Apa maksud menjadi sahabat Al-Quran?
Istilah sahabat Al-Qur’an di dalam hadis-hadis Nabi disebutkan dengan sejumlah ungkapan:
Terkadang disebut “sahabat”.
Seperti pada hadis ini:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
Bacalah Al-Qur’an, karena dia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat bagi sahabat-sahabatnya (HR. Muslim no. 804)
Hadis ini menunjukkan bahwa cara menjadi sahabat Al-Quran adalah dengan membacanya. Dan pada hadis ini tidak ada pembatasan makna membaca dengan menghafalnya saja. Ini menunjukkan membaca pada hadis ini maknanya luas, mencakup membaca pada mushaf atau melalui hafalan. Keterangan ini sebagaimana dipaparkan di dalam At-Taisir Syarah Al-Jami’ As-Shoghir, karya Al-Munawi 1/193)
Renungkan makna “sahabat”, apa itu sahabat?
Sahabat itu yang selalu ada disamping kita.
Tempat meluapkan masalah untuk mendapatkan solusi.
Orang yang selalu bersama kita baik susah maupun senang.
Yang selalu membela kita.
Nah, terapkan makna-makna sahabat itu pada Al-Quran, itulah sahabat Al-Quran.
Semua makna sahabat di atas tercakupi oleh makna sahabat di dalam bahasa Arab, artinya
فالصاحب هو الملازم
“Sahabat itu adalah yang selalu bersama.” (Fatwa Lajnah Daimah 3/125)
Siapa saja yang gemar membaca Al-Qur’an, meskipun belum hafal, tapi dia mengamalkan Al-Quran, dialah sahabat Al-Quran.
Terkadang disebut “ahli Al-Quran”
Seperti pada hadis berikut:
Dari an-Nawas bin Sam’an al-Kilabi ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ، وَآلُ عِمْرَانَ، وَضَرَبَ لَهُمَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةَ أَمْثَالٍ مَا نَسِيتُهُنَّ بَعْدُ، قَالَ: كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ، أَوْ ظُلَّتَانِ سَوْدَاوَانِ بَيْنَهُمَا شَرْقٌ،
أَوْ كَأَنَّهُمَا حِزْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ، تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا
“Al-Quran akan didatangkan pada hari kiamat bersama ahlinya yang mengamalkannya. Yang pertama kali adalah surat al-Baqarah dan Ali Imran…”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan tiga pemisalan tentang itu yang tak pernah aku lupakan selamanya, yakni,
“Seperti dua tumpuk awan hitam yang di antara keduanya terdapat cahaya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya.” (HR. Muslim No. 805)
Pada hadis ini diterangkan tentang kriteria Ahlul Quran, yaitu: yang mengamalkan Al-Quran. Sehingga orang yang membaca Al-Quran namun tidak mengamalkannya, dia bukan Ahlul Qur’an dan Al-Quran tak akan menjadi syafa’atnya di hari kiamat. Bahkan Al-Quran akan menjadi musuhnya di hari kiamat. (Mirqoh Al-Mafatih 4/1261)
Dan juga hadis dari sahabat Anas bin Malik -radhiyallahu’anhu, beliau bercerita, “Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ
“Sesungguhnya di antara manusia ada keluarga Allah”.
Para Sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?”
Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- menjawab,
هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ؛ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
“Mereka adalah ahlul Qur-an, merekalah ahli (orang-orang yang dekat dan dicintai) Allah dan diistimewakan di sisi-Nya” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan yang lainnya, sanad Shahih)
Makna Ahlul Qur’an dijelaskan oleh Imam Munawi -rahimahullah-,
أي حفظة القرآن العاملون به هم أولياء الله المختصون به اختصاص أهل الإنسان به ، سموا بذلك تعظيما لهم كما يقال : “بيت الله” .
قال الحكيم الترمذي : وإنما يكون هذا في قارئ انتفى عنه جور قلبه وذهبت جناية نفسه ، وليس من أهله إلا من تطهر من الذنوب ظاهرا وباطنا ، وتزين بالطاعة ، فعندها يكون من أهل الله
“Yaitu yang menjaga Al-Quran serta mengamalkannya. Mereka itu adalah para wali khususnya Allah dari kalangan manusia. Mereka disebut keluarga Allah sebagai bentuk penghormatan Allah kepada Ahlul Quran. Seperti Ka’bah yang disebut sebagai “baitullah (rumahnya Allah)”.
