Di dalam Islam berbakti kepada orang tua adalah ibadah yang sangat istimewa. Berikut ini bukti-buktinya:
Pertama, Allah menggabungkan perintah berbakti kepada orang tua dengan perintah yang paling mulia; yaitu mentauhidkan Allah.
Allah ta’ala berfirman,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa…. (QS. An-Nisa: 36)
Kedua, Allah menggabungkan antara perintah berterimakasih kepada kedua orangtua dengan perintah syukur kepadaNya.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman: 14)
Ketiga, di saat perintah berbakti kepada kedua orangtua disandingkan dengan perintah yang paling mulia yaitu mentauhidkan Allah, maka larangan durhaka kepada kedua orangtua juga disandingkan dengan larangan yang paling berbahaya dan paling besar, yaitu syirik.
Dari Abu Bakrah radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ ثلاثا: الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَقَالَ: أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ. فَمَا زَالَ يَقُولُهَا حَتَّى قُلْتُ: لَا يَسْكُتُ
“Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang termasuk dari dosa besar? Kami menjawab; “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau mengulanginya tiga kali seraya bersabda: “Menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua.” -ketika itu beliau tengah bersandar, kemudian duduk lalu melanjutkan sabdanya: “Perkataan dusta dan kesaksian palsu, perkataan dusta dan kesaksian palsu.” Beliau terus saja mengulanginya hingga saya mengira (khawatir) beliau tidak akan diam.” (HR. Bukhori)
Keempat, berbakti kepada orangtua lebih utama daripada jihad.
Shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’. Beliau menjawab,
الصلاة على وقتها
“Shalat pada waktunya.”
Aku bertanya kembali, “Kemudian apa lagi ya Rasululullah?”
بر الوالدين
“Berbakti kepada kedua orangtua.” Jawab Nabi.
Kemudian apa lagi?’.
Beliau menjawab,
الجهاد في سبيل الله
“Lalu berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari).
Dalam hadis yang lain diterangkan seorang yang izin kepada Nabi agar bisa ikut berjihad bersama beliau:
يا رسول الله إني جئت أريد الجهاد معك أبتغي وجه الله والدار الآخرة ولقد أتيت وإن والدي ليبكيان قال فارجع إليهما فأضحكهما كما أبكيتهما
“Ya Rasulullah aku menemui Anda untuk dapat diperkenankan ikut berjihad bersama Anda. Aku mengharap wajah Allah dan kampung akhirat. Aku datang dalam keadaan kedua orangtuaku menangis”.
Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Kembalilah kepada kedua orangtuamu buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka berdua menangis.” (HR. Ibnu Majah)
Kelima, berbakti kepada kedua orangtua sebab masuk surga.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Sungguh celaka, sungguh celaka, sungguh celaka.”
Ada yang bertanya, “Siapa gerangan ya Rasulullah?”
Beliau bersabda, ”Sungguh celaka seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim)
29 Ramadhan 1444 H, di Tegalwaton, Kab. Semarang.
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com