Cinta dan Surat-Menyurat Sebelum Pernikahan
Ananda yang dirahmati Allah….
Pertanyaanmu tulus. Engkau menuturkan apa adanya, bahkan mengaku bahwa engkau sulit melepaskan hubungan yang sedang berjalan. Engkau merasa ini cinta yang jujur, bukan permainan. Namun, cinta yang jujur sekalipun bisa menjerumuskan jika ditempatkan tidak pada jalannya. Yang tulus belum tentu lurus.
Cinta sendiri bukanlah sesuatu yang selalu tercela. Ia bisa hadir tanpa diminta. Kadang seorang wanita mendengar tentang seorang lelaki yang saleh, lalu tumbuh rasa suka dalam hatinya. Ia tidak menulis, tidak menelepon, tidak melampaui batas. Ia hanya berharap suatu saat Allah mempertemukan mereka dalam ikatan halal. Cinta seperti ini tidak dicela, karena bukan pilihan dan tidak disertai dengan maksiat.
Ibnul Qayyim -rahimahullah- berkata:
“إذا حصل العشق بسبب غير محظور: لم يُلَم عليه صاحبه، كمن كان يعشق امرأته أو جاريته ثم فارقها وبقي عشقها غير مفارق له: فهذا لا يلام على ذلك، وكذلك إذا نظر نظرة فجاءة ثم صرف بصره وقد تمكن العشق من قلبه بغير اختياره، على أن عليه مدافعته وصرفه.”
“Jika cinta hadir bukan karena sebab yang diharamkan, maka ia tidak tercela. Seperti seseorang yang jatuh cinta pada istrinya lalu berpisah, namun cintanya masih melekat. Atau seseorang yang tak sengaja melihat, lalu segera menundukkan pandangan, tetapi cinta sudah tumbuh di hatinya. Ia tidak dicela, hanya saja wajib baginya melawan dan mengendalikannya.” (Rhaudhotul Muhibbin, hal. 147)
Syaikh Ibnu Utsaimin -rahimahullah- menegaskan:
“قد يسمع إنسان عن امرأة بأنها ذات خلق فاضل وذات علم فيرغب أن يتزوجها، وكذلك هي تسمع عن هذا الرجل بأنه ذو خلق فاضل وعلم ودين فترغبه، لكن التواصل بين المتحابين على غير وجه شرعي هذا هو البلاء، وهو قطع الأعناق والظهور، فلا يحل في هذه الحال أن يتصل الرجل بالمرأة، والمرأة بالرجل، ويقول إنه يرغب في زواجها، بل ينبغي أن يخبر وليها أنه يريد زواجها، أو تخبر هي وليها أنها تريد الزواج منه…
Artinya: “Seseorang boleh saja mendengar tentang wanita berakhlak mulia dan tumbuh keinginan untuk menikahinya, atau sebaliknya. Tetapi komunikasi langsung di luar syariat adalah bencana. Jika seorang lelaki serius, hendaknya ia menemui wali wanita tersebut, sebagaimana Umar bin Khattab -radhiyallahu’anhu- menawarkan putrinya Hafshah kepada Abu Bakar dan Utsman -radhiyallahu’anhuma-. Adapun wanita yang langsung berhubungan dengan lelaki asing, inilah fitnah besar.” (Liqoat Al-Bab Al-Maftuh 13/26)
Kapan Cinta Menjadi Haram?
Cinta menjadi haram bila dipelihara dengan cara yang salah: sengaja memandang, berbicara, surat-menyurat, atau apa saja yang mengundang godaan. Surat-menyurat inilah pintu fitnah yang sangat besar di zaman ini, karena jarang sekali selamat dari kata-kata manis, rayuan, dan janji.
Allah ﷻ telah memperingatkan para wanita:
فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Maka janganlah kalian (wahai para wanita) melembutkan suara dalam berbicara, sehingga orang yang di dalam hatinya ada penyakit menjadi tamak. Dan ucapkanlah perkataan yang baik (tegas dan terhormat).” (QS. Al-Ahzab: 32).
Mengapa Sulit Melepaskan?
Engkau berkata: “Saya tidak sanggup memutus hubungan ini.” Itulah kata yang sering diucapkan oleh siapa pun yang sudah terjerat maksiat. Setan menanamkan rasa “tidak bisa”. Sama seperti pecandu khamr yang berkata tidak mampu berhenti, padahal ribuan orang berhasil berhenti karena mereka sungguh-sungguh kembali kepada Allah.
Allah ﷻ mengingatkan:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, niscaya Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-‘Ankabut: 69).
Tentang Janji Menikah
Engkau yakin dia ingin menikahimu. Ketahuilah, banyak lelaki yang berkata tulus mencintai, tetapi tidak sedikit yang tak pernah serius menikah. Bahkan, ada yang justru memandang rendah wanita yang mau berhubungan dengan cara terlarang. Ia merasa: bila engkau berani menyelinap keluar batas, bisa saja kelak engkau mengulanginya.
Jalan Pulang
Ananda, jangan biarkan rasa manis cinta menutup matamu dari murka Allah. Bersyukurlah karena Allah masih menutup aibmu. Ingatlah bahwa kematian bisa datang tiba-tiba. Allah berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Setiap jiwa pasti akan merasakan mati.” (QS. Ali ‘Imran: 185).
Kembalilah kepada shalatmu, dekatkan diri dengan doa, perbanyak zikir. Mohonlah agar Allah membersihkan hatimu dari penyakit ini.
Penutup
Jika dia sungguh mencintaimu, biarkan ia datang dengan cara yang mulia: menemui walimu, melamarmu, lalu menikahimu. Bila tidak, lebih baik engkau kehilangan dia daripada kehilangan ridha Allah.
Semoga Allah ﷻ membersihkan hatimu, meneguhkan langkahmu, dan mempertemukanmu dengan pasangan yang datang melalui pintu yang diridai-Nya.
Wallahu a’lam.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com