Kami teringat pesan seorang ulama,
إنما العمل في الشباب
“Beramal itu, saat di masa Muda.”
Pesan ini menyadarkan kita, wahai anak muda, bahwa kesempatan beramal terbaik, adalah saat masih di usia muda. Saat pikiran dan fisik masih kuat – kuatnya. Tentu tak semua perbuatan bisa kita raih di usia muda yang singkat ini. Maka skala prioritas perlu kita terapkan. Prioritaskanlah perbuatan yang paling banyak manfaatnya untuk diri Andan dan orang lain. Amal apakah gerangan?
Jawabannya adalah suatu amalan yang menjadi pekerjaanya seluruh Nabi dan Rasul.
Sebuah amalan yang lebih afdol dari jihad…
Sebuah amalan yang menaikkan derajat seorang di sisi Tuhannya…
Sebuah amalan yang pelakunya adalah pewaris para Nabi….
Amalan yang menjadi pintu pahala jariyah yang mengalirkan pahala untuk kita walau telah meninggal dunia…
Amalan yang menjadi jalan paling dekat menuju surga….
Dan masih ada segudang manfaat lainnya….
Aamalan apakah itu?
Amalan itu adalah menuntut ilmu.
Amalan ini sangat layak Anda prioritaskan di usia terbaik Anda, yaitu usia muda. Karena Anda sebenarnya sedang berada di nikmat prioritas, maka selayaknya mempersembahkan kepada Allah amalan yang prioritas pula. Itulah menuntut ilmu.
Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata,
ما عبد الله بشيء أفضل من العلم
“Tak ada ibadah yang lebih afdol untuk menyembah Allah, melebihi afdolnya Ilmu.” (Sumber: Hilyatul Auliya’)
Karena juga ilmu yang dipelajari saat muda, akan kuat mempengaruhi seorang dan tertanam kuat dalam sanubari.
Anak muda adalah harapan umat di masa mendatang. Mereka adalah manusia yang paling potensi meneruskan estafet ulama, membimbing umat ini dengan ilmu. Oleh karenanya sampai para sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam sangat antusias gembiranya saat menjumpai ada anak muda yang mau belajar agama.
Suatu hari Abū Sa’īd Al-Khudrī radhiyallāhu ‘anhu, melihat sejumlah pemuda yang hadir di kajiannya. Dengan gembira, beliau menyambut mereka dengan mengatakan,
مرحبا بوصية رسول الله صلى الله عليه وسلم، أوصانا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نوسع لكم المجلس وأن نفهمكم الحديث فإنكم خلوفنا وأهل الحديث بعدنا
“Selamat datang anak-anakku yang menjadi “wasiat” Rasūlullāh shallāllāhu ‘alaihi wasallam. Sungguh Rasūlullāh shallāllāhu ‘alaihi wasallam telah berpesan kepada kami untuk melapangkan majelis untuk kalian dan memahamkan kalian hadis. Karena sesungguhnya kalian ini adalah penerus kami dan ahli hadis setelah kami.”
Masih tentang nasihat Abu Sa’id, dinukil dari riwayat yang lain,
شككت في شيء فسلني حتى تستيقن فإنك إن تنصرف على اليقين أحب إلي من أن تنصرف على الشك
“(Putera saudaraku), jika kamu ragu tentang suatu hal, tanyakanlah kepadaku sampai kamu yakin. Kamu meninggalkan tempat ini membawa keyakinan, lebih aku sukai daripada kamu pergi, namun membawa keraguan.”
‘Abdullāh bin Mas’ūd radhiyallāhu ‘anhu, apabila beliau melihat pemuda yang sedang asyik belajar dan menuntut ilmu, beliau radhiyallāhu ‘anhu mengatakan,
مرحبا بينابيع الحكمة ومصابيح الظلم، خلقان الثياب، جدد القلوب، حلس البيوت، ريحان كل قبيلة
“Selamat datang wahai mata air hikmah dan pelita kegelapan. Yang berpakaian sederhana (apa adanya), namun bersih hatinya, menerangi rumah-rumah, dan kebanggaan setiap kabilahnya.”
Sekian. Semoga Allah menambah hidayah dan taufik untuk kita.
Kota Jogja, 25 Rabiul Awal 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel RemajaIslam.Com