Al-Hakim At-Tirmidzi menerangkan, “Kemuliaan seperti ini diperoleh oleh pembaca Al-Quran yang hati dan jiwanya bersih dari dosa. Tidak akan bisa seorang menjadi keluarganya Allah kecuali lahir dan batinnya bersih dari dosa dan dia menghiasi diri dengan mentaati Allah. Ketika itu barulah dia disebut sebagai keluarga Allah.
Terkadang disebut “haamil Al-Quran”
Seperti di dalam hadis ini: Dari Abu Musa Al-Asy’ari -radhiyallahu’anhu- beliau berkata, “Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إن من إجلال الله تعالى إكرام ذي الشيبة المسلم، وحامل القرآن غير الغالي فيه والجافي عنه، وإكرام ذي السلطان المقسط
“Diantara bentuk memuliakan Allah ta’ala adalah menghormati orang muslim yang sudah beruban, Hamil Al-Qur’an yang tidak bersikap belebihan terhadap Al-Quran dan tidak pula bersikap teledor, serta pemimpin yang adil.” (HR. Abu Dawud)
Hadis ini menjelaskan Haamilul Quran yang sebenarnya adalah mampu bersikap proposional (moderat) terhadap Al-Quran. Haamilul Quran yang proposional adalah yang tidak bersikap melampui batas tidak juga bersikap teledor terhadap Al-Quran. Haamilul Quran yang proposional itulah bila seorang memuliakannya, maka dia telah memuliakan Allah.
Di dalam Kitab Syarah Riyadus Sholihin karya Syaikh Ahmad Khutoibah menerangkan makna Haamil Al-Quran yang tidak bersikap belebihan terhadap Al-Quran dan tidak bersikap teledor:
أي: أن تكرم حامل القرآن، وحامل القرآن: هو الإنسان الذي حفظ كتاب الله عز وجل وعمل بما فيه، وليس غالياً فيه، بحيث يجاوز الحد فيكون مبتدعاً ويأخذ من القرآن ما يوافق هواه، ويفتي بالهوى فيه، فهذا يغالي
فيه، أو أنه يجفو بحيث يكون قد حفظه وتركه وراءه ظهرياً فلم يعمل به، ونسي كتاب الله سبحانه وتعالى
“Haamilul Qur’an adalah seorang yang menghafal Al Quran serta mengamalkannya. Dia tidak bersikap melampui batas ideal terhadap Al-Quran, seperti menjadi penghafal Al-Quran namun ahli bid’ah, memaknai ayat Al-Quran dengan penafsiran-penafsiran yang tidak sesuai, menjadikan logikanya berada di depan Al-Quran, mengamalkan hukum-hukum Al-Quran yang sesuai hawa nafsunya dan berfatwa berdasarkan nafsunya.
Adapun Haamilul Qur’an yang teledor adalah dia yang hafal quran lalu dia lupakan dan tak pernah dia amalkan.”
(https://shamela.ws/book/36997/175)
Agar bisa memahami makna Haamilul Quran, kami mencoba menjelaskan dengan pendekatan lebih sederhana. Yaitu perbaduan kata Haamil Al-Quran dengan Haamil pada seorang Ibu. Kedua istilah tersebut bersumber dari kata yang sama yaitu “Hamalah”. Di dalam Kitab ‘Aunul Ma’bud diterangkan maknanya,
وسماه حاملا له لِما يَحمِل لمشاق كثيرة
“Ahli Al-quran disebut Haamilul Quran karena dia membawa banyak beban dan tanggung jawab yang berat.”
Oleh karenanya bila Anda ingin menjadi Haamilul Quran, sikapilah Al-Quran sebagaimana sikap- sikap seorang Ibu yang mengepresikan kedekatan, kerinduan dan kasih sayang seorang Ibu kepada buah hatinya yang sedang berada di dalam rahimnya. (Aunul Ma’bud diakses dari: https://www.islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&ID=8374&bk_no=55&flag=1).
Bagaimana cara menjadi sahabat Al-Quran?
Dari keterangan dan penjelasan hadis-hadis di atas, cara menjadi Sahabat Al-Quran dapat digolongkan menjadi dua bagian:
Cara yang utama:
- Menjadikannya sebagai pedoman hidup.
- Mengamalkannya.
Cara penunjang:
- Banyak membacanya.
- Berusaha memahami maknanya.
Ramadhan 1444 H, di Kampoeng Santri Wirokreten Jogja.
Artikel ini sebagai makalah kajian menjelang buka puasa di masjid Islamic Center Baitul Muhsinin / ICBM. Videonya bisa disimak di sini.
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com