Ada empat level cara mengerjakan sholat malam atau qiyamul lail. Urutan dimulai dari yang paling rendah ke yang paling afdol :
Pertama, sholat langsung ba’da isya.
Cara ini kami sarankan kepada siapa saja yang ingin memulai membiasakan diri dengan qiyamul lail atau sholat malam. Mulailah dari yang paling mudah, habis isya langsung sholat witir, 1 rakaat boleh, 3, 5, 7 atau seterusnya juga boleh. Namun kami sarankan memulai dengan jumlah raka’at yang ringan terlebih dahulu. Baru setelah diri sydah terbiasa, silahkan menambah raka’at. Karena ibadah itu perlu latihan dan pembiasaan. Seorang ulama bernama Abdullah bin Mubarok -rahimahullah- pernah berkata,
جاهدت نفسي في قيام الليل عشرين سنة، فارتاحت عشرين سنة
“Aku paksa diriku untuk melakukan qiyamul lail selama 20 tahun. Barulah setelah 20 tahun berjuang, jiwa ini meresa ringan melakukan qiyamul lail.”
Padahal semua tahu siapa Abdullah bin Mubarok. Beliau ini ulama besar, sekaligus dikenal orang yang zuhud. Kata para ulama, jika zuhud dengan ilmu terkumpul dalam diri satu orang, maka orang ini sangat langka keberadaannya di dunia ini. Saking jarangnya orang seperti ini, sebagian ulama sampai mempermisalkannya dengan batu belerang berwarna merah; karena sama – sama sangat langka. Kalau menemukan orang seperti ini, maka genggam ia erat – erat dengan kedua tangan Anda. Karena jarang sekali manusia di dunia in yang mengumpulkan dua sifat ini. Kebanyak orang, saat telah sibuk oleh ibadah, porsi dia untuk ilmu sedikit. Atau sibuk dengan ilmu sehingga ibadahnya tidak banyak. Diantara manusia langka yang terkumpul padanya dua sifat ini adalah Abdullah bin Mubarok -rahimahullah-.
Bisa Anda bayangkan, betapa hebatnya orang ini.
Tapi coba lihat, untuk bisa terbiasa dan nyaman dengan solat malam, beliau berjuang menempa dirinya selama 20 tahun supaya terbiasa melakukan qiyamul lail. Artinya, bliau mulai membiasakan qiyamul lail secara bertahap, dimulai dari yang paling ringan dulu, baru kemudian dilanjutkan kepada level berikutnya dan berikutnya.
Jadi mulailah dari yang paling ringan. Mulailah sholat malam dengan sholat witir setelah isya.
Level kedua, sholat malam di waktu sebelum tidur.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:
أوصاني خليلي بثلاث لا أدعهن حتى أموت صوم ثلاثة أيام من كل شهر وصلاة الضحى ونوم عل وتر
“Kekasihku memberikan wasiat kepadaku dengan tiga hal tidak akan saya tinggalkan sampai saya meninggal dunia, puasa tiga hari pada setiap bulan, shalat duha dan tidur dalam kondisi sudah shalat witir.” (HR. Bukhori, no. 1124 dan Muslim, no. 721)
Para sahabat Nabi punya kebiasaan ibadah yang dilakukan sebelum tidur. Seperti contoh Abu Hurairah -radhiyallahu’ahu-, selalu memulai tidurnya dengan sholat witir. Contoh lain, Aisyah radhiyallahu’anha mempunyai wiridan quran (target bacaan) harian. Bila wiridan qurannya belum selesai beliau baca, maka beliau sampai menunda jam tidurnya.
Level ketiga, sholat malam di akhir malam sebelum sholat subuh.
Bangun saat menjelang subuh, lalu sholat malam sampai tiba azan subuh.
Level keempat, ini yang paling susah dan paling afdol. Model sholat malam yang sering dikerjakan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan Nabi Dawud ‘alaihissalam. Yaitu tidur terlebih dahulu, kemudian bangun untuk sholat malam. Dan dipastikan bangun tidurnya tujuan sepenuhnya untuk sholat malam, bukan untuk sholat subuh atau yang lainnya. Bangun lalu sholat malam sekuatnya. Setelah itu rebahan, sampai tiba subuh.
Sampai – sampai para ulama (mazhab Hambali) menyarankan rebahan setelah melakukan witir. Baik disertai tidur ataupun tidak. Yang penting rebahan. Kalau ternyata tertidur ya itu baik alhamdulillah. Tujuannya supaya tujuan dari bangun tidur tadi benar – benar sempurna untuk sholat malam, bukan untuk yang lain. Kalau dia sambung dengan subuh, tanpa ada jeda rebahan sejenak, tujuannya bangun malam untuk sholat malam menjadi tidak sepenuhnya. Karena disambung dengan sholat subuh sekalian.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
“Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.” (HR. Bukhari)
Sekian.
Semoga Allah menambah hidayah dan taufik kepada kita untuk mudah melakukan qiyamul lail.
___
Referensi :
- Ceramah Syaikh Prof. Dr. Abdussalam bin Muhammad As-syuwai’ir -hafidzohullah-. Judul : أربع درجات في قيام الليل
Kampung Santri, Jogja, 26 Rabiul Awal 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel RemajaIslam.Com