Menyambung silaturahmi adalah ibadah yang mengandung pahala besar. Bila biasanya Anda merasakan saat melakukan sedekah, puasa, sholat, Anda berada dalam sebuah ibadah yang sakral dan mulia, saat Anda melakukan kunjungan kepada kerabat, membantu mereka atau menghibur kerabat Anda yang sedang ada masalah, berbicara baik, mendoakan dan perbuatan – perbuatan baik lainnya kepada kerabat, hadirkanlah pula kesadaran di dalam diri Anda bahwa Anda sedang berada dalam ibadah yang suci. Saat itu, temen – temen sedang menyembah Allah dengan silaturahmi yang temen – temen lakukan.
Dalam kitab suci kita dan hadis – hadis shahih dari Nabi -shallallahu’alaii wa sallam- banyak keterangan yang motivasi melakukan silaturahmi. Diantaranya kami paparkan di bawah ini :
-
Tuhan memerintahkan menyambung silaturahmi. Ini jelas menjadi landasaan bahwa silaturahmi dalam Islam adalah ibadah.
Allah berfirman,
وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ وَيَخَافُونَ سُوٓءَ ٱلۡحِسَابِ
“Orang-orang yang menjaga hubungan kepada siapa saja yang Allah perintahkan dijaga hubungannya. Mereka takut kepada Tuhannya, takut kepada hisab yang buruk.”
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di -rahimahullah- menerangkan bahwa yang dimaksud menjaga hubungan kepada siapa saja yang Allah perintahkan, adalah perintah luas maknanya, bukannya kerabat, bahkan menjaga hubungan baik kepada Allah dan Rasulul-Nya.
وهذا عامٌّ في كلِّ ما أمر الله تعالى بوَصْله؛ من الإيمان به سبحانه وبرسوله صلى الله عليه وسلم، ومحبَّتِه تعالى ومحبَّة رسوله صلى الله عليه وسلم، والانقياد لعبادته وحده لا شريك له، ولطاعة رسولِه صلى الله عليه وسلم، ويَصِلُونَ آباءهم وأمَّهاتهم ببرِّهم بالقول والفعل وعدم عقوقهم، ويصِلون الأقاربَ والأرحام بالإحسان إليهم قولًا وفعلًا، ويصِلون ما بينهم وبين الأزواج والأصحاب والمماليك بأداء حقهم كاملًا موفرًا من الحقوق الدينية والدنيوية، والسبب الذي يجعل العبد واصلًا ما أمر الله تعالى به أن يوصَل – خشية الله تعالى وخوف يوم الحساب؛ ولهذا قال الله سبحانه: ﴿ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ﴾؛ أي: يخافونه، فيمنعهم خوفهم منه ومن القدوم عليه يوم الحساب، أن يتجرَّؤوا على معاصي الله تعالى، أو يقصِّروا في شيء مما أمر الله سبحانه به؛ خوفًا من العقاب، ورجاء للثواب
“Perintah ini bermakna umum. Mencakup seluruh pihak yang Allah perintahkan untuk dijaga hubungannya. Seperti dengan iman kepada Allah -subhanah-, kepada Rasul-Nya -shallallahu’alaihi wa sallam-, mencintai Allah ta’ala, mencintai Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam-. Menjaga hubungan baik pula dengan ayah dan kakek – kakeknya, ibu nenek – neneknya, dengan berbuat baik melalui ucapan dan perbuatan, tidak berbuat durhaka kepada mereka. Menjaga hubungan baik juga dengan kerabat dengan berbuat baik kepada mereka secara ucapan dan perbuatan. Dan juga menyambung hubungan baik dengan istri – istri, teman, hamba sahaya, dengan menunaikan hak – hak mereka, hak berkaitan kebutuhan dunia maupun kebutuhan akhirat mereka.
Sebuah motivasi yang menyebabkan seorang hamba mau menyambung hubungan baik dengan siapa saja yang Allah perintahkan menyambungnya adalah, perasaan takut kepada Allah ta’ala, serta kekhawatirannya terhadap hisab yang buruk di hari kiamat kelak. Oleh karennya Allah mengatakan, “Mereka takut kepada Tuhannya.” Maksudnya takut kepada Allah, perasaan itu dan keyakinannya tentang persidangan di Yaumul Hisab di hari kiamat, mencegah mereka dari maksiat dan teledor dalam menunaikan hak pihak – pihak yang Allah perintahkan dijaga hubungannya. Karena dia takut kepada azab serta berharap pahala.” (Tafsir As-Sa’di)
Sejumlah hadis Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- juga menerangkan tentang pahala silaturahmi :
-
Allah akan menyambung hubungan dengan hamba – hambaNya yang menyambung silaturahmi.
