Bismillah…
Ada masa dalam hidup kita, saat meninggalkan terasa jauh lebih sulit daripada bertahan.
Kita tahu, yang kita tinggalkan bukan kebaikan. Kita sadar, jalan itu bukan jalan yang Allah ridhai. Tapi hati sudah terlanjur melekat.
Begitulah manusia. Kadang, untuk menunaikan sebuah ketaatan, ia harus merelakan apa yang dicintainya.
Dan pada titik itu, kita diuji. Bukan sekadar diuji untuk kuat, tetapi diuji apakah kita benar-benar percaya kepada Allah dan janji-Nya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesungguhnya, tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah ‘Azza wa Jalla, melainkan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik bagimu.”
(HR. Ahmad; dinilai hasan oleh al-Albani)
Pertanyaannya bukan pada “kapan diganti?”
Tapi: apakah kita cukup percaya pada Allah; meski belum melihat balasannya?
Bukan Sekadar Ganti, Tapi Ganti yang Menumbuhkan Jiwa
Ibnul Qayyim rahimahullah menulis dengan begitu lembut, bahwa ganti itu bukan selalu berwujud materi. Bukan selalu pasangan baru. Bukan rezeki melimpah. Tapi bisa jadi dalam bentuk ketenangan yang selama ini tidak kita punya, atau rasa cukup yang membebaskan dari kecemasan.
Beliau berkata:
وقولهم من ترك لله شيئا عوضه الله خيرا منه: حق، والعوض أنواع مختلفة؛ وأجلّ ما يعوض به: الأنس بالله ومحبته، وطمأنينة القلب به، وقوته ونشاطه وفرحه ورضاه عن ربه تعالى.
“Perkataan bahwa siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, akan Allah ganti dengan yang lebih baik; adalah benar. Dan bentuk gantinya bermacam-macam. Namun baladan terbaik adalah; kedekatan dengan Allah, cinta kepada-Nya, ketenangan jiwa karena-Nya, kekuatan batin, semangat dalam kebaikan, kebahagiaan, dan ridha terhadap takdir-Nya.” (al-Fawaid, hal. 107)
Dan di sinilah kita memahami: kadang Allah tidak mengganti apa yang hilang, tetapi mengubah hati kita agar tak lagi merasa kehilangan.
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan:
ولو اتقى اللهَ السارقُ، وترك سرقة المال المعصوم لله، لآتاه الله مثله، أو خيرا منه، حلالا.
“Seandainya seorang pencuri takut kepada Allah, lalu meninggalkan mencuri demi mengharap rida-Nya, maka Allah pasti akan menggantikan dengan harta yang halal, bahkan lebih baik dari yang ia tinggalkan.”
Ini bukan sekedar retorika. Ini janji Allah.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Siapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberi jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.”
(QS. At-Thalaq: 2–3)
Karena itu, setiap kali kamu menahan diri untuk tidak tergoda jalan haram, yakinlah: kamu sedang mempercayai janji Tuhanmu.
Karena Tak Semua Kehilangan Harus Diganti, Tapi Semua yang Ditinggalkan Karena Allah Takkan Sia-sia
Kita sering mendambakan bahwa setelah kehilangan, Allah akan menggantinya dengan yang serupa.
Meninggalkan seseorang yang kita cintai karena belum halal, kita berharap Allah segera kirimkan yang lebih baik.
Meninggalkan pekerjaan yang tak sesuai syariat, kita ingin pengganti yang lebih mapan.
Tapi Allah, dengan kasih sayang-Nya, seringkali mengganti bukan dengan yang kita inginkan, tapi dengan yang kita butuhkan.
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.”
(QS. At-Thalaq: 2–3)
Rezeki itu luas maknanya. Ia bisa berupa uang, bisa juga berupa teman baru yang menuntun pada kebaikan. Bisa berupa pasangan yang sabar. Tapi bisa juga berupa hati yang ridha, iman yang tumbuh, dan hidup yang tidak lagi bergantung pada dunia.
Akhirnya…
Jika hari ini engkau sedang berusaha meninggalkan sesuatu karena Allah, ketahuilah: engkau sedang naik kelas dalam keimanan.
Allah sedang mendidik hatimu agar tidak hanya sekadar berharap dunia. Tapi menggantungkan harapan hanya kepada-Nya.
Bukan tentang apa yang kamu tinggalkan.
Tapi siapa yang kamu tuju saat kamu meninggalkan itu.
Dan jika yang kamu tuju adalah Allah, maka tak ada yang lebih baik dari itu.
Karena tak ada yang benar-benar hilang saat kita memilih Allah.
Penulis: Ahmad Anshori, Lc. M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com