam…
Kita tahu, siapa yang menyampaikan hadis. Siapa gurunya. Siapa muridnya. Di mana ia tinggal. Kapan ia lahir. Seberapa kuat hafalannya. Bagaimana akhlaknya. Bahkan, siapa saja yang pernah mengkritiknya. Semua tercatat.
Ilmu Hadis, Disusun dengan Kesungguhan, Didorong oleh Iman
Para ulama hadis tidak asal mencatat. Mereka meneliti tiap nama dalam rantai periwayatan. Mereka membandingkan antara yang lebih hafidz dan yang kurang. Mereka menyaring ratusan jalur riwayat hanya untuk satu hadis saja. Mereka menghitung huruf. Mereka mengulang-ulang sanad. Mereka rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk satu kalimat dari Rasulullah ﷺ.
وهذه الأمة إنما تنص الحديث من الثقة المعروف في زمانه ، المشهور بالصدق والأمانة عن مثله حتى تتناهى أخبارهم ، ثم يبحثون أشد البحث حتى يعرفوا الأحفظ فالأحفظ ، والأضبط فالأضبط ، والأطول مجالسة لمن فوقه ممن كان أقل مجالسة ، ثم يكتبون الحديث من عشرين وجها وأكثر حتى يهذبوه من الغلط والزلل ، ويضبطوا حروفه ويعدوه عدا ؛ فهذا من أعظم نعم الله تعالى على هذه الأمة . نستوزع الله شكر هذه النعمة ، ونسأله التثبيت والتوفيق لما يقرب منه ويزلف لديه ، ويمسكنا بطاعته ، إنه ولي حميد
“Umat ini (umat Islam) tidak meriwayatkan hadits kecuali dari seorang perawi yang tsiqah (tepercaya), dikenal pada masanya, terkenal dengan kejujuran dan amanah, yang meriwayatkan dari orang semisalnya, hingga silsilah sanadnya sempurna. Lalu mereka meneliti secara ketat; sangat ketat, hingga mereka mengetahui siapa yang paling hafal, siapa yang paling teliti, siapa yang paling lama duduk bersama gurunya dibandingkan dengan yang lebih sedikit duduk bersamanya. Mereka menulis hadis dari dua puluh jalur atau lebih, kemudian mereka menyaringnya dari kesalahan, mencocokkan hurufnya, dan menghitungnya satu per satu. Itulah di antara nikmat terbesar Allah kepada umat ini…”
(Ibid.)
Tidakkah ini menakjubkan?
Di saat dunia menertawakan keimanan, para ulama hadis menunjukkan bahwa iman bisa berjalan berdampingan dengan metodologi ilmiah yang ketat, berabad-abad sebelum kata “ilmiah” menjadi jargon.
Pahala bagi Para Penjaga Agama Ini
Mereka; para ulama hadis adalah penjaga warisan Nabi ﷺ.
Dan Allah memuliakan mereka dengan kemuliaan yang tak bisa dibeli dunia: menjadi jembatan antara umat ini dan Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله…”
“Ilmu ini akan dibawa oleh orang-orang yang adil di setiap generasi…”
(HR. Al-Khatib Al-Baghdadi dalam Syaraf Ash-hab al-Hadits, no. 39 – Hasan)
Mereka bukan sekadar menghafal. Mereka menjaga. Mereka meneliti. Mereka menyelamatkan.
Penutup: Syukurilah dan Wariskanlah
Wahai jiwa yang haus akan kejelasan…
Hari ini, kita bisa membaca hadis shahih di layar ponsel, mengutip perkataan Nabi ﷺ dengan mudah, dan menelusuri sanad hanya dengan sekali klik.
Tapi jangan sampai semua itu membuat kita lupa:
Di balik kemudahan itu ada darah, air mata, dan rihlah panjang para ulama hadis.
Maka bersyukurlah.
Ajarkan pada anak-anak kita bahwa Islam bukan dongeng. Bahwa ajaran ini diwariskan dengan tanggung jawab, bukan katanya.
Dan bahwa kita hidup dalam agama yang paling murni; karena Allah menjaga dengan kasih-Nya, dan karena para ulama hadis menjaga dengan cinta mereka pada Rasul-Nya ﷺ.
Penulis: Ahmad Anshori, Lc. M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com