Hadis dari Ummul Mukminin ‘Aisyah -radhiyallahu’anha- berkata, “Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda,
الرَّحمُ معلَّقةٌ بالعرش تقولُ: مَن وصلني وصله اللهُ، ومَن قطعني قطعه اللهُ
“Rahim menggantung di ‘Arsy, dia berkata, “Siapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan denganNya. Siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan denganNya.” (HR. Muslim)
Kemudian pula hadis dari sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, beliau berkata, “Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda,
إنَّ الله خلَق الخلْقَ، حتى إذا فرغ من خلقِه قالتِ الرَّحِمُ: هذا مقامُ العائذ بك من القطيعة، قال: نعَم، أمَا تَرضَيْنَ أن أصِل مَن وصلَكِ، وأقطعَ مَن قطعَكِ؟ قالت: بلى يا ربِّ، قال: فهو لكِ»، قال رسول الله صلى الله عليه وسلَّم: «فاقرؤوا إن شِئتُمْ: {فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُم
“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk. Dan jika telah usai darinya, rahim berdiri lalu berkata, ‘Ini adalah tempat berlindung dari pemutusan silaturahmi.’ Maka Allah berfirman, ‘Ya, bukankah kamu merasa senang aku akan menyambung hubungan dengan orang yang menyambungmu, dan akan memutus orang yang memutuskan denganmu?’ Dia menjawab, ‘Ya.’ Allah Ta’ala berfirman, ‘Demikian itu hakmu.” (HR. Muslim)
Satu lagi keterangan dari hadis Abdurrahman bin Auf -radhiyallahu’anhu-. Rasulullah -shallallahualaihi wa sallam- bersabda,
قال الله: أنا الرَّحمن، وهي الرَّحِم، شققتُ لها اسمًا من اسمي، مَن وصلها وصلتُه، ومن قطعها بتتُّه
“Allah berfirman, “Aku adalah Ar-Rahman. Ar-Rahman adalah rahim. Nama rahim Aku ambil dari namaku Ar-Rahman. Maka siapa yang menyambungnya, Aku akan menyambung hubungan dengannya. Namun siapa yang yang memutusnya, maka Aku akan memutus hubungan dengannya.” (HR. Abu Dawud, diniliai shahih oleh Syaikh Al-Abani)
Hadis – hadis di atas menunjukkan bahwa jenis balasan itu sesuai dengan jenis perbuatan. Dalam ungkapan Arab disebutkan “ِAl-jazaa’ min jinsil ‘amal”.
-
Pembuka pintu rizki.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung silaturahminya (dengan kerabat).” (HR. Bukhari dan Al-Baihaqi)
-
Amalan yang dapat memasukkan ke surga.
Sebagaimana diterangkan dalam hadis dari sahabat Abu Ayub Al-Ansari radhiyallahu ‘anhu,
أنَّ رَجُلًا قالَ للنبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أخْبِرْنِي بعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الجَنَّةَ، قالَ: ما له ما له. وقالَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أرَبٌ ما له، تَعْبُدُ اللَّهَ ولَا تُشْرِكُ به شيئًا، وتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وتُؤْتي الزَّكَاةَ، وتَصِلُ الرَّحِمَ.
“Seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke surga.” Orang-orang pun berkata, “Ada apa dengan orang ini, ada apa dengan orang ini.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Biarkanlah urusan orang ini.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan sabdanya, “Kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya, menegakkan salat, dan membayar zakat, serta menjalin tali silaturahmi.” (HR. Bukhari)
Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
يا أَيُّها الناسُ ! أَفْشُوا السلامَ ، و أطْعِمُوا الطعامَ ، وصِلُوا الأرحامَ ، وصَلُّوا بالليلِ والناسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلوا الجنةَ بسَلامٍ
“Wahai manusia semuanya, sebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi, dan kerjakanlah salat di malam hari, di saat orang – orang sedang tidur. Niscaya kalian akan masuk ke dalam surga dengan keselamatan.” (HR. Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jaami’)
Selamat mengamalkan silaturahmi bro dan sis fillah….
Hamalatul Qur’an Sanden Bantul, 13 Rabiul Tsani 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel RemajaIslam.Com