Ayub bin Mutawakkil bercerita, “Al-Khalil bin Ahmad -rahimahullah- itu jika telah berjasa kepada seorang beliau tak pernah memandang bahwa dirinya telah berjasa pada orang itu. Namun jika telah mendapatkan kebaikan dari orang, beliau selalu mengingat-ingat bahwa dia telah berjasa kepadaku.”
Imam Az-Dzahabi mengomentari kisah ini, “Orang sekarang (di zaman beliau; wafat th. 748 H) sifat mereka sebaliknya.” (As-Siyar (Tahdzibnya) 2/713)
***
Abdullah bin Mubarak -rahimahullah- ditanya tentang apa itu sombong?
Beliau menjawab, “Di saat Anda merasa lebih baik dari orang lain.” (As-Siyar (Tahdzibnya) 2/769)
***
Jubair bin Nufair (Sahabat Nabi), ditanya tentang kesombongan yang bagaimanakah yang paling buruk itu?
Beliau menjawab, “Sombong dalam hal ibadah.” (Al-Hilyah (Tahzibnya) 2/165)
***
Yusuf bin Asbath -rahimahullah- ditanya tentang apa puncak daripada sikap tawadu’/rendah hati?
Beliau menjawab, “Di saat Anda tak bertemu dengan siapapun kecuali Anda menganggap bahwa orang itu lebih baik dari Anda.” (As-Siyar (Tahdzibnya) 2/814)
***
“Siapa yang memandang bahwa dirinya lebih baik dari orang lain maka dia telah bersikap sombong. Karena Iblis sebagai makhluk yang paling sombong itu, dianggap sombong karena ucapannya kepada Nabi Adam “Aku lebih baik dari Adam”. Itulah kesombongan.” (Abu Hazim dalam Mausu’ah Ibnu Abid Dun-ya 7/544).
***
“Kerendahan hatimu saat kamu berada di atas, itu lebih mulia daripada jabatan/posisi terhormatmu itu.” (Ibnus Samak dalam ‘Uyun Al-Akhbar 1/307)
***
Yahya bin Ma’in menceritakan tentang Imam Ahmad bin Hambar -rahimahullah-, “Lima puluh tahun bersahabat dengan Imam Ahmad, beliau tak pernah membagakan diri dihadapan kami dengan prestasi dan kelebihan yang berliau miliki.” (As-Siyar (Tahdzibnya) 2/855).
***
Baca bagian sebelumnya: Quote Tentang Rendah Hati #1
Referensi primer:
At_Thoyyar, Ahmad bin Nashir. (1433). Hayatus Salaf Bainal Qoul Wal ‘Amal. Penerbit Dar Ibnu Hazm, Damam – Saudi Arabia.
Disusun oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com