Khadijah binti Khuwailid adalah sosok wanita yang tegas, cerdas dan kaya raya. Beliau memiliki sejumlah bisnis. Khadijah berasal dari keluarga yang terpandangan. Ibu beliau asli orang Quraisy, namanya Fatimah binti Zaidah. Beliau berasal dari keturunan Bani Asad yang dikenal masyarakat Arab sebagai orang – orang tekun dan menepati janji.
Sebelum menikah dengan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, beliau telah dua kali menikah, yaitu menikah dengan Abu Halah bin Zaroroh dan ‘Atiq bin ‘Aidz Al-Makhzumi. Entah yang manakah suami beliau pertama, tak bisa dipastikan karena riwayat tentang kabar ini berbeda – beda. Dari Abu Halah, Khadijah dikaruniai satu anak perempuan, namanya Hindun. Wallahu a’lam kabar selengkapnya tentang putri beliau ini, hanya ada riwayat yang mengabarkan namanya saja. Besar kemungkinan Hindun wafat saat masih kecil. Dari kedua suami beliau itulah, beliau mendapatkan warisan bisnis, yang kemudian menjadi perusahan bisnis yang besar.
Wanita cerdas, terhormat dan kaya raya. Tak heran bila banyak laki – laki yang melamarnya. Namun semua lamaran itu ditolak oleh Khadijah.
Khadijah tidak sendirian dalam menggerakan roda bisnisnya, beliau dibantu oleh sejumlah karyawan. Sampailah terdengar oleh beliau kabar tentang sosok laki – laki yang jujur dan sangat amanah. Kabar tentang sifat baik laki – laki ini, telah banyak tersebar. Khadijah pun mepinang laki – laki luhur tersebut untuk menjadi karyawannya. Beliau memerintahkan salahsatu asisten beliau untuk menyampaikan pesan itu. Laki – laki mulia itu bernama, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Tawaran bekerja bersama Khadijah radhiyallahu’anha telah tersampaikan kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Dan bliaupun bersedia menerima tawaran itu.
Setelah resmi diangkat sebagai pekerja di perusahaan bisnisnya Khadijah -radhiyallahu’anha-, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mendapatkan amanah membawa barang dagangan di jual ke negeri Syam. Dalam perjalannya, beliau ditemani oleh Maisaroh (laki – laki). Ada sejumlah kejadian ajaib yang disaksikan Maisaroh selama menemani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersafar dagang ke wilayah Syam. Sekembalinya ke Makkah, Maisaroh bergegas mengabarkan jadian – kejadian itu kepada bosnya; Khadijah radhiyallahu’anha. Kejadian tersebut diantaranya, saat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam tiba di Syam, beliau berteduh di bawah pohon. Lalu ada seorang pendeta berkata kepada Maisaroh, “Tidak ada yang berteduh di bawah pohon ini kecuali Nabi.” Kejadian berikutnya, Maisaroh melihat dua sosok Malaikat yang meneduhi Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, di saat terik panas matahari memuncak.
Saat tugas bisnis di Syam telah selesai, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Keuntungan dari perdagangan itu luar biasa banyak, berlipat – lipat daripada laba bisnis yang sebelumnya. Khadijah terkagum – kagum dengan kepribadian Mhammmad shallallahu’alaihi wa sallam, yang akhirnya membuatnya jatuh cinta kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Khadijah meminta tolong kepada sahabat beliau yang bernama Nafisah binti Muniyyah, untuk menyampaikan perasaannya kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, Khadijah ingin sekali menikah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.
Bak mimpi di siang bolong, seperti kata pepatah “pucuk dicinta ulampun tiba”, lamaran Khadijah diterima oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.
Akhirnya kemudian keduanya menentukan hari pernikahan. Wali nikah Khadijah ketika itu adalah ayah beliau sendiri, yaitu Khuwailid (ini berdasakan riwayat paling shahih tentang wali nikah khadijah).
Ada sejumlah pendapat dari para ahli sejarah tentang umur Khadijah di saat menikah dengan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Ada yang mengatakan umur beliau 25 tahun, pendapat lain menyatakan 35 tahun, namun mayoritas mengatakan 40 tahun. Adapun tentang usia Nabi ketika itu, seluruh ahli sejarah sepakat, usia beliau 25 tahun.
Nabi dan Khadijah pun menjalani kehidupan rumah tangga dengan sangat tenang, bahagia penuh cinta. Dari pernikahan beliau berdua, lahirlah anak – anak yang shalih dan lucu :
- Ada Qosim, anak pertama beliau. Namun wafat di usia masih kanak – kanak. Kebanyakan riwayat menerangkan, Qosim meninggal setelah ayah beliau diangkat menjadi Nabi.
- Kemudian anak kedua adalah Zainab
- Ketiga Fathimah
- Keempat Ummu Kultsum
Semoga Allah meridhoi mereka semuanya.
Mereka berempat meninggal sebelum Nabi shallallahu’alaihi wa sallam kecuali Fathimah, beliau wafat 6 bulan sepeninggalnya ayahanda beliau shallallahu’alaihi wa sallam.
Adapun anak Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang lahir setelah beliau diangkat menjadi Nabi adalah, Abdullah. Anak ini dijuluki para sahabat sebagai At-Thoyyib At-Thohir (Anak yang baik dan suci), karena lahir di masa – masa Islam. Namun di usia 2 tahun, Allah memanggil Abdullah. Beliau wafat di kota Makkah Al-Mukarromah.
Bahtera rumah tangga yang sangat indah itu, dijalani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersama istri tercinta beliau; Ibunda Khadijah selama 25 tahun. Di usia ke 25 pernikahan, Ibunda Khadijah meninggal dunia. Tepatnya di tahun ke 10 setelah Nabi diutus menjadi Nabi.
Selama menikah dengan Khadijah, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam tidak berpoligami.
Semoga Allah merahmati dan meridhoi Ibunda Khadijah, dan seluruh Ibunda Kaum Muslimin; istri – istri Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
@ Kampung Santri, Jogjakarta, 28 Rabiul Awal 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel RemajaIslam.Com