Bismillah…
Ada kalimat agung yang menggugah hati, datang dari seorang ulama besar bernama Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah. Beliau berkata
“ ولو اتقى الله السارقُ، وترك سرقة المال المعصوم لله؛ لآتاه الله مثله حلالًا..
(ومن يتقِ الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب)..
وكذلك الزاني لو ترك ركوب ذلك الفرج حرامًا لله، لأثابه الله بركوبه، أو ركوب ما هو خير منه حلالًا “
“Seandainya seorang pencuri takut kepada Allah, lalu ia meninggalkan mencuri karena mengharap rida-Nya, niscaya Allah akan memberinya harta yang serupa, atau bahkan lebih baik darinya, dan dengan cara yang halal. Sebagaimana firman-Nya: ‘Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.
Begitu pula dengan pezina. Jika ia meninggalkan hubungan haram itu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang serupa, atau bahkan yang lebih baik lagi, dengan cara yang halal.” (Roudhotul Muhibbin, hal. 600-601)
Sebuah kalimat yang mengandung nasihat yang sangat indah. Ia adalah pengingat yang mengakar pada satu keyakinan pokok dalam Islam: siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Kita hidup dalam dunia yang serba cepat, di mana segala sesuatu tampak bisa dicapai dengan jalan pintas. Terkadang jalan haram terlihat lebih mudah, lebih menjanjikan, dan sejujurnya lebih menggiurkan. Tapi justru di situlah ujian berada. Bukan pada harta itu sendiri, tapi pada cara mendapatkannya.
Akses pada maksiat juga begitu mudah didapat. Namun apalah arti dari kepuasan, yang akhirnya kesengsaraan dan kemuliaan Tuhan.
Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Ath-Thalaq ayat 2–3:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya. Dan Dia akan memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (QS. Ath-Thalaq: 2–3)
Perhatikan baik-baik: “dari arah yang tidak ia sangka-sangka.”
Artinya, Allah punya cara sendiri dalam memberi rezeki kepada hamba yang menjaga diri karena takut kepada-Nya. Bukan sekadar rezeki pengganti, tapi rezeki yang datang dari arah yang tak masuk dalam perhitungan manusia.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesungguhnya engkau tidak meninggalkan sesuatu karena Allah, melainkan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik darimu.” (HR. Ahmad)
Betapa dalam makna hadis ini. Bukan hanya soal meninggalkan maksiat besar seperti mencuri, tapi juga saat kita menolak mengambil uang yang tidak jelas, menahan diri dari pekerjaan yang haram, menjaga pandangan dari hal yang diharamkan, atau tidak memakan yang syubhat karena takut terjerumus. Semuanya tercakup dalam sabda Rasulullah ﷺ itu.
Meninggalkan yang haram bukan berarti kehilangan. Tapi itulah cara kita mengikat keberkahan. Sebab yang halal, meski sedikit, selalu lebih membawa ketenangan daripada yang haram walau terlihat berlimpah.
Ketika seorang laki-laki bertekad meninggalkan pekerjaan dengan penghasilan besar namun haram, lalu ia pulang ke rumah dengan tangan hampa tetapi hati lapang, maka di situlah awal datangnya ganti dari Allah. Mungkin bukan berupa gaji langsung, tapi dalam bentuk ketenangan hati, istri yang mendukung, anak-anak yang mudah diatur, atau kesehatan yang tak ternilai.
Maka ketika kita berada di persimpangan antara jalan haram yang menjanjikan keuntungan cepat dan jalan halal yang penuh sabar pilihlah Allah. Pilihlah untuk takut kepada-Nya. Karena siapa yang bertakwa, Allah akan jaga. Siapa yang menjaga diri, Allah akan cukupkan. Saat Allah telah mencukupkan seorang, maka balasannya lebih berharga daripada kesabaran, kegigihan, perjuangan yang telah ia upayakan untuk meninggalkan maksiat.
Inilah keyakinan yang dibawa oleh orang-orang bertakwa sejak dahulu, hingga hari ini!
Dan kelak, saat kita menoleh ke belakang, kita akan tahu: ternyata tidak pernah rugi memilih Allah. Tidak pernah rugi menjadi jujur. Tidak pernah rugi menahan diri demi menjaga kehormatan.
Yang rugi justru adalah mereka yang memilih jalan pintas. Sebab cepat atau lambat, yang haram akan menuntut balas dalam bentuk kegelisahan, hilangnya keberkahan, dan jauhnya pertolongan Allah.
Akhir Kata
Ingatlah, dunia ini sementara. Tapi keberkahan itu abadi. Maka jangan tukar rida Allah dengan dunia yang fana. Yakinlah, bila engkau menahan diri karena takut kepada Allah, engkau tidak sedang kehilangan. Engkau sedang dipercayai oleh Tuhanmu untuk menerima sesuatu yang lebih baik.
Wallahul muwaffiq.
Penulis: Ahmad Anshori, Lc. M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com