“Siapa yang mencintai orang yang shalih, itu tandanya ia telah mencintai Allah.” (Makhul -rahimahullah-, di dalam Mausu’ah Ibni Abiddun-ya 8/156)
***
“Allah telah menggantikan ketulusan dan kebaikan seorang kepada sahabatnya, dengan limpahan rahmat yang tanpa henti.” (Al-Qosim bin Muhammad, di dalam ‘Uyun Al-Akhbar 3/90)
***
Ma’mar -rahimahullah- pernah bercerita, “Thowus -rahimahullah- pernah merawat temannya yang sakit sampai tidak jadi naik haji.” (Al-Hilyah (Tahzibnya) 2/30).
***
“Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah, melainkan yang paling mulia diantara keduanya adalah yang paling besar cintanya kepada saudaranya.” (‘Aun bin Abdillah -rahimahullah-, di dalam Al-Sifaus Shofwah 3/71)
***
“Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, tidak memberi juga karena Allah, maka ia telah menyempurnakan iman.” (Abu Umamah -rahimahullah-, di dalam Mausu’ah Ibni Abiddun-ya 8/157)
***
“Bila kamu mendengar kabar tentang aib saudaramu, maka berusahalah mencari celah untuk memberikan pemakluman, sampai hal itu benar-benar tidak mampu dilakukan” (Umar bin Abdul Aziz -rahimahullah-, Mausu’ah Ibni Abiddun-ya 7/525)
Referensi utama:
At-Thoyyar, Ahmad bin Nashir, (1433 H), Hayatus Salaf Bainal Qoul Wal ‘Amal, Dar Ibnul Jauzi – Riyad, Saudi Arabia.
